Sang Dewa Game

1260 Kata
Satria hanya diam saja karena tahu sejak awal mereka memang hanya ingin mempermainkannya saja, buktinya mereka juga bawa tempat minum masing-masing. Lagipula biasanya mereka makan di kantin atau tempat lain, tapi kali ini mereka malah memilih makan di kelas. Sekilas saja sudah terlihat jelas niat buruk mereka. "Maaf," ucap Satria pelan. "Maaf-maaf minum nih air! Kita nggak butuh air mineral murahan begini!" bentak Leo sambil membuka tutup botol air mineral dan mengguyurkannya ke kepala Satria. Andre dan siswa lainnya langsung tertawa melihat baju Satria basah kuyup seperti itu, Leo dengan teganya kembali mengguyur tubuh Satria sampai dua botol air mineral itu kosong. Andre dan yang lainnya kembali tertawa dengan mulut penuh makanan, siswa siswi lainnya di kelas tersebut ikut tertawa, jika ada saja satu orang yang tidak tertawa maka dia juga akan dianggap musuh oleh kelompok anak-anak elit di kelas tersebut. "Gimana sudah nggak haus lagi kan?" tanya Arga pura-pura peduli. "Ga kasihan dia cuma minum doang kasih makan dong," tukas Andre sambil memberikan botol cabai bubuk yang masih rapat tersegel. Itu artinya mereka memang sengaja membelinya untuk menyiksa Satria. "Buka mulutnya dong adek, pesawat mau masuh nih. Ngiung-ngiung-ngiung," kata Arga sambil menggerakan botol cabai bubuk yang sudah terbuka ke dekat mulut Satria. Tapi Satria langsung memalingkan kepalanya, sontak Andre langsung berdiri. 'Beukh' Dengan keras Andre melayangkan tinjunya menghantam perut Satria hingga dia sempoyongan dan meringis kesakitan. Leo dari belakang langsung melompat dan menghantamkan lututnya ke tubuh Satria sampai dia tumbang ke lantai yang basah, setelah itu Andre kembali mengangkat tubuh Satria dengan menjambak rambutnya. "Buka nggak mulut kau! Atau kau ingin kami hajar lagi hah?!" bentak Andre sembari melotot. Satria terpaksa membuka mulutnya, bukan karena takut dihajar lagi atau takut melawan Andre. Tapi dia tahu semua itu tidak akan ada gunanya dan hanya akan menambah masalah. Arga saat itu juga langsung menaburkan seluruh cabai bubuk dalam botol itu sekaligus ke mulut Satria sontak saja Satria langsung batuk dan wajahnya langsung memerah karena kepedasan. "Hahaha.." Andre dan yang lainnya kembali tertawa puas. Di saat itulah bel masuk berbunyi, Satria terlihat mulai mengeluarkan airmata dari matanya karena pedas di mulut dan panas di tenggorokannya. "Uhuk-uhuk," Satria batuk kembali dan duduk di lantai yang basah sambil memegangi tenggorokannya, bubuk cabai itu sudah tertelan sekaligus dan tidak mungkin bisa dimuntahkan lagi. Saat itulah suara langkah seseorang terdengar dari balik pintu. Andre dan semua siswa lainnya buru-buru membereskan bekas makanan mereka dan duduk rapi di kursinya masing-masing sementara Satria masih tersiksa dan berusaha bangkit. Seorang guru matematika pria tampak sudah berdiri di depan sambil memperhatikan Satria. "Ada apa ini? Kenapa lantainya sampai basah begitu?" tanya guru matematika dengan galak. "Ini pak, Satria kecebur katanya di kolam renang eh malah maksa masuk kelas pake baju basah kuyup begitu," jawab Andre. "Apa benar itu Satria?" tanya guru matematika seraya menatap Satria dengan tajam, tapi Satria tidak bisa menjawab karena dia kepedasan. "Murid macam apa kau ini! pergi keringkan bajumu dahulu lalu kembali lagi!" usir guru matematika sambil menunjuk pintu keluar. Tanpa banyak bicara Satria langsung berlari keluar, tujuannya kali ini sudah jelas toilet. Di luar dia berpapasan dengan Maya dan teman-temannya, mereka langsung tertawa melihat Satria. "Si banci nangis noh," ejek Maya. "Mungkin dia ditolak cowok gebetannya," timpal yang lainnya sambil tertawa. Tapi Satria menghiraukan mereka dan terus berlari ke toilet. Di dalam toilet dia langsung saja meneguk air keran sebanyak banyaknya. Akhirnya setelah muntah beberapa kali rasa pedas di mulutnya serta panas di perutnya langsung reda, Satria langsung membuka bajunya yang basah dan dia gantungkan di kastop agar cepat kering. Perlahan Satria kembali mengatur nafasnya sambil mengepalkan tangannya. "k*****t!" gerutu Satria dengan penuh amarah. "Semua orang di sekolah ini benar-benar b******k!" sambung Satria. Dia tahu kalau guru matematika pasti bisa menebak apa yang terjadi, terlebih kenakalan Andre dan yang lainnya sudah pasti diketahui oleh mereka. Tapi karena orang tua mereka merupakan orang-orang elit membuat semua guru dan staf sekolah tidak berani berkutik sedikitpun. Setelah bajunya kering Satria kembali ke kelasnya, di sana pelajaran terlihat sudah dimulai. Tapi pas Satria masuk guru matematika terlihat langsung memelototinya, semua murid lainnya juga langsung tertawa. Satria langsung menatap sekelilingnya seolah mencoba menebak apalagi yang sudah Andre lakukan selama dia pergi ke toilet. "Itu orangnya pak!" ucap seorang murid pria berkacamata yang bernama Vanzard. Dia adalah siswa terpintar di kelasnya setelah Satria, namun sikap dan kelakuannya sama saja dengan Andre dan teman-temannya. "Satria apa-apaan PR kamu ini! Semuanya salah! Malah ngaco!" bentak guru matematika sambil memperlihatkan buku Satria. "Lihat dong punya Andre dan yang lainnya! Mereka benar semua!" hardik guru matematika lagi sambil melempar buku Satria. Saat itu juga Satria menangkapnya dan melihat PR nya, ternyata benar jawabannya sangat ngaco. Padahal tadi dia mengerjakannya dengan benar sesuai dengan yang dia tulis di buku Andre dan yang lainnya. Setelah dilihat dengan teliti ternyata ada bekas sobekan di buku Satria tersebut, sontak saja Satria menatap Vanzard di kejauhan yang malah melotot. "Maaf pak, semuanya memang ngaco," ucap Satria. "Hahaha.. murid beasiswa kok ngisi PR ngaco!" ejek Maya. "Aduh malu-maluin pemegang beasiswa lainnya aja nih," timpal Andre. "Anehnya selama ini dia dapat rangking dua terus dibawahku, benar-benar malu-maluin," imbuh Vanzard. "Dia pasti curang tuh tiap ulangan!" kata Leo sambil tertawa. "Duduk kau Sat! kerjakan PR-mu lagi!" perintah guru matematika. Satria hanya menunduk dan duduk lagi di mejanya. Tapi saat dia mau menulis ternyata semua alat tulisnya hilang. "Pulpen saya hilang pak," kata Satria. Saat itu juga semua murid kelas tersebut tertawa kembali. "Itu urusan saya juga?" tanya guru matematika dengan wajah kesal. Akhirnya dengan tertunduk Satria langsung izin membeli bolpoin dan kembali lagi ke kelasnya. Hari itu sampai sepulang sekolah dia terus mendapatkan hinaan dan caci maki dari teman-temannya, setiap hari sekolah bagi Satria bagaikan berlangsung satu tahun. Setiap hari selalu saja dia disiksa dan dihina oleh teman-temannya seolah tidak pernah bosan dan lelah. Setelah sampai di kontrakannya Satria langsung mandi, makan dan beristirahat sejenak. Setelah itu dia langsung menyalakan komputer miliknya, komputer itu dia beli setelah tiga bulan kerja sampingan. Satria langsung menggunakan headphone miliknya dan masuk ke dalam game tipe MMORPG paling populer saat ini yaitu game Mythical World RPG. "Kelihatannya hari ini aku akan menghancurkan semua bos dungeon yang ada lagi," ucap Satria sambil tersenyum menatap layar monitornya. Di dalam game inilah dia melampiaskan seluruh kekesalannya, hanya dalam satu malam saja Satria bisa menyelesaikan dungeon terberat yang ada di game Mythical World RPG seorang diri. Padahal biasanya satu squad full 10 orang saja baru bisa menyelesaikan dungeon dalam dua hari. Akun game milik Satria kini bahkan sudah ada di level maksimal yaitu level 70. Dia sudah menamatkan semua event dari yang langka sampai yang biasa serta semua misi yang ada dalam game tanpa membutuhkan waktu yang lama. Nama akun miliknya adalah Loner King (Raja Penyendiri) itu sangat sesuai karena Satria selalu bermain game sendirian tanpa memiliki teman, lebih tepatnya dia tidak mau memiliki teman setelah semua yang terjadi kepadanya selama ini. Satria lebih suka bermain solo apapun misi dan eventnya, jika memang ada event khusus yang membutuhkan orang lain biasanya dia memakai akun cadangannya yang lain untuk digunakan. Meski begitu nickname akun Loner King sudah terkenal di kalangan player game Mythical World RPG, bahkan player lain menjuluki akun tersebut sebagai akun Sang Dewa Game. Bukan tanpa alasan, karena saking hebatnya Satria memainkan game, dia sendirian saja sudah cukup untuk menghadapi satu squad full party berjumlah 10 orang. Bahkan bisa lebih tergantung kemampuan lawannya, banyak guild-guild terkenal yang ingin merekrutnya namun dia tolak. Satria memang lebih suka bermain solo daripada harus bermain duo, trio, squad atau yang lainnya. Baginya sangat sulit untuk mempercayai orang lain lagi setelah semua yang terjadi. Bersambung…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN