Bab 10. Aku yang pertama kali mencintaimu

1431 Kata
“Franka!” panggil Gin kesal sambil masuk ke dalam rumah dan memanggil sang adik untuk ia tegur setelah mengotori mobilnya setiap habis Franka pinjam. “Ya Sayangg…. Aku hadir!” Terdengar suara langkah kaki yang ramai dari tangga turun kelantai dasar rumah tinggal orang tua Gin dan Franka. Gin hanya bisa menghembuskan nafas pasrah ketika ia melihat 3 orang anak kuliahan yang tanpa merasa bersalah menghampiri Gin, terutama Harumi yang langsung gelendotan manja di leher Gin. “Ya sayang… mas Gin manggil aku ya…,” goda Harumi manja. Gin menatap 3 orang gadis itu bergantian, yang satu adiknya sendiri si tomboy franka yang selalu melawan dan mengacak-acak barang pribadi Gin, satu lagi Harumi fans terbesar Gin sampai saat ini, yang tak pernah ragu menyentuh, memeluk dan meraba-raba tubuh Gin jika bertemu dan satu lagi si anggun Bianca yang selalu berdiri tenang melihat kelakukan dua sahabatnya yang gila. Gin menatap Harumi yang kini merangkul tangannya yang kekar sambil menatapnya manja. “Mas Gin gak boleh marah-marah gitu, nanti gantengnya hilang …,” bujuk Harumi tetap memeluk erat sebelah lengannya. “Gimana aku gak marah, kalian bertiga kalau habis pinjam mobil pasti kembali dalam keadaan berantakan. Aku gak suka begitu!” “Iya maaf sayang … nanti kami bersihin yaa…” jawab Harumi tak peduli malah menyenderkan kepalanya dilengan Gin. “Ya sudah, aku pergi dulu kalau begitu,” gumam Gin perlahan. “Loh, sayangnya aku mau kemana? Baru pulang kerja udah mau pergi lagi,” tahan Harumi tak ingin Gin beranjak pergi. “Aku mau nonton, pusing lihat kalian bertiga,” gumam Gin pelan. Mendengar kakaknya ingin pergi nonton film, Franka segera mendelik kepada Harumi, hanya Harumi yang bisa membujuk Gin yang biasanya lebih senang pergi sendiri kini menjadi ber empat. “Kok pergi sendiri sayangnya akuu… kita temenin yaaa… tenang nanti aku yang traktir tiket nontonnya, mas Gin traktir kita makan aja,” bujuk Harumi dan kini ia kembali bergelayut manja melingkarkan tangannya dileher Gin mesra. Gin menoleh kearah Harumi yang wajahnya berada dekat sekali dengan wajah Gin. Wajah cantik si genit ini membuat Gin menatapnya dalam. “Kenapa harus selalu ber 3? Gimana kalau aku hanya ingin pergi sama kamu aja?” ucap Gin lembut membuat Franka yang asik makan cemilan tersedak dan Harumi terbatuk-batuk diwajah Gin. “Ihhh, gak bisa gitu… kalau mau bawa aku harus bawa Franka dan Bianca juga…” ucap Harumi sedikit takut dan mulai melepaskan rangkulannya. Tetapi Gin menahan pinggang Harumi hingga perempuan itu tak bisa lepas dari pelukan Gin. “Bertahun- tahun setiap ketemu kamu selalu memanggilku sayang akuu, cintanyaa harumi… mana? Kamu beneran mau gak sih sama aku? Diajak pergi berdua selalu menolak,” ucap Gin tak memberi celah pada Harumi untuk menolaknya. “Mas Gin kenapa sih? Lagi kesambet ya?” ucap Harumi gugup sambil menyentuh dahi Gin dengan tangannya. “Ayo kita pergi, katanya kamu mau nemenin aku nonton bukan?” ucap Gin sambil menarik tangan Harumi dan menggenggam jemari tangan Harumi erat. “Kita ikut kann,” ucap Franka segera mengambil tas ketiga temannya disofa. “Gak! Kali ini aku hanya ingin pergi sama Harumi saja, kalian nonton ditempat lain saja,” ucap Gin sambil mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa ratus ribu ketangan Franka. “Okeh!” ucap Franka senang dan segera menarik Bianca menjauh dari Harumi dan Gin. “Loh, aku kok ditinggal sendiri? Bianca! Franka!” ucap Harumi takut sekaligus gugup ketika Gin kembali mengambil jemari tangannya dan menyambar tas milik Harumi. “Mas Gin lagi marah ya sama aku karena aku godain terus?” tanya Harumi panik. Ia tak pernah terpisah dari kedua sahabatnya jika pergi dengan Gin. Ini pertama kalinya ia berduaan saja dengan kakak sahabatnya. “Nggak aku gak marah sama kamu, aku hanya ingin kamu membuktikan ucapan kamu saja,” ucap Gin sembari memasangkan safety belt ditubuh Harumi. “Ih mas Gin… aku kan cuma bercanda godain mas Gin…” ucap Harumi tak enak hati. “Bisa ya bercanda seperti itu bertahun-tahun… tapi kali ini aku tak ingin bercanda Harumi, Aku beneran ingin jadi sayang dan cintanya kamu,” ucap Gin tenang membuat Harumi tersedak dan kembali terbatuk-batuk. Harumi menatap Gin dengan pandangan bingung. Sedangkan Gin sebaliknya ia menatap Harumi dengan binar mata kemenangan. Gin menyadari bahwa sejak hari pertama Harumi hanya melihatnya kagum. Tak ada yang akan menolak tampilan fisik Gin yang tampan, gagah, tinggi dan terlihat cool. Ekspresi Harumi yang menatapnya kagum begitu polos menyentuh perasaan Gin. Sejak dulu ia tak pernah merasa terganggu dikelilingi 3 perempuan yang selalu mengganggunya ketika mereka bertemu. Terutama saat bertemu Harumi, seolah waktu yang dinanti-nanti Gin ketika perempuan itu akan datang kepadanya dengan genit dan merayunya dengan bahasa bahasa gombal. Harumi yang manja, Harumi yang cerewet dan nakal selalu mengisi benak Gin kemanapun ia pergi. Walau ia telah memiliki kekasih, tetapi setiap kehadiran Harumi selalu mengalihkan dunianya. Kini setelah ia kembali single, Gin tak ingin hanya digoda saja oleh Harumi. Ia ingin gadis itu benar-benar menjadi kekasihnya. Ia ingin Harumi tak hanya menatapnya kagum tapi benar-benar mencintainya. Gin mengelus pipi Harumi dengan hidungnya yang mancung dengan lembut. Tercium aroma parfum Harumi yang manis dan lembut membuat Gin semakin menggila. “Aku capek digodain kamu terus, kali ini aku tak ingin cuma kamu goda Harumi, aku ingin kamu benar-benar serius cinta sama aku,” bisik Gin dan menatap Harumi yang tengah menatapnya takut juga bingung. Harumi hanya bisa menahan nafasnya ketika tiba-tiba Gin mencium dan melumat bibirnya lembut. Ini adalah ciuman pertama Harumi dalam hidupnya dan ia tak menyangka bahwa Gin yang akan mencurinya. “Eeeuuuhwwhhwh!” terdengar suara Franka yang merasa geli ketika melihat sang kakak berciuman di dalam mobil bersama Harumi. Harumi segera mendorong Gin menjauh dan merasa malu ketika melihat Franka dan Bianca berada didepan mobil Gin. “Kenapa sih ganggu terus?!” ucap Gin sambil membuka kaca jendela. “Kurang duitnya?” tanya Gin lagi kesal. “Mas Gin kenapa sih?! Tiba-tiba jadi beringas begitu! Kasian Harumi loh, kalau ternyata mas Gin gak beneran cinta. Dia adalah pengagum terbesar mas Gin yang sebenarnya gak ada lebih-lebihnya ini!” protes Franka yang merasa heran pada sikap sang kakak mendadak tiba-tiba berubah. “Siapa bilang aku gak cinta? Aku cuma gak sabar nunggu Harumi menyatakan cinta, ternyata memang harus dipihak pria yang nyatain duluan,” ucap Gin kembali menatap Harumi yang masih tampak syok dengan ciuman mereka. “Sudah ya, aku mau pacaran dulu sama Harumi. Tolong tanggal catat tanggal hari ini sebagai tanggal resmi hari jadian aku sama Harumi. Ini tambahan duit jajan kalian,” ucap Gin sambil membuka dompet dan kembali memberikan beberapa ratus ribu pada Franka. Perlahan ia segera menjalankan mobilnya, sedangkan Harumi segera menoleh kebelakang seolah meminta tolong pada Franka untuk membebaskan dirinya, tetapi sahabatnya itu sedang sibuk menghitung uang di tangannya dengan bahagia. Sedangkan Bianca berdiri mematung menatap mobil yang pergi keluar dari halaman rumah Gin yang besar dengan mata berkaca-kaca sebelum air mata nya menetes tanpa Franka ketahui. Ia patah hati. *** Gin terbangun dari tidurnya perlahan ketika merasakan celananya basah. Perlahan Gin mengusap wajahnya dan tampak kacau. Di tangan kanannya ada pakaian Harumi yang ia ciumi sebelum tidur tadi. Hampir setahun ini ia selalu tidur dengan menciumi pakaian sang istri jika syahwatnya sedang tinggi. Hanya dengan pakaian itu atau bermimpi b******u dengan Harumi yang bisa membuat celana dalamnya selalu basah. Kadang Gin merasa dirinya seperti orang munafik. Ia mencari pelampiasan perasaannya pada Bianca, tetapi untuk hasratnya ia selalu membutuhkan Harumi. Gin meremas rambutnya perlahan dan mencoba untuk duduk. Kini perempuan yang selalu membuatnya basah itu tengah tertidur diruangan yang lain dirumah yang sama. Gin perlahan berdiri untuk membersihkan dirinya lalu keluar dari kamar menuju kamar Harumi yang tak terkunci karena permintaan dirinya setelah ia mengobati memar Harumi. Benar saja, ketika Gin masuk, Harumi tengah tertidur dengan gelisah di dalam ruangan temaram. Terlihat keringat dingin mengalir deras didahinya. Tubuhnya terasa panas karena demam dari menahan rasa sakit. Gin segera mengambil obat dan segelas air. Perlahan ia membangunkan Harumi dan membantunya duduk untuk minum obat. “Minumlah, setelah minum obat ini demammu akan segera turun,”bisik Gin sambil memeluk Harumi dari belakang agar istrinya itu bisa meminum obat dengan baik. Harumi tak bisa menolak, tubuhnya terlalu ringkih dan sakit. Ia memang membutuhkan pertolongan. Gin kembali membaringkan tubuh Harumi dan merapikan selimutnya sebelum mengompres dahi Harumi dengan air hangat. Setelah Harumi kembali tidur, Gin merangkak naik keatas ranjang yang sama dan membaringkan dirinya diatas selimut yang menutupi tubuh Harumi. Ia tak peduli jika esok Harumi akan mencaci maki dirinya, tetapi malam ini ia hanya ingin tidur bersama sang istri untuk menemukan kembali jawaban mengapa ia masih seperti ini. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN