MENJADI CANDU

1111 Kata
“Hai, pak Bian apa kabar? Seharusnya bukankah kita bertemu lusa? Tapi, kenapa Anda hari ini datang?” tanya Ethan sambil tertawa. Kemudian mempersilakan Bian untuk duduk. Meskipun Ethan sedikit cemburu kepada Bian tetapi dia harus bersikap profesional kepada partner kerjanya ini. Lagi pula Bian adalah partner kerja yang sangat kompeten. Dia memiliki banyak perusahaan yang maju di bidangnya dan juga seorang pengusaha yang sangat pintar setidaknya itulah penilaian Ethan kepada Bian. “Saya minta maaf, Pak Ethan kalau saya datang lebih awal. Tetapi, beberapa hari lagi saya harus ke luar negeri dan saya sedang mempersiapkan segala sesuatunya jadi saya menemui Anda hari ini,” jawab Bian. Ethan mengangguk tanda mengerti. “Rupanya bisnis Anda semakin maju dan berkembang, ya,” kata Ethan. Bian tertawa ia mengibaskan tangannya lalu duduk dengan santainya. “Tidak juga, tapi Anda kan tahu kalau ini adalah bisnis yang sudah lama dijalani oleh keluarga saya. Dan saat ini saya yang bertanggung jawab. Jadi ya resikonya seperti ini, Pak. Saya harus ke sana dan ke sini .Oh ya pak Ethan saya ingin bertanya satu hal kepada anda mengenai sekretaris anda,” kata Bian. Ethan langsung mengerutkan dahinya, “Sekretaris saya, Zalina. Ada apa dengannya?” tanya Ethan mulai cemburu. Bian memang sangat penasaran dengan hubungan Ethan dan juga Zalina. Semenjak ia bertemu dengan Zalina di apartemen Ethan ia merasa sangat ingin tahu ada hubungan apa antara Bos dan sekretaris itu. Jujur saja Bian sudah merasa jatuh cinta kepada Zalina sejak pandangan pertama ketika gadis itu masih mengenakan pakaian lusuhnya dan bertemu dengannya di restoran. “Maaf Pak, saya bukan mau ikut campur tetapi kemarin-“ Bian tidak langsung melanjutkan ucapannya, ia bingung harus mengatakan apa supaya Ethan tidak tersinggung. Karena hal seperti ini di luar konteks mereka dalam pekerjaan. Ya bisa dibilang ini adalah pribadi yang seharusnya tidak usah dibahas tetapi cukup membuat dia penasaran. Seperti mengerti arah dari pertanyaan Bian, Ethan pun langsung menjawab. “Jika yang ingin anda ketahui adalah hubungan saya dengan Zalina ... ya, saya dan Zalina menjalin hubungan. Dia adalah kekasih saya,” jawab Ethan. Bian terdiam tetapi dalam hati ia masih bertekad untuk memperjuangkan cintanya. Walau bagaimanapun juga dia sangat menyukai Zalina dan dia ingin gadis itu menjadi istrinya. Jadi, tidak masalah jika dia dan Ethan harus memperebutkan cinta gadis itu. ‘Kita lihat siapa yang akan memenangkan Zalina. Pada garis terakhir untuk menjadi istri. Setiap pertandingan itu pasti ada garis finishnya dan pertandingan kita baru saja dimulai,’ kata Bian dalam hati. “Oh, baiklah kalau begitu Pak Ethan. Maafkan kelancangan saya yang sudah mengorek-ngorek hal pribadi Anda. Saya ucapkan selamat jika memang Anda dan Zalina merencanakan sebuah pernikahan,”kata Bian. Ethan tertawa kecil gantian sekarang ia yang mengibaskan tangannya di hadapan Bian. “Kami baru saja jadian, pak Bian. Jadi kemungkinan untuk menikah mungkin masih beberapa bulan atau mungkin satu dua tahun lagi, karena kami ingin saling mengenal satu dengan yang lain,” kata Ethan. Bian hanya mengiyakan perkataan Ethan.Dia sangat yakin jika Zalina dan Ethan sudah melakukan hubungan yang sangat jauh tidak hanya sekedar berpacaran, itu dalam pikiran Bian. Tetapi, tidak mengapa bagi Bian. Memiliki Zalina adalah sesuatu yang sangat ingin ia gapai, ia benar-benar mencintai gadis itu. Dan entah mengapa ia ingin selalu berada di dekat gadis itu dan melindungi gadis itu dari marabahaya. “Baiklah, kita kembali ke bisnis Pak Ethan, jadi kapan kita akan memulai kontrak kerja kita?” kata Bian “Semuanya sedang diurus oleh pengacara saya, Pak Bian. Kemungkinan besar dalam dua minggu ini semuanya sudah selesai. Dan kita bisa langsung menjalin kerjasama kita,” jawab Ethan. “Saya sangat senang mendengarnya. Kalau begitu saya bisa berangkat ke luar negeri dengan tenang,” jawab Bian. “Anda berapa lama di luar negeri?” tanya Ethan. Bian tampak memutar bola matanya dan berpikir, “Kemungkinan hanya satu minggu, Pak. Dan saya akan langsung kembali ke Indonesia karena banyak pekerjaan. Tetapi mungkin saya akan ke Kalimantan dulu untuk melihat perusahaan batubara saya di sana,” kata Bian. “Wah, Anda benar-benar seorang pengusaha yang sangat sibuk dan sukses sekali di usia yang masih sangat muda ini,” puji Ethan tulus. Ia dan Bian memang terpaut berapa tahun. Lebih tua Bian dibandingkan Ethan, jadi pembawaannya pun lebih dewasa. “Baiklah kalau begitu saya harap semua rencana kita akan berjalan lancar, termasuk juga kerjasama kita,” kata Bian. Ia kemudian langsung bangkit berdiri, “saya tidak lama Pak Ethan. Saya harus langsung pergi ke kantor dan mengurus semua yang harus diurus. Banyak sekali dokumen-dokumen yang harus saya tandai tanda tangani hari ini sebelum saya lusa berangkat ke luar negeri,” kata Bian. “Anda tidak minum dulu?” “Tidak terima kasih, lagi pula sekretaris saya menunggu di luar,” kata Bian. “Nona Stella adalah sekretaris anda?” tanya Ethan. Bian mengganggukan kepalanya. “Betul. Ada apa dengan dia?” “Tidak, apakah Anda tidak tahu jika Estella itu adalah sepupu saya? Ayah Estella yang bernama Pak Yohan itu adalah adik tiri papa saya,” kata Ethan. Bian tertawa kecil, “Wah, dunia ternyata sempit sekali ya Pak.” “Betul, saya juga tidak menyangka jika sepupu saya adalah sekretaris Anda. Waktu pertama kali kita meeting, saya memang tidak mau langsung mengatakan hal ini karena takut jika Anda merasa tidak enak,” jawab Ethan. “Tunggu, kalau begitu Anda masih keponakan Pak Yohan?” tanya Bian. “Iya betul, Yohan adalah om saya. Dia adik tiri ayah saya, Anda memiliki hubungan yang dekat dengannya?” tanya Ethan. “Ya, saya kenal. Sampaikan salam saya kepada Om Anda. Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, sampai ketemu dua minggu lagi ketika surat kontrak kita sudah selesai di notaris,” kata Bian. Ethan tersenyum dan mempersilakan Bian untuk keluar. Sore itu dengan memaksa Ethan sendiri yang mengantarkan Zalina untuk pulang. Tadinya, Zalina tidak mau. Tetapi, seperti biasa sikap arogan Ethan membuat Zalina mau tidak mau luluh terhadap bosnya itu. “Aku kan udah bilang nggak usah, ini malah diantar pulang. Kalau ibu tahu bagaimana?” kata Zalina “Biasanya juga kan kau diantar oleh Pak Soleh dan ibumu juga tidak pernah komplain.” “Iya, itu kan Pak Soleh, bukan kamu,” kata Zalina. “Loh memang kalau aku kenapa?” tanya Ethan. “Ibuku bisa curiga kalau bosku sendiri yang mengantarkan, nanti dikiranya kita ada apa-apa,” kata Zalina. Ethan tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan polos kekasihnya itu “Kita kan memang ada apa-apa, terus ya kenapa?” kata Ethan. Zalina hanya mencubit tinggal kekasihnya itu dengan gemas dia tidak tahu lagi harus berbuat apa supaya kekasihnya itu mengerti jika Andini memang sangat protektif kepadanya masalah calon suami. “Kita mampir dulu ke rumahku, yuk,” kata Ethan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN