“Terima kasih, Bibi Lee.” Wanita itu menunduk dalam setelah menerima beberapa lembar won dari wanita paruh baya pemilik kedai. “Sama-sama, Nak Seo. Ingat pesanan bibi besok dua ratus kue beras dan kue kenari. Jangan sampai terlambat atau besok bibi akan kena marah oleh Nyonya Wang.” “Siap, Bi. Percayakan padaku. Seperti sebelumnya semua akan sampai tepat waktu.” “Tentu saja, aku percaya padamu, Seo Han. Kau sangat bisa diandalkan.” Setelah percakapan singkat itu, Seo Han pun berpamitan dan pulang ke rumah dengan perasaan lega. Kue-kue buatannya yang ia titip di warung semakin laris setiap harinya. Bahkan kadang-kadang bibi Lee—sang pemilik warung mendapat orderan khusus hingga Seo Han sering kali harus lembur dalam mengerjakan pesananannya. Seo Han berjalan meny