Bab 13. Pengen tapi gengsi

1217 Kata
Sepertinya bukan hanya Mike yang harus meredam gejolak gairahnya. Tapi Rea juga. Karena ia juga perempuan normal yang juga memiliki nafsu. Terlebih lagi ini adalah sentuhan pertamanya. Pengalaman pertamanya bersentuhan langsung dan intens dengan seorang laki-laki.  Meskipun tahu bahwa ia harus melawan Mike tadi. Namun, sebagian dari tubuhnya nyatanya menginginkan Mike agar melanjutkan ke tahap selanjutnya. Dan sebagian tubuhnya yang lain, masih bisa berpikiran jernih. Jika sampai ia melanjutkannya, maka akan sulit baginya untuk berhenti.  Rea mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Tak bisa ia pungkiri, saat ini, tubuhnya masih bisa merasakan setiap sentuhan lembut Mike pada permukaan kulitnya. Dan ia juga tidak menampik, jika ia pun mendambakannya.  Rea tidak munafik. Pesona Mike memang tidak mudah ia abaikan. Terlebih lagi Mike adalah playboy kelas kakap di kalangan para wanita.  Rea tahu hal ini. Karena saat itu tanpa sengaja mendengarkan perbincangan Mike dengan beberapa perempuan.   Rea tersenyum masam. Bagaimana ia bisa menjadi seperti ini hanya karena sentuhan seorang playboy?  Ia seakan-akan menjadi seorang wanita yang haus akan belaian hangat dari laki-laki. Walaupun sebelumnya ia tak pernah merasa seperti ini.  Mungkin juga karena sejak lama. Rea tak pernah merasakan sekalipun kasih sayang dari kedua orang tuanya. Terlebih lagi ia anak yang menjadi tunggal.  Selesai memakai pakaiannya. Rea duduk di sisi ranjangnya. Memikirkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh orang yang tadi ia lihat di depan minimarket.  “Kenapa dia ada disini? Untuk apa dia ada di daerah terpencil seperti ini?” gumam Rea penasaran.  Rea tahu betul seperti apa orang tersebut. Dia bukan orang yang akan tiba-tiba berada di daerah yang jauh dari Ibu kota.  Tak ingin lagi pusing memikirkannya. Rea memilih untuk keluar dari kamarnya dan membuat minuman. Karena sebentar lagi ia juga akan berangkat bekerja.  Rea memakai pakaian serba panjang saat ini. Kaos berlengan panjang dengan celana panjang yang juga kebesaran di tubuhnya yang tinggi semampai.  “Mike, mula Lo kenapa? Jutek banget sih?” seloroh Rea yang melewati Mike begitu saja. Saat laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah tertekuk kesal saat melihatnya keluar.  Dalam hatinya, Rea memang merasa bersalah kepadanya. Namun, ia juga ingin sekali menertawakan tingkah Mike saat merajuk seperti itu. Tidak sadar umur apa?  “Sudah sana, jauh-jauh Lo dari gue?” usir Mike ketus. Meminta Rea agar segera pergi ke dapur meninggalkan dirinya.  Rea tak dapat lagi menahan tawanya. Akhirnya ia tertawa kecil. Menggeleng pelan lantas segera menuju ke dapur.  Membuat dua gelas teh hangat untuknya dan Mike tentunya. Setelahnya, Rea membawanya ke ruang tengah. Di mana Mike yang masih duduk dengan wajah cemberutnya.  ‘Benar-benar lucu,' batin Rea yang gemas melihat tingkah kekanakan Mike. Meskipun ia sadar jika perbuatannya tadi sungguh keterlaluan.  Membangkitkan gairah seorang pria. Namun tak bisa meredakannya kembali.  “Nih, minum teh hangat dulu. Baru lanjut lagi marahnya,” goda Rea yang meletakkan teh di depan Mike.  Sementara laki-laki itu hanya mendengus sebal sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rea yang melihat hal itu lagi-lagi kembali terkekeh geli.  “Nggak pantes Lo ngambek kayak gitu! Memangnya Lo cewek apa? Masak ngambekan sih,” goda Rea lagi seraya terbahak.  Sedangkan Mike menoleh ke arah Rea yang masih tertawa dengan tatapan tajamnya. Segera ia bangkit dan mengungkung Rea yang duduk di kursi dengan kedua tangannya yang berada di sisi kursi tempat Rea duduk.  Rea mengatupkan bibirnya saat melihat Mike sudah berada di depannya. Rea sedikit mendongak dan terdiam. Bagaimana bisa ia tidak terpesona pada makhluk ciptaan Tuhan yang terlihat sangat tampan saat ini.  Rambutnya yang berwarna pirang, matanya yang tajam, hidungnya yang mancung. Rahangnya yang tegas, menandakan sikapnya yang keras. Dan terakhir, bibir seksi Mike yang sudah dua kali menciumnya.  Mike membeliak kaget, saat tangan Rea mulai terulur untuk mengusap wajahnya dengan lembut. Mengabsen semua yang ada di wajah tampannya.  Mike tersenyum menyeringai saat ini. Bolehkan ia merasa bangga dengan wajah tampan yang ia miliki. Karena dengan wajah tampannya ini, Gadis jutek ini tampaknya sedang mengagumi ketampanannya.  “Kenapa? Apa Lo terpesona sama ketampanan gue, hm?” tanya Mike setelah lama bungkam. Membuat Rea terjingkat kaget dan segera menarik tangannya yang tanpa sadarnya rupanya sejak tadi mengusap-usap lembut wajah Mike.  “S-siapa yang kagum sama Lo? Orang Lo jelek banget gitu kok. Mana jutek pula. Nggak akan ada yang mau sama cowok bermulut pedas kayak Lo,” cibir Rea dengan kesal pada Mike.  Mike yang mendengarnya tergelak. Lantas Kembali menegakkan tubuhnya. Lalu duduk di sofa Kembali. Mengambil teh yang tadi di suguhkan oleh Rea. Menyesapnya dengan sangat lembut dan terlihat begitu menikmatinya.  Rea yang melihatnya hanya terdiam. Memandangi Mike yang menyesap tehnya dengan perlahan-lahan. Tatapan Rea hanya tertuju pada bibir Mike saja. Masih tidak percaya, jika bibir yang biasanya berkata pedas itulah yang mengambil ciuman pertamanya.  Rea tak sadar jika ia terus saja mengamati bibir Mike yang seolah-olah sengaja memainkan bibirnya untuk menggoda Rea. Lihatlah. Gadis tersebut masih belum menyadari jika sejak tadi ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari bibir Mike.  “Sudahlah. Kalau memang ingin di cium bilang saja, nggak perlu mupeng gitu juga kan? Sok bilang gue jelek atau brengseklah, nggak tahunya lo juga suka gue cium. Bahkan sampai kayak gitu wajah Lo sekarang,” ejek Mike yang menatap ke depan dengan tetap menyesap tehnya sedikit demi sedikit.  Rea terkejut mendengar kata-kata ejekan dari Mike barusan. Rea segera mengalihkan pandangannya, tampak sekali jika gadis itu salah tingkah dan berusaha menormalkan kembali pikirannya agar tetap jernih dan tidak terkontaminasi oleh racun dari bibir Mike.  “Siapa juga yang lagi minta di cium? Gue cuman mikir aja. Bibir Lo itu udah cium berapa banyak cewek di luar sana? Secara gue tahu kalau Lo itu Playboy cap teri,” kilah Rea yang berujung dengan mengejek Mike.  “Cih! Wajahnya sudah mupeng begitu masih nggak mau ngaku?” cibir Mike santai.  “Heh, bule nyasar! Siapa juga yang suka Lo cium pake bibir Lo yang sudah terkontaminasi sama banyak sekali bakteri dari banyaknya bibir cewek para pacar-pacar Lo yang bejibun itu,” balas Rea sebal.  Merasa tidak terima, jika Mike mengatakannya bahwa dia sangat ingin sekali di cium olehnya. Walaupun memang ada sedikit kebenaran yang Mike katakan tentang dirinya.  Namun tetap saja, Rea tak akan pernah mau mengakuinya. Karena itu pasti akan sangat memalukan baginya. Terlebih lagi di depan Mike. Tentu saja tidak akan pernah.  “Ya, ya, terserah Lo. Tapi nggak apa-apa kan, kalau gue bawa cewek gue kesini? Soalnya gue udah kangen banget sama dia. Mesti ketemu dan nuntasin yang tadi gagal,” sindir Mike sembari melirik kearah Rea yang melotot kesal.  “Heh, sarap. Memangnya rumah gue ini rumah buat Lo melepas kangen apa? Nggak boleh. Kalau mau ketemuan sama cewek Lo. Sana pergi dari rumah gue,” tolak Rea tegas, sambil melipat kedua tangannya di depan d**a. Dengan bibir yang mengerucut kesal.  Mike tergelak melihatnya. Bibir yang biasanya selalu saja berkata ketus itu, kini mengerucut sebal. Sungguh menggemaskan.  “Kenapa Lo yang sewot? Kan gue yang mau ketemuan sama PACAR gue. Jangan-jangan Lo cemburu yah?” goda Mike yang kini menatap wajah Rea yang memerah malu tersebut.  “Siapa yang cemburu sama bule nyasar gila kayak Lo? Nggak akan gue cemburu. Pokoknya jangan bawa siapa pun ke rumah ini. Kalau sampai Lo nekat, gue nggak akan segan-segan buat ngusir Lo dari sini. Camkan itu!” ancam Rea dengan wajah seriusnya.  Membuat Mike tertegun dan mengangguk patuh. Rea segera masuk ke dalam kamarnya dan mulai bersiap untuk berangkat bekerja ke club’. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN