BAB 8

1169 Kata
    Matahari masih malu-malu untuk menampakan sinarnya, tapi aku sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk suamiku. Mungkin ini berlebihan, tapi aku sangat senang melihat sikapnya akhir-akhir ini. Membuat wajahku panas seketika jika mengingatnya.     "Hari ini sarapan apa? " Matanya masih mengantuk, tapi dia sudah siap dengan setelan kerjanya yang rapih.     "Aku buat sandwich. Kamu mau teh atau kopi.? " Dia menatapku beberapa saat kemudian tersenyum. Jantungku langsung berulah padahal hanya di tatap beberapa detik.     "Mau teh, gulanya sesendok aja. " Adrian duduk di meja makan menunggu teh buatanku.     "Kamu rapi banget pagi ini, ciee yang udah kerja. " Aku tersenyum malu mendengar godaanya.     "Iyah, hari pertama agak deg-degan. " Ucapku jujur dia terkekeh.     "Santai saja, semua bisa kamu kuasai kalau kamu mau belajar. " Aku mengangguk sambil menggigit bibir bawahku malu. Ini hal baru dalam pernikahan kami, dan rasanya benar-benar mendebarkan memiliki pagi hari yang semenyenangkan ini.     "Lisa berhenti menggigiti bibirmu! Nanti luka. " Adrian menatapku seperti menahan sesuatu, tapi aku tidak terlalu menghiraukan. Bagiku ini adalah perhatian pertama yang dia berikan padaku sebagai seorang istri. Dan aku benar-benar akan mengingat pagi ini seumur hidupku. Bolehkan aku melupakan sejenak bahwa ada nancy diantara kami?     Terkadang aku benar-benar ingin menjadi makhluk egois dimana aku tidak perlu memikirkan perasaan orang lain. Akan ku buat Adrian menjadi miliku seorang, tidak akan aku biarkan siapapun mengganggu. Tapi lagi-lagi aku mengingatkan hatiku, bahwa Adrian juga pantas bahagia. Sedangkan Aku bukanlah sumber kebahagiaannya.     Mengalah itu tidak mudah, tapi jika didasari cinta maka semua akan menjadi mungkin. Ini terlalu naif, seolah aku sangat mengagungkan cinta padahal seumur hidupku tidak pernah mendapatkannya.     Kalian bisa menyebutku sedang bermimpi. Bagiku cinta hanya boleh aku miliki di dalam mimpiku saja. Dan semenjak aku melihat Adrian untuk pertama kalinya di kantin kampus dulu, aku tahu bahwa mimpiku kan berubah menjadi gila.     "Ting tong! " Bunyi bel apartemen terdengar nyaring. Adrian berhenti mengunyah sandwichnya kemudian memandangku.     "Siapa yang bertamu pagi-pagi? " Aku menggeleng tidak tahu.     "Biar aku yang buka, " Dia mengangguk.     "Dimana Adrian? " Kalimat pertama yang diucapkan Nancy dengan sangat ketus kemudian dia menerobos masuk tanpa permisi setelah aku membukakan pintu barusan.     "Baby kok kamu sarapan dirumah sama dia sih?" Aku menghembuskan nafas perlahan, kembali duduk di tempatku tadi dan melanjutkan sarapan. Mencoba mengabaikan dua sejoli yang sepertinya sedang berargumen dengan mesra.     "Biasanya kan kita emang jarang sarapan bareng sayang, kamu mau sandwich? Masih sisa satu nih! " Aku menunduk tidak ingin melihat ekspresi apa yang ditunjukan nancy.     "Aku gak mau makan masakan dia." Ucapnya ketus, sepertinya sekarang dia sedang melayangkan pandangan kesal kearahku, tapi aku tidak peduli.     "Kamu masih marah gara-gara kemarin? Kan aku udah minta maaf sayang." Suara suamiku terdengar begitu lembut. Jantungku seperti diremas. Sadar bahwa aku tidak akan kuat berlama-lama berada diantara mereka, aku buru-buru menghabiskan sarapanku dan secepatnya pergi bekerja.     "Adrian aku sudah selesai, nanti bawa saja koncinya aku bawa duplikatnya. " Aku berdiri dan mengambil tas kerjaku dikamar.     "Kamu pulang jam berapa nanti? " Mau tidak mau aku menoleh kearah Adrian memastikan dia bertanya padaku.     "Kaya jam kantor biasa, kalau ada lembur nanti aku beritahu. " Dia mengangguk kemudian tersenyum. Sementara nancy cemberut sambil memandangku tidak suka.     Dimas sudah menunggu didepan unitnya ketika aku membuka pintu. Senyumnya cerah seperti biasa.     "Gak dikunci pintunya? " Ucapnya pelan ketika aku melangkah kearahnya tanpa mengunci pintu.     "Suamiku belum berangkat. " Dia mengangguk kemudian kami berjalan menuju parkiran bersama.     "Gugup yah hari pertama kerja? " Dimas tersenyum sambil memandangku geli. Wajahku pasti memerah malu.     "Keliatan banget yah? " Dia terkekeh.     "Santai aja Lisa, orang-orang disana baik kok, aku yakin kamu pasti cepat memiliki banyak teman. Jangan jutek-jutek kaya kemarin, juteknya cukup sama aku aja. " Aku mencubit lengannya perlahan. Dia tertawa.     "Berhenti menggodaku!! " Ucapku pura-pura kesal. Dia malah semakin tertawa.Kami berpisah di lift, aku berhenti di lantai 9 sementara Dimas ruangannya di lantai 11. Suasana di lantai 9 sudah mulai ramai, aku menghampiri salah satu kubikel untuk bertanya.     "Maaf mbak Ruangan bu Dian di sebelah mana yah? " Dia tersenyum sangat ramah, mengurangi separuh dari rasa gugupku.     "Lo anak baru yah? " Aku mengangguk, kemudian dia mengulurkan tangannya.     "Kenalin gue Yesi" Aku menjabat tangannya dengan senyum mengembang yang sama. Beberapa orang didekat Yesi ikut berdiri dan antusias untuk berkenalan dengan ku. Dimas benar, mereka baik.     "Ayo gue antar ke ruangan bu Dian, kubikel lo nanti disebelah gue jadi kita bisa ngobrol akrab" Yang ini Renata. Gayanya yang berkelas dan terkesan glamour ternyata tidak membawanya bersikap sombong. Dia sangat ramah dan baik padaku.     "Pokoknya nanti masukin Lisa ke grup chat biar kita bisa gosip bareng!" Nah yang ini Nena, dia yang paling imut diantara semua tapi terlihat paling berisik juga.     "Iya dongs, pastinya lisa harus masuk grup chat. Oke ati ati yah Lisa bu Dian galak!" Yesi tersenyum geli kearahku.     "Jangan percaya Yesi Lis, dia paling suka menakuti anak baru. " Ujar Renata sambil menggandengku menuju kesebuah ruangan. Masih terdengar olehku protes keras Yesi atas pernyataan Renata barusan.     "Gue anter sampai sini yah? Ini ruangan bu Dian. " Rena menunjuk sebuah pintu sambil mengepalkan kedua tangannya memberiku semangat.     "Makasih Ren" Ucapku tersenyum tulus.     "Santai aja, gue tunggu di singgasana kita. " Renata berbalik meninggalkanku. Ku ketuk perlahan pintu kayu yang tampak kokoh itu.     "Masuk! " Terdengar suara seorang wanita yang sangat tegas namun juga anggun.     "Maaf bu saya Alisa an-"     "Saya tahu silahkan duduk. " Dia nampak tidak suka mendengarku berbicara. Atau mungkin memang dia tipe orang yang tidak suka membuang waktunya untuk hal yang tidak penting.     "Ini lembaran kontrak kerjanya, yang di map hijau adalah segala bentuk peraturan perusahaan yang harus kamu patuhi. Silahkan dibaca dan pahami, jika sudah selesai kamu boleh tanda tangan di sini. " Dia menunjuk pojok kanan lembar terakhir dari kontrak kerja dan melanjutkan kembali kesibukannya di komputer.     "Sudah selesai bu, " ucapku,  bu Dian tampak membenarkan letak kacamatanya kemudian melihat lembar kontrak yang sudah aku tandatangani.  Dia tersenyum dan berdiri.     "Selamat bergabung di MJC Lisa, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Mari saya antar ke meja kamu. " Aku berdiri dan mengikuti langkah anggun bu Dian.Dari kejauhan Nampak Renata tersenyum senang diikuti senyum lebar Nena dan Yesi.     "Saya yakin kalian sudah saling kenal? " Bu Dian menatap kami bergantian.  Aku mengangguk sambil tersenyum.     "Ya sudah Renata akan menjelaskan pekerjaan kamu,  saya tinggal yah lisa" Aku tersenyum sambil mengangguk.     "Renata ajari Lisa sampai lancar,  jangan galak-galak. " Renata mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum lebar.     Jam istirahat sudah berlalu. Pekerjaanku tidak terlalu sulit, malah menurutku menyenangkan.  Tinggal tersisa satu jam sebelum jam pulang.  Beberapa menit lalu ponelku bergetar,  aku memutuskan untuk menengok pesan siapa tahu ada yang penting.     Adrian: Bagaimana hari pertama kerja? Aku tersenyum melihat barisan kata yang dikirim Adrian memalui pesan teks.     Aku: Lumayan menyenangkan.     Menunggu balasannya terasa lama sekali.  Aku merasa seperti anak SMA yang sedang berkirim pesan dengan pacar pertamanya. Ada sensasi berdebar yang menyenangkan di d**a.     Adrian: Mau pulang bareng? Jika tidak ingat sedang bekerja, aku sudah bersorak kegirangan.     Aku: Kamu gak jemput nancy?     Entah kenapa malah kalimat itu yang aku kirimkan.  Kugigit bibir bawahku gugup,  kira-kira apa balasannya. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN