Gempita

1094 Kata
Dunia hanya selembar daun kelor, Luna dan Arsen duduk berhadapan, Arsen merupakan rekan kerja yang dimaksud Bram, atasan Luna di kantor. "Tsk, kalau aku tahu kamu karyawan Bram, aku tidak akan melanjutkan kerja sama ini," "Apa kamu tidak bisa bersikap profesional, Arsen?" Arsen mengangkat satu sudut bibirnya, dia menatap Luna yang saat ini sedang menunggu jawabannya,"aku tidak akan besikap profesional jika rekan kerja aku, itu kamu, Luna." "Arsen, aku seorang editor yang ditugaskan untuk bekerja sama dengan kamu, kamu penulis hebat, dan aku menghargai itu, bukankah seharusnya kita bisa bekerja sama dengan baik?" tanya Luna, "Tidak perlu, aku tidak membutuhkan itu. Aku bukan seseorang yang kekurangan uang, Luna. Menulis hanya hobiku saja," "Arsen," "Kamu bisa cari orang lain saja, sampaikan salamku pada Bram," kata Arsen yang kini tengah berdiri dari posisi duduknya dan bersiap meninggalkan Luna, Luna tidak ingin kehilangan pekerjaannya, Luna menahan langkah Arsen dengan meraih pergelangan tangan Arsen, membuat Arsen menatap Luna dalam hitungan detik, kemudian menghempaskan tangan Luna, membuat Luna panik dan segera menarik tangannya, "Aku minta maaf, aku tidak bermaksud untuk menghalangi kamu pergi atau bersikap tidak sopan, aku hanya minta kamu untuk memikirkan baik-baik penawaran dari platform kami," "Aku tidak tertarik," "Arsen!" "Luna, jangan buang waktu kamu untuk hal yang tidak penting dan membuat kamu membuang waktu kamu yang berharga" kata Arsen sembari bergegas meninggalkan Luna yang kini menhela nafas panjang. Luna menghempaskan tubuhnya di sofa, melepas rasa penat di hatinya,"tsk, jika saja saat itu kamu tahu apa yang terjadi, apa kamu akan seperti ini, Arsen," gumam Luna pada dirinya sendiri. ** Arshaka meletakkan sebuah figura yang menyimpan sejuta kenangan akan rasa yang pernah Arsen rasakan 3 tahun yang lalu. Hingga akhirnya, sebuah kenyataan pahit membuat Arsaka kehilangan semuanya. jika sang waktu kembali mempertemukan Arsaka dengan cinta yang hilang, bisakah dia Arsaka berarap untuk memiliki cinta itu? Empat tahun yang lalu, kisah ini berawal dari sebuah perjodohan keluarga yang memiliki ikatan persahabatan, yang tak ingin lekang oleh sang waktu. Abimana Mahasura menjodohkan putra pertamanya, Arshaka Mahasura dengan seorang gadis yatim piatu bernama Aluna, pesta pertunangan mereka digelar secara sederhana, mengingat 40 hari yang lalu, Aluna atau Luna baru saja kehilangan kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan tunggal yang terjadi di jalan tol. "Luna, apa kamu baik-baik saja dengan pertunangan ini?" tanya Abimana, "Iya, Om, Luna baik-baik saja," jawab Luna yang tersenyum mendengar pertanyaan seseorang yang dia anggap seperti ayahnya sendiri. "Terima kasih, Luna," ungkap Abimana yang kini menggandeng tangan Luna untuk masuk ke dalam ballroom hotel, tempat dimana pesta pertunangan Arsaka dan Luna diselenggarakan. Semua mata terpanah menatap kecantikan Luna, gadis yang dipilih untuk menjadi tunangan Arsaka. Arsaka tersenyum menatap kedatangan Luna, tangannya terulur menyambut kedatangan Luna bersama ayahnya. Luna dan Arsaka merupakan bintang dari acara ini menghipnotis setiap mata yang memandang sepasang anak manusia dalam kagum. Pesta pertunangan Arsaka dan Luna diselenggarakan secara sederhana, mereka berdua saling bertukar cincin, menandakan kepemilikan satu sama lain. Abimana dan Laras, tersenyum bahagia dengan apa yang mereka telah putuskan, tapi tidak dengan anak bungsu mereka, yang menatap Luna dengan amarah. Luna meninggalkan pesta pertunangannya sejenak, dia ingin menghirup udara malam di balkon. Hiruk pikuk suasana pesta membuat Luna merasa tidak nyaman. "Kenapa kamu di sini?" tanya suara yang tampak familiar dan dia rindukan, "Arsen," "Kamu senang bertunangan dengan kakakku?" tanya Arsen sarkas, "Apa aku harus menjawabnya?" "Kamu egois, Luna!" Luna mengadahkan wajahnya, menahan air mata yang tak ingin dia tunjukkan kepada mantan kekasihnya. Ketika Luna bisa menahan luapan emosi itu, dia menatap Arsen,"aku tidak ingin membahas hal ini, Arsen, kita sudah sepakat untuk mengakhiri hubungan ini. Aku sudah bertunangan dengan Kak Saka, jadi tolong hargai keputusan aku," pinta Luna, "Putus? Aku tidak pernah mengiyakan hal itu, kamu memutuskan hubungan kita secara sepihak, Luna!" "Aku harus melakukan hal ini, Arsen." "Apa karena keinginan kedua orang tua kita, Luna? Tapi, aku juga anak keluarga Abimana? Dimana letak perbedaannya, kamu bisa mengatakan yang sebenarnya, kita bisa membatalkan pertunangan ini. Kamu tau, itu!" "Arsen, semua sudah terjadi." "Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi. Aku akan mengatakan semuanya kepada ayah, aku juga anaknya! Kenapa aku dan Saka berbeda," "Arsen, kakak kamu sedang sakit, apa kamu tega membiarkan dia terluka?" tanya Luna yang membuat langkah kaki Arsen terhenti dan menatap Luna nanar, "Jika aku di posisi itu, apa kamu akan memilih aku, Luna?" tanya Arsen. Luna menundukkan wajahnya, dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, cinta Luna memang hanya untuk Arsen. Petuah mendiang orang tua Luna yang membuat Luna memilih untuk bersama Arsaka. Arsen yang geram dengan keputsan Luna, mengadahkan wajah Luna dan mengecup bibir Luna, bukan hanya kecupan, Arsen tidak puas dengan hal itu dia melumat bibir Luna dengan paksa, membuat Luna memukul d**a bidang Arsen dengan kedua tangan kecil Luna. Sayangnya, Arsen tidak menghentikan apa yang dia lakukan, dia memaksa Luna untuk mengikuti permainan yang Arsen mulai. Luna tidak kehabisan akal, dia menggigit bibir Arsen dan membuat Arsen menghentikan kegiatan yang membuat Arsen hampir saja hilang kendali. "Sekarang, aku kakak ipar kamu, Arsen. Aku akan melupakan apa yang kamu lakukan, anggap saja ini sebagai perpisahan kita," kata Luna yang menatap netra Arsen sendu, "Aku mencintai kamu, Luna. Sesulit itukah membuat kamu berpihak kepadaku?" tanya Arsen iba, "Kita berdua tidak bisa bersama Arsen, tolong terima kenyataan itu," jawab Luna yang mengusap pipi Arsen lembut,"kamu orang baik, Tuhan pasti akan mengirimkan seseorang untuk kamu, tentunya bukan aku," lanjut Luna yang memilih untuk pergi. Tanpa mereka sadari, seseorang melihat interaksi mereka berdua dalam diam. Semenjak bertunangan dengan Saka, Luna tinggal di rumah milik keluarga Abimana, tentu saja selain mereka sangat menyayangi Luna dan ingin Luna mengenal Saka lebih dekat. Saka menderita penyakit jantung dan itu membuat keluarganya lebih memperhatikan Saka daripada Arsen. "Luna, nanti kamu bisa antar Saka ke rumah sakit untuk check up kesehatan Saka, kan?" tanya Laras yang membuat Luna menganggukkan kepala, "Iya, Ma, nanti Luna antar Kak Saka ke rumah sakit," "Ck, Kak Saka bisa ke rumah sakit sendiri, Ma. Dia bukan anak kecil yang haus akan perhatian," sangkal Arsen yang membuat Laras membelalakkan kedua matanya, "Arsen!" "Apa aku salah bicara?" "Kamu!" "Ma, Arsen benar. Saka bisa pergi ke rumah sakit sendiri, Luna pasti memiliki jadwal kuliah yang padat, Saka baik-baik saja," potong Saka yang merasa tak enak hati dengan keributan di meja makan pagi ini, "Saka, kamu harus pergi dengan Luna. Jangan dengarkan ocehan adik kamu!" titah Laras yang membuat Saka menganggukkan kepala, patuh dengan ucapan sang ibu sambung yang siap melahap Saka kapan saja, jika tidak mengikuti apa yang dikatakan Laras. Meskipun Laras ibu sambung Arsaka, dia sangat menyayangi Arsaka dan menganggap Arsaka seperti anak kandungnya sendiri, dan memperlakukan Saka seperti Arsen, anak kandungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN