Chapter 10 - Mulai

1098 Kata
Happy Reading ***** Kalian mungkin sudah sangat tau jika Noah memiliki tempramen yang lumayan sulit di kendalikan, apalagi jika itu sudah berhubungan dengan pelaku pembunuhan. Menurut dia pembunuhan adalah tindakan yang paling ter-keji di dunia, meski Noah juga tau di dalam suatu agama mengatakan 'fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan' nyatanya ia sama sekali tak setuju dengan itu. Pembunuhan benar-benar jahat! orang-orang tak bersalah, orang-orang yang memiliki masa depan tinggi, dan orang-orang yang punya harapan besar dalam hidupnya, dan semua itu malah direnggut paksa oleh satu orang pelaku yang tak bermoral dan punya perasaan. Mungkin benar beberapa orang membunuh lantaran adanya tidak kesengajaan, atau sebagai bentuk perlindungan diri. Kalau seperti itu alurnya Noah jelas no comment. Tapi jika hal itu terjadi pada korban yang tak bersalah Noah jelas akan menentangnya, apalagi jika ia tau bagaimana proses pembunuhan itu terjadi dari bayangan hitam yang ia lihat. Seperti kasus ini, tiga korban yang di bunuh satu minggu ini adalah para gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah maupun sekolah menengah atas, gadis-gadis itu masih memiliki harapan besar dengan hidupnya bukan? maka dari itu Noah berusaha keras menekan egonya sendiri untuk menerima menjadi satu tim bersama rivalnya sendiri, meski nyatanya sangat sulit. "Waw," decak kagum Rilla yang berdiri di samping Noah sama sekali tak di tanggapi oleh pria itu, bukan kagum sih lebih tepatnya kagum yang sarkas. Setelah sebelumnya mereka mengecek kedua lokasi kejadian, Noah dan Rilla pun akhirnya tiba di lokasi yang terakhir, yakni pembunuhan yang paling terakhir atau terjadi lusa lalu. By the way, ketegangan di antara Noah dan Rilla seolah langsung menguap begitu saja, tepat ketika mereka baru sampai di lokasi pertama. Mereka berdua benar-benar patut di acungi jempol atas sikap profesional masing-masing. Lagi-lagi baik Noah maupun Rilla sama-sama shock dengan lokasi kejadian, pelaku pembunuh ini masih amatir atau bagaimana, bahkan pembunuh itu sama sekali tak menghilangkan jejek, pisau untuk melukai pun juga di tinggal. Astaga sepertinya mereka berdua akan menyelesaikan kasus ini lebih cepat dari dugaan. Noah dan Rilla yang sudah memakai pakaian sarung tangan lengkap pun mulai sibuk masing-masing. Rilla tengah melihat dokumen yang tadi sempat ia foto di ponselnya, sedangkan Noah terdiam mengamati sekitar. Lokasi gang itu masih di tutup segel kuning _khas warning kepolisian_, dengan ada darah yang kering yang belum di bersihkan dan di samping tong-tong sampah, banyak bekas darah yang menggenang _setengah kering_ mungkin hanya berjarak beberapa meter dari lokasi mayat di temukan. Sekali lagi, Noah mencoba menganalisis pembunuhan yang terjadi. Dan yang ada di bayangan Noah sekarang adalah proses penikaman terjadi, dari informasi yang di dapat korban 3 bernama Mita pulang dari tempat dia bekerja paruh waktu, dan sepertinya pelaku mencegatnya dari depan mungkin bersembunyi di samping tong-tong sampah itu karena memang tempat itu cukup strategis dan tidak akan terlihat jika dilihat dari arah korban berjalan. Sudut mata Noah tiba-tiba melihat adanya keanehan di balik tong-tong sampah. Karena penasaran yang mendera, tanpa pikir panjang Noah segera melangkah menghampirinya, dan benar saja Noah melihat ada lubang kecil di sana. Tunggu, Sepertinya kenyataan dari dugaan Noah jauh lebih besar, karena saat Noah menyingkirkan satu tong itu, ia dapat melihat jelas adanya lubang besar, cukup untuk keluar masuk satu orang _sedikit menunduk_. Menurut Noah lubang sebesar ini pada dinding beton gang itu bisa dibilang cukup aneh, apalagi lubangnya seolah sengaja di tutupi banyak tong-tong ini. Noah pun mencoba mengecek lebih dekat, kepalanya ia condongkan ke depan, dan Noah bisa melihat adanya jalan sepetak sepanjang samping dinding gang, sedangkan sampingnya lagi adalah dinding tinggi bekas gedung pabrik yang telah terbengkalai sejak lama. Noah memasuki lubang itu, ia melihat sekitar sejenak, dan setelahnya ia menuruti instingnya untuk melangkah ke arah di mana korban 3 berasal. Disisi lain Rilla sendiri awalnya masih sangat fokus dengan data-data di ponsel, "Aku pikir kita harus ketempat kerja korban tiga." Setelah menunggu beberapa detik, ucapan Rilla sama sekali tak ada sahutan dari lawannya berbicara. Karena merasa hal janggal terjadi, Rilla pun menoleh, dan benar saja ternyata pria yang ia aja berbicara sudah menghilang entah kemana. "Aish sial, kenapa tak bilang padaku." Rilla tadi memang memunggungi Noah jadi ia tak tau jika partnernya sudah pergi _sepertinya keluar memasuki lubang itu_. Rilla tau Noah menemukan sesuatu yang aneh dari lubang ini, sebab Rilla juga sadar ia tak melihat adanya lubang sebelumnya. Rilla pun memutuskan untuk menyusul Noah dan memasuki lubang, dapat ia lihat jalanan sepetak itu lumayan mengerikan bagi kakinya. Ck, untung saja Rilla tadi sudah berganti sepatu sport yang awalnya memakai high heels itu, jadi ia tak perlu kesusahan saat melewati jalan becek seperti ini. Rilla melangkah menuju awah kiri begitu saja, meski nyatanya ia sendiri juga tak tau Noah pergi ke arah mana. Langkah kaki Rilla tiba-tiba terhenti menyadari jika adanya lubang yang sama di depan sana, dan ia dengan cepat Rilla kembali keluar melewati lubang itu. Benar seperti dugaannya, Noah tengah kembali ke jalanan gang serta berdiri diam di tempat. Noah yang semula hanya diam pun sontak menoleh ke belakang mendengar langkah kaki dari tempat ia keluar tadi, dan di sana berdirilah Rilla dengan wajah suram. "Kenapa?" tanya Noah langsung sebab penasaran dengan raut suramnya, takutnya ada suatu hal yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya. "Tidak," Rilla tak mau jujur meski sebenarnya cukup kesal kepada Noah, karena pergi tanpa berpamitan, tapi sebagai detektif memang mereka akan berjalan sendiri-sendiri dahulu untuk mencari bukti, yang mana buktinya nanti akan mereka kumpulkan dan simpulkan bersama. "Jadi bagaimana?" Rilla balik bertanya seraya berjalan mendekat pada Noah. Noah terdiam menatap jalanan gang lurus _pada darah-darah yang belum di bersihkan di depan sana_. "Lubang-lubang itu menjadi bukti kuat kalau pelaku adalah masyarakat di sekitar sini." Rilla mengerutkan kening, menunggu penjelasan Noah lebih lanjut. "Tidak akan ada yang tau jika di sini terdapat lubang penghubung jika itu bukan warga lokal, dan sepertinya pelaku menggunakannya untuk mencegat korban. Korban 3 adalah pekerja paruh waktu di swalayan di daerah sana, jadi saat korban menyadari telah diikuti tentu saja korban berlari, karena ada lubang penghubung pelaku bisa mengejar cepat seperti efek muncul tiba-tiba. Dan korban pasti akan sangat terkejut saat itu." jelas Noah panjang lebar. Rilla pun memahaminya, ia mengangguk sebagai sikap setuju. Apa yang di katakan Noah memang ada benarnya, kalau memang pelaku warga lokal sekitar sini, berarti kemungkinan besar akan ada pembunuhan yang sama dengan pelaku sama pula di daerah sekitar sini nantinya. Tidak! Tiga korban saja sudah cukup mengerikan, tidak boleh ada korban yang harus merenggut nyawa. "Ayo kita pergi ke tempat korban tiga bekerja paruh waktu." usul Rilla karena berfikir mungkin mereka dapat menemukan sesuatu di sana. Noah menatap Rilla sejenak. "Okay." **** TBC Cerita ini hanya fiksi, okay!? . . . . . Kim Taeya
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN