ORANG DARI MASA LALU

1071 Kata
Sementara itu di tempat kediaman Ethan, pemuda itu tengah sangat gembira. Ia makan malam dengan sangat lahap. Dan juga wajahnya tidak berhenti tersenyum sehingga membuat Rania mengerutkan dahi menatap putra sulungnya itu. “Kamu kenapa? Habis menang tender besar, ya?” kata Rania. Ethan menggelengkan kepalanya perlahan. “Lebih dari tender, Ma,” katanya. “Wah, wah ... kalau gitu kita harus merayakan kemenanganmu itu,” kata Daniel. Ethan hanya tertawa kecil, “Iya, Pa. Tenderku ini tapinya bukan tender biasa. Tapi tender hati, jawab Ethan. Rania semakin mengerutkan dahinya ia penasaran sekali dengan ucapan putranya itu. “Tunggu ... tunggu, mama jadi penasaran. Apa sih maksud kamu dengan mengatakan tender hati? Jangan bilang kalau kamu sudah berhasil menaklukan hati gadis itu,” kata Rania. “Gadis yang mana?” kata Daniel. “Ah, Papa ini. Itu sekretarisnya Ethan yang cantik itu,” jawab Rania. Ethan pun tertawa kecil, “Seratus untuk Mama. Hari ini aku dan Zalina resmi berpacaran. Menurut Mama bagaimana?” tanya Ethan. Rania tampak girang sekali, ia langsung memeluk putranya itu seperti memeluk bayi. Ia mencubit hidungnya sampai Ethan memekik kesakitan. “Ya ampun, Ma. Aku ini bukan anak kecil, pakai dicubit hidung segala sih,” protesnya. “Iya mama senang. Kayak gini dong. Jadi, kapan kita bisa melamar Zalina?” kata Rania. Ethan langsung mau melototkan matanya, “Aduh, Ma. Aku baru pacaran sehari Mama sudah mau melamar? Emang ibunya setuju?” kata Ethan. “Iya itu urusanmu dong. Kamu harus bisa menarik hati ibunya Zalina. Kalau misalkan enggak setuju kamu beliin dong hadiah-hadiah mahal supaya dia mau merestui hubunganmu dengan putrinya. Apalagi Zalina itu anak tunggal, kan?” kata Rania. Ethan mengganggukkan kepalanya. “Iya, Ma. Tapi Zalina bilang, ibunya jangan dulu tahu hubungan kami ini. Dia takut sama ibunya.” Rania mengerutkan dahinya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja makan. “Kenapa memang ibunya tidak memperbolehkan anaknya pacaran? Atau harus langsung nikah begitu ya? Kalau misalkan harus langsung menikah, mama dan papa enggak keberatan kok langsung ngelamar Zalina untuk kamu. Iya kan, Pa?” kata Rania kepada Daniel. Daniel yang sedang makan langsung meraih gelas dan meminum isinya. Kemudian ia menggangguk, “Iya, Ma. Papa setuju kok kalau misalkan kita datang ke rumah Zalina untuk melamarnya sebagai menantu kita,” kata Daniel dengan tenang. “Tuh dengar kata papamu. Papamu aja setuju. Jadi kamu tunggu apa lagi? Mau tunggu sampai dia diambil orang terus baru kamu lamar?” tanya Rania. Ethan tertawa kecil, “Enggak dong, Ma. Aku juga enggak mau keduluan orang lain. Tapi, yang jelas aku mau pelan-pelan mau ambil hati ibunya dulu. Masa lalu Zalina itu ....” kata Ethan. Daniel langsung menghentikan suapan ke mulutnya. Ia menatap anaknya itu dengan tatapan bingung. “Maksudnya dengan masa lalu? Memang ada apa dengan masa lalu Zalina dan ibunya itu?” kata Daniel penasaran. “Astaga maafkan aku, Ma, Pa. Ibunya Zalina itu wanita penghibur, sebelumnya pernah dipenjara. Nah, tentu saja Zalina tidak tahu siapa ayah kandungnya. Tetapi ibunya sudah lama menghentikan diri dari pekerjaan kotor itu semenjak ia melahirkan Zalina. Tetapi sampai sekarang katanya dia tidak pernah menikah. Dan Zalina sendiri tidak tahu siapa ayahnya. Itu sebabnya ibu Zalina sangat menjaga Putri kesayangannya. Apalagi Zalina itu kan anak satu-satunya,” kata Rania. Daniel terdiam, bagaimana bisa Ethan jatuh hati dengan gadis yang memiliki masa lalu seperti itu? Sepertinya dia harus mencari tahu siapa ibu gadis itu. Melihat suaminya terdiam Rania langsung menepuk punggung tangan sang suami. “Papa kenapa, kok langsung diem? Jangan bilang Papa nggak setuju. Zalina itu anak yang baik terlepas dari bagaimana masa lalu keluarganya. Yang jelas dia adalah anak yang baik dan Mama suka sama dia. Jadi, Papa jangan bilang kalau Papa enggak setuju dengan hubungan Ethan dan Zalina,” kata Rania dengan tegas. Daniel menggelengkan kepalanya perlahan. “Nggak kok, Papa bukannya nggak setuju. Hanya kaget aja sih, Ma. Kasihan juga ya ternyata gadis itu. Papa pikir dia berasal dari keluarga yang harmonis karena melihat sikapnya yang begitu santun. Juga penampilannya yang begitu elegan. Papa pikir dia berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi atau mungkin pegawai negeri. Ya seperti itulah,” kata Daniel. Ethan menghela napas dan menghembuskannya perlahan. “Itulah, Pa. Aku pun tadinya sangat tidak menyangka jika masa lalu Zalina seperti itu.Dan ternyata ia memiliki masa lalu yang kelam. Bahkan menurut orang suruhanku ketika kecil dia seringkali di bully teman-temannya dan dipanggil anak haram. Kasihan sekali dia itu bukan?” kata Ethan. “Mama bisa mengerti bagaimana perasaan Zalina. Pasti sangat berat kehidupan mereka itu.Kalau misalkan keluarganya menyetujui hubungan kalian kamu harus memperlakukan Zalina dengan sebaik mungkin, Ethan. Kalau perlu kamu cari sekretaris yang lain untuk menggantikan Zalina di kantor. Lalu Zalina kamu jadikan calon istri, jangan biarkan dia bekerja. Kamu yang harus membiayai dia mulai dari sekarang. Kamu harus bertanggung jawab atas hidupnya kalau memang kamu ingin menikahi dia,” kata Rania. “Apa nggak terlalu cepat, Ma?” sela Daniel. “Mama rasa tidak,” sahut Rania. Ethan langsung mengangguk. “Iya, Ma. Zalina itu orangnya sangat mandiri. Dan aku yakin seandainya aku mau membiayai hidupnya, dia tidak akan mau. Dia pasti akan memilih untuk bekerja di tempat lain dibandingkan tidak bekerja sama sekali. Dia itu pantang mengemis, bahkan dia memaksa untuk potong gaji setiap bulan hanya karena aku pernah membelikannya pakaian-pakaian yang mahal itu. Mama ingat, kan sewaktu aku membelikannya pakaian-pakaian baru di butik tante Natasha?” Rania menganggukan kepalanya. “Jadi kamu potong gajinya setiap bulan?” “Tentu saja tidak aku katakan itu fasilitas dari kantor. Mana tega aku memotong gajinya hanya untuk pakaian-pakaian yang tidak seberapa itu,” jawab Ethan. Rania langsung mengacungkan jempolnya kepada sang putra. “Bagus! Itu baru anak Mama,” katanya dengan bangga. Daniel menghela napas panjang. Sejujurnya dia sedikit terganggu dengan masa lalu keluarga Zalina. Dulu, dia menikah dengan Rania karena awal dia mengenal Rania sebagai anak yatim piatu. Dia tidak pernah tahu jika ternyata anak seorang pengusaha kaya. Tapi, anak yatim piatu itu jauh lebih baik jika dibandingkan anak mantan napi dan juga tidak tahu siapa ayahnya. “Pa, kok diem aja sih? Papa nggak berniat menentang kan?”tanya Rania. “Siapa nama ibunya Zalina? Papa waktu itu hanya sempat melihat fotonya dan juga cerita dari mamamu. Jadi, papa belum bisa menilai dengan baik,” kata Daniel. “Hmm ... kalau tidak salah nama ibunya Zalina itu Kartika.” “Siapa? Kartika?” “Iya, Ma. Namanya Kartika.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN