Keesokan harinya, Amanda mendapatkan izin dari Nenek Ratih untuk pergi ke mall menemani Mella. Gadis itu juga penasaran dengan bangunan megah yang menjual banyak barang.
Gadis itu sampai memecahkan celengan yang uangnya dia kumpulkan dari penjualan syal atau sweater rajut buatannya. Amanda ingin membelikan pakaian untuk neneknya.
Adam menjemput gadis itu dan Mella di depan Taman Aksara. Hari itu kebetulan para anak didik masih memilih libur karena letih yang mendera sehabis jalan-jalan dari villa.
Mobil sedan BMW hitam yang Adam kendarai melaju menuju Mall Kota.
"Mau langsung ke ruko tempat distro Kak Adam apa ke mall?" tanya Mella.
"Bukannya Amanda mau liat Mall, ya kan?" tanya Adam seraya melirik ke kaca spion.
"Iya, aku mau lihat Mall," ucap gadis itu.
"Oke, kita ke mall sekarang!" ajak Adam.
Setibanya mereka di Mall Kota, Mella sempat bergidik ngeri dan tampak ketakutan.
"Kak Adam, tau nggak kan katanya mall ini pernah kebakaran," ucap Mella saat sampai di parkiran sebuah mall besar di Jakarta.
"Katanya sih gitu, terus kenapa?" tanya Adam.
"Serem aja, horor gitu hehehe," sahut Mella.
Amanda mencium bau hangus di sekitarnya.
"Kamu ngapain, Manda?" tanya Adam yang melihat gelagat aneh Amanda yang sedang mengendus-endus macam anjing pelacak.
"Kalian cium bau gosong, nggak? Aku kok seperti mencium ada yang kebakar gitu, ya?" tanya Amanda.
"Masa sih? Saya nggak cium apa-apa tuh." Adam jadi ikut mengendus seperti Amanda, Mella juga mengikuti.
Akan tetapi, tak ada bau aneh yang tercium dari hidungnya.
"Kita turun, ya," ucap Adam.
Lalu, saat ketiganya turun dari mobil, Amanda melihat satu sosok pria dan anak kecil yang tampak hitam seluruh tubuhnya dan hanya terlihat kelopak matanya saja yang putih berada di sudut tiang area parkiran menuju lift.
"Pantesan perasaan jadi nggak enak gini," gumam Amanda.
Sosok itu sekarang memperhatikan gadis itu karena para hantu merasa dan menyadari kalau Amanda tau keberadaan mereka.
Tubuh anak kecil itu penuh dengan luka bakar dan kulit yang mengelupas daging yang gosong sampai terlihat tulang iga nya. Sementara sang pria lebih parah lagi dengan bagian tengkoraknya terbuka terlihat otak yang hampir berceceran keluar dari kepalanya itu.
"Astagfirullah," ucap Amanda yang reflek menggandeng lengan Adam karena saking takutnya.
Amanda tak berani memperhatikan lagi ke arah sosok - sosok itu. Dia berusaha menutupi kemampuannya. Namun, Adam malah mengira kalau gadis itu memang ingin menggandeng lengannya. Mella langsung merasa kalau Amanda menyukai Adam.
"Cie gandengan," goda Mella.
"Eh, maaf ya Mas, aku nggak sengaja," ucap Amanda.
"Nggak apa-apa, sih," sahut Adam.
"Inget sama Mbak singa, auummm!" Mella meledek Adam.
"Mbak singa?" tanya Amanda.
"Itu loh, Sheila, yang nama panjangnya sheilamat malam duhai kekasih, hahaha." Mella makin tertawa menggoda Adam.
"Sawer juga, nih!" Adam balas menggoda gadis itu yang tertawa cekikikan.
Amanda masih berusaha menghindari tatapan para sosok hantu. Adam sempat mengamatinya.
"Kamu kenapa kayak orang ketakutan gitu?" tanya Adam.
"Nggak apa-apa, Kak, aku malu aja baru pertama kali masuk mall, hehehe." Amanda mencoba berbohong.
"Santai aja, biasa aja gitu." Adam berusaha menenangkan Amanda.
Mereka memasuki area mall ke arah lantai dua. Saat menaiki eskalator, lagi-lagi, Amanda tak sengaja menyentuh jari jemari milik Adam.
"Maaf, Mas, aku nggak sengaja tadi, aku takut jatuh," jawab Amanda.
'Duh, perasaan aku makin nggak karuan begini ya, rasanya cenat cenut gini,' batin Amanda.
Gadis itu melirik ke arah Adam yang ternyata melihatnya seraya melayangkan senyum ke padanya.
"Mau makan dulu apa cari baju, nih?"
tanya Adam membuyarkan lamunan Amanda.
"Asik, kalau makannya ditraktir, aku mau loh Kak," ucap Mella.
"Pasti aku traktir, tenang aja." Adam tersenyum saat menjawab pertanyaan Mella.
Amanda mengangguk setuju. Mereka pun beralih ke restoran pizza dan pasta di mall itu.
"Ini cara makannya bagaimana?" tanya Amanda.
"Makan aja kayak makan roti, Kak, kayak gini," sahut Mella mencontohkan.
"Oh, begitu. Ini rasanya apa, sih?" tanya Amanda lagi.
"Ya rasa pizza, hehehe," sahut Mella dengan mulut penuh.
"Sudah coba makan dulu," pinta Adam.
Akhirnya Amanda jadi terbiasa melahap roti pizza daging dengan taburan keju dan paprika. Setelah melahap semuanya sampai kenyang, gadis itu berniat izin untuk ke kamar mandi. Mella ikut menemani gadis itu.
*
Amanda dan Mella berada di kamar mandi dalam mall. Seorang cleaning service sedang berdiri membawa pel gagang di tangannya. Wanita itu menyambut di depan pintu toilet seraya tersenyum. Hanya ada dua orang di dalam toilet wanita itu.
Dua perempuan tadi sudah berada di depan cermin merapikan make up wajahnya. Saat Amanda duduk di bibir toilet dia merasa ada seseorang yang memakai toilet di sampingnya.
"Mungkin ada yang baru masuk ke samping," gumam Amanda.
Namun, dari arah kaki gadis itu muncul rambut hitam terulur. Amanda memberanikan diri untuk melongoknya ke bawah.
"Jangan-jangan ada mbak yang di toilet samping ku pingsan lagi, tapi nggak kedengeran jatuhnya," gumam Amanda.
Gadis itu segera merapikan celana jeans-nya dan mengancing rapat, lalu mem-flush toilet. Masih dilihatnya sejumput rambut hitam panjang itu. Amanda mencoba untuk berjongkok dan menyentuh rambut itu. Dia mencoba menyentuh kepala pemilik rambut itu.
"Mbak, Mbak, Mbak nggak apa-apa, kan?" tanya Amanda seraya masih mencoba untuk melongok ke kolong bawah toilet di sampingnya. Gadis itu takut si empunya beneran pingsan.
Namun, betapa terkejutnya gadis itu kala hanya melihat sebuah kepala perempuan yang menoleh dan tersenyum kepadanya seolah-olah kepala itu terlempar dari tubuhnya seperti bola yang di tendang menuju arahnya.
"Astagfirullah," lirih Amanda yang langsung gemetar.
Gadis itu sampai terduduk lemas mencoba meraih pintu toilet ruangannya dengan juluran tangan untuk membuka engsel pintu toilet itu
Manusia juga diberi rasa ingin tahu yang besar atau bisa juga dikatakan bahwa manusia punya rasa penasaran yang tinggi. Rasa penasaran itulah yang membawa Amanda pada penampakan itu.
Namun, perlu diketahui juga bahwa penasaran itu ibarat pisau bermata dua. Disatu sisi sangat berguna, dan disatu sisinya lagi bisa membuat luka.
Rasa ingin tahu yang positif terkadang juga menjadi sebuah pendorong dan penyemangat untuk terus mencoba bahkan ketika kegagalan terjadi. Dengan rasa ingin tahu positif yang kuat, kegagalan hanyalah menjadi kerikil yang tak berarti sampai akhirnya keberhasilan kita dapatkan.
Sedangkan rasa penasaran yang negatif seringkali menimbulkan kerugian untuk diri kita sendiri. Mencoba hal-hal yang tidak baik hanya karena mengikuti rasa ingin tahu kita tanpa memikirkan dampak negatif yang akan ditimbulkan setelahnya.