Part 3

3047 Kata
    "AAKKHH!!"     Han Tae tersenyum puas saat melihat wajah Seo Han yang tersiksa karena perbuatannya. Deraian air mata dan rintihan wanita itu sama sekali tak mampu membangkitkan nurani seorang Han Tae. Dendam sudah membunuh kebaikan dalam dirinya dan menjadikannya sosok iblis yang begitu kejam.     Tiga jam yang lalu ketika dengan sangat kasar Han Tae menjejalkan vibrator ke dalam inti wanita itu, membuatnya menjerit kesakitan. Selain itu Han Tae juga melepas ikat pinggangnya dan mencambuk wanita yang terikat itu dengan sangat keras. Mendengar rintihan Seo Han yang mengiba membuat Han Tae merasa puas dengan aksi balas dendamnya.     Selain cambukan yang mengenai hampir sekujur tubuh Seo Han hingga ke kakinya, Han Tae juga beberapa kali menampar Seo Han. Han Tae memaksa wanita itu untuk melepaskan desahannya akibat vibrator yang mengaduk intinya dengan kecepatan penuh.     Namun, meski begitu Seo Han masih berusaha mati-matian menahan desahannya, ia menggigit bibir bawahnya hingga pecah dan berdarah. Daripada mengeluarkan suara laknat itu, Seo Han lebih memilih untuk melukai dirinya dengan cara seperti itu.     "Mendesahlah, JALANG!" teriak Han Tae bersama satu tamparan keras mendarat di pipi sang wanita. Setitik air mata pun kembali meluruh jatug membanjiri pipi Seo Han.     Wanita itu masih saja diam membuat Han Tae makin tersulut emosi. Pria itu kembali mencambuk pinggang Seo Han hingga ia menjerit. Luka lebam kembali tercetak di tubuh Seo Han.     Han Tae masih belum puas sebelum Seo Han mengeluarkan suara laknat seperti yang dia mau, maka Han Tae tak akan berhenti dengan semua siksaan itu.     “Taeehhh … aahh … ku mohon … berhenti.” Ratap Seo Han dengan suara terbata dibarengi sedikit desahan yang lolos dari bibirnya.     “Bagus mendesahlah jalang, lebih keras lagi!” Han Tae memukul d**a Seo Han dengan keras. Seo Han kembali menjerit. Bagaimanapun dengan perlakuan seperti ini, wanita itu tidaklah mungkin bisa merasakan kenikmatan yang harusnya ia rengkuh dari intinya yang terus menerus diaduk secara brustal.     Merasa jika ia semakin lama diam maka Han Tae akan semakin menyiksanya, Seo Han pun menyerah kalah. Tak ada lagi yang bisa Seo Han lakukan selain mendesah mengikuti keinginan Han Tae. Seo Han mencoba terlihat menikmati getaran vibrator di intinya yang sengaja dihidupkan dengan kecepatan maksimal.     Air mata Seo Han luruh bersama seluruh rasa sakit yang menderanya. Namun, meski Seo Han sudah berulang kali menguarkan suara laknat yang ingin ia dengar, Han Tae belum juga merasa puas. Han Tae tak segan-segan mencambak rambut wanita itu dengan sangat kasar. Merasa sakit yang teramat sangat di kepalanya membuat Seo Han menengadah. Setelah itu dengan serta merta Han Tae melumat dengan kasar bibir Seo Han. Pria itu bahkan menggigit biarai wanita itu hingga sesekali bibir Seo Han nampak mengeluarkan darah. Setelah beberapa menit Han Tae menikmati bibir Seo Han dengan, bibir wanita itu pun tampak bengkak.     Sekujur tubuh Seo Han terlihat sangat berantakan dengan luka memar di mana-mana. Wanita it uterus-menerus meratap dan memohon untuk dilepaskan. Ia juga berulang kali meminta maaf dan memohon ampunan pada Han Tae. Namun, kebenciannya terhadap Seo Han benar-benar telah mengubah Han Tae menjadi iblis. Ia berulang kali mengabaikan permohonan wanita itu dan malah semakin menyiksanya.     “Ini untuk Jimmy, Jalang Sialan! Akan kubuat hidupmu tak akan mudah, kau bahkan akan memohon untuk kematianmu!” geram Han Tae dengan wajah merah padam menahan dendam yang terus bergejolak dalam dirinya.     “Aku mohon maafkan aku,” rintih Seo Han.     “Akuhhh … sudah merasakan hhh … hukumannya di penja hhh … ra, jadi kumohon lepaskan aku Han Tae hhh …,” pinta Seo Han dengan napas tersengal-sengal kelelahan, sebab sudah beberapa kali ia sampai pada pelepasannya karena alat sialan yang bersarang di intinya.     Mendengar setiap perkataan Seo Han, tak berpengaruh apa pun selain kebencian yang semakin dalam di hatii Han Tae.     “Penjara?! Kau pikir itu cukup, hah?! Itu tak akan cukup untuk Jimmy sahabatku. Bahkan meski tubuhmu membusuk di penjara sekalipun itu masih taka akan pernah cukup. Dan, aku datang untuk membalaskan seluruh dendam sahabtaku,” sahut Han Tae.     Pria itu tetap melanjutkan siksaannya hingga kini sudah hampir tiga setengah jam berlalu. Tenaga Seo Han pun teruras habis. Tubuhnya terasa semakin lemas karena o*****e yang terjadi berulangkali dan juga rasa sakit di sekujur tubuh yang menghujam bersamaan. Akhirnya ketika ia kembali mendapatkan pelepasan untuk yang kesekian kalinya, Seo Han pun terkulai tak sadarkan diri.     Han Tae yang melihat itu pun mendesis kesal. Sungguh ia belum puas dengan semua siksaan yang ia layangkan. Han Tae masih ingin melakukannya lagi dan lagi. Sampai seluruh kebencian dalam dirinya menguap sirnya, yang mungkin saja itu artinya selamanya. Ya, Han Tae akan menjadi neraka paling sempurna untuk Seo Han.     Masih dengan raut kesal Han Tae pun dengan terpaksa harus mematikan vibrator yang masih terjejal di inti Seo Han. Bagaimanapun ia takut  jika Seo Han berakhir mati kelelahan. Sebab, jika Seo Han mati sekarang maka Han Tae akan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan siksaannya. Han Tae pun menghentikan kekejamannya sesaat. Ia pun menarik vibrator dari inti Seo Han dengan sedikit kasar     Tujuan utamanya mendatangi wanita itu bukanlah untuk membunuh tapi hanya untuk menyiksanya. Han Tae pun memutuskan untuk melepas ikatan tangan Seo Han dan membiarkan tubuh wanita itu tergeletak di lantai yang dingin tanpa busana yang melindunginya..     Masih dengan raut kesal Han Tae berjalan mendekati meja kasir, di mana ia meletakkan kunci pintu utama toko kecil itu. Han Tae mengambil kunci itu dan bersiap untuk pergi. Namun, sekali lagi ia menoleh, kemudian melangkah mendekat kembali ke arah Seo Han. Han Tae berjongkok di sana, memerhatikan wajah Seo Han yang kacau balau karena siksaannya.     "Nikmatilah malam ini, Seo sayang, semoga kau tak mati kedinginan, sebab aku akan datang lagi untuk memberimu siksaan yang lebih dan lebih lagi sampai kau menyesal telah bernapas di dunia ini." lirihnya sambil menepuk-nepuk pipi Seo Han yang membiru. Setelah itu barulah ia berdiri dan berjalan menuju luar gedung meninggalkan Seo Han sendirian dalam gelapnya toko itu. *     Setelah menyelesaikan satu misinya yang menurutnya cukup memuaskan Han Tae tak langsung pulang ke rumahnya, ia malah memilih pergi ke café. Han Tae berniat menuntaskan gejolak dalam dirinya. Melihat tubuh Seo Han yang menggelinjang setiap kali wanita itu mengalami pelepasan akibat getaran vibrator di intinya, sejujurnya sangat mempengaruhi libido Han Tae. Sejak tadi ia sudah menahan hasratnya untuk tidak memasukkan miliknya sendiri ke dalam inti wanita itu.     Ini mungkin terdengar gila, tapi desahan wanita itu benar-benar memenuhi isi kepalanya sekarang. Itu pula alasan kenapa sekarang ia ada di sini. Di café plus-plus yang menyewakan jalang untuk memuaskan hasratnya.     Han Tae tidak lupa untuk menelpon Yoonki—sang kakak dan mengatakan bahwa dirinya tak akan pulang malam ini. Tentu saja ia merasahasiakan urusannya dengan Seo Han. Han Tae hanya menyampaikan kalau dirinya akan menginap di cafe, karena ia harus menuntaskan libidonya dan Yoonki mengizinkannya. Han Tae bukan anak kecil lagi, ia sudah tahu mana yang benar dan mana yang salah, karenia itulah Yoonki tak terlalu memepermasalahkan apa pun yang ingin dilakukan adiknnya.     Seorang wanita yang berpenampilan cukup seksi sudah duduk dia tas pangkuan Han Tae, tapi pria itu masih saja belummerasa puas. Tatapannya masih mengarah pada beberapa wanita yang menari dengan pakaian teramat seksi, bahkan hampir telanjang di lantai dansa.     Para wanita penjaja s*x itu membiarkan tangan-tangan liar para pria yang  ikut menari merabanya dari berbagai arah.     "Cih." Han Tae mendesis kesal. Kemudian ia meneguk wine yang ada di tangannya hingga tandas.     “Kenapa menatap ke sana terus?” manja jalang yang kini duduk di pangkuannya, sembari meraba-raba d**a Han Tae dan melepas satu kancing baju Han Tae.     Han Tae mengabaikan pertanyaan wanita itu. Namun, meski demikian, Han Tae langsung menarik tengkuk belakang sang wanita dan menyambar bibir tebal si wanita sewaan. Pagutan Han Tae sangat liar dan menuntut. Hanya dalam sekejap saja, wanita jalang tadi sudah kewalahan. Napasnya tersengal. Rambutnya berantakan dan pakaiannya sedikit tersingkap sebab tangan Han Tae bergerak sangat liar menjelajah hampis seluruh bagian sensitive si wanita.     Ketika wanita jalang tadi sudah terjebak dalam birahi karena perlakuan Han Tae, laki-laki itu malah mengusirnya untuk menjauh. Rupanya mencumbu wanita itu sama sekali tak memberinya kepuasan apa pun selain rasa kesal. Ya, rasa kesal. Entah kenapa ia malah seperti itu. padahal saat ini ia benar-benar sedang ingin bercinta.     Jika saja ia dan Jenifer kekasihnya tak putus setengah tahun lalu, maka Han Tae bisa menyeret wanita berkebangsaan Amerika itu untuk ikut bersamanya ke Korea. Dan, sekarang tentu ia bisa melampiaskan libidonya dengan sempurna. Meski Han Tae tergolong pria b******n yang suka meniduri wanita teman kencannya, tapi Han Tae tipe pemilih dalam mengajak wanita untuk bercinta. Itulah kenapa sekarang ia memilih untuk duduk sendiri setelah wanita jalang tadi pergi meninggalkannya dengan kekesalan yang luar biasa. Sayang sekali birahi wanita jalang tadi tak tersalurkan dan malah dibunuh di awal permainan.     Hubungan Han Tae dan Jenifer telah kandas sejak wanita itu memilih berselingkuh dengan pria sebangsanya. Wanita bule itu malah mengaku hamil dengan pria lain saat Han Tae berfikir bahwa janin yang dikandung sang kekasih adalah hasil karyanya. Maka dengan pengakuan itu juga menjadikannya dasar untuk mengakhiri hubungannya, yang mereka bina hingga lima tahun lamanya. Padahal dulu saat awal-awal, ia dan Jenifer pernah menghabiskan waktu selama sebulan penuh di atas kapal pesiar, untuk menikmati jackpot yang didapatnya setelah meniduri Seo Han.     Sebenarnya, putusnya hubungan mereka bukan murni salah Jenifer. Namun, kesalahan yang paling besar justru dibuat oleh Han Tae sendiri. Sungguh, itu adalah salah Han Tae, karena ia lah yang tak setia.     Berulang kali Jenifer melihatnya bermain dengan wanita lain. Entah itu teman kuliahnya atau beberapa idol yang siap didebutkan Yoonki, juga terkadang dengan mereka yang bahkan sudah melahirkan sebuah karya. Semua seakan mengantre jadwal untuk mengangkang di bawah kendali Han Tae. Ya, sebab pria itu terlalu sempurna untuk diabaikan.     Han Tae juga terlalu b******n hingga selalu bersedia tidur dengan wanita-wanita itu. Padahal, Jenifer sendiri telah merelakan seluruh tubuhnya dijelajah oleh pria bernama Han Tae itu. Semakin lama Jenifer pun merasa semakin muak dengan apa yang dilakukan Han Tae, hingga pada akhirnya ia jenuh dan berakhir dengan melakukan perselingkuhan dengan sahabat masa kecilnya. Jenifer ingin kebebasa. Sebab jika tidak dengan cara seperti itu, maka Han Tae tak akan pernah mau melepaskannya.     Jenifer cukup bahagia dengan pilihan yang diambilnya. Secara sadar Jenifer mengijinkan sahabatnya menanam benih dirahimnya. Wanita itu bahkan sengaja berhenti  berhubungan dengan Han Tae untuk beberapa bulan agar memastikan bahwa benih yang berkembang dalam dirinya adalah benih pria bule sahabatnya.     Dan, Tuhan pun melancarkan rencananya. Jenifer hamil setelah beberapa kali bersetubuh dengan David—sahabatnya. Setelah sebulan Jenifer meyakinkan Han Tae untuk melepaskannya, akhirnya Han Tae pun melepaskan wanita itu dengan berat hati, sebab sejatinya Han Tae memang sangat mencintai wanita bule itu. Sebulan setelah pengakuan itu dilakukan Jenifer dan Han Tae pun akhirnya berpisah baik-baik. Jenifer diboyong ke Amerika oleh pria selingkuhanya dan menikah di sana.     Han Tae menenggak minumannya sekali lagi. Bukan karena ia masih sakit hati karena perselingkuhan Jenifer, tapi karena merasa jalang-jalang di cafe itu tak ada yang menarik minatnya sama sekali.     Sejenak ia memejamkan matanya. Mungkin Han Tae akan kembali saja ke apartement dan mengurungkan niatnya untuk bercinta malam ini. Namun, dalam sekejap bayangan Seo Han kembali memngganggunya. Han Tae mengacak rambutnya dengan frustasi saat ia teringat lagi akan desahan Oh Seo Han tadi. Sial. Libidonya kembali bangkit. Tubuhnya malah menginginkan wanita itu.     Body seky Seo Han terus berputar di kepalanya. Malam pertama ketika ia merenggut kegadisan Seo Han pun berputar ulang di memorinya. Han Tae mendesah kesal.     Sepertinya saat ini tak ada satupun wanita yang bisa memenuhi hasratnya selain Oh Seo Han. Wanita itu memiliki body sempurna, sangat indah dan menggoda. Paras yang cantik dan kulit selembut bayi dan seputih pualam. Seo Han juga sangat menggoda dengan ukuran buah d**a yang sempurna, juga inti wanita itu yang begitu sempit dan mengigit. Bagaimanapun Han Tae sudah pernah merasakannya. Itulah kenapa sekarang ia ingin merasakan wanita itu lagi.     Maka begitulah, setelah menenggak minumannya dari gelas terakhir, Han Tae pun memutuskan untuk kembali ke Myongdong.     Sesaampainya di sana ia membuka pintu toko itu. Dilihatnya Seo Han sudah sadarkan diri dengan sendirinya. Refleks wanita itu memundurkan Langkah ketika Han Tae berderap mendekat ke arahnya. Seo Han terus melangkah mundur dengan raut ketakutan sambil memakai bajunya. Wajah Han Tae yang memerah terkena pengaruh alkohol makin menambah kegelisahan di hati Seo Han. Tubuhnya bahkan gemetar dengan netra bergerak gelisah.     Bau alkohol menguar dari tubuh Han Tae. Pria itu berderap maju dengan sedikir terseok, begitu mengintimidasi. “Sudah sadar kau rupanya, Manis,” ucap pria itu sambil menyeringai iblis.     Seo Han semakin berjaga-jaga, ia terus memundurkan langkahnya hingga berakhir di pintu gudang yang masih tertutup. Gudang itu adalah harapan satu-satunya untuk bisa selamat kali ini. Maka dengan cepat Seo Han memutar kunci gudang, lalu menerobos masuk ke dalamnya.     Napas Seo Han memburu, nyalinya menciut takut saat mengingat wajah iblis Han Tae  saat pertama kali datang. Ketika itu Han Tae menyiksanya dalam keadaan sadar dan itu saja sudah cukup menyiksanya. Jika sekarang ditambah pria itu tengah mabuk, maka siksaan Han Tae pasti akan jauh lebih menyakitkan dari pada tadi. Membayangkannya saja sudah membuat Seo Han merinding.     Melihat Seo Han yang masuk dan mengunci pintu gudang, membuat Han Tae menggeram marah. Ia pun menggedor pintu gudang dengan kasar. Sambil berteriak agar Seo Han segera membuka pintu. Pria itu sudah tak tahan lagi ingin menuntaskan gairahnya yang sudah bergolak dalam dirinya sejak tadi.     "BUKA PINTUNYA b******k!"     Seo Han yang ketakutan menutup telinganya, sambil berharap Han Tae menghentikan aksinya dan segera pergi meninggalkan tempat itu.     "JALANG SIALAN! BUKA PINTUNYA ATAU AKU AKAN MEMBAKAR TEMPAT INI."     Mendengar ancaman itu Seo Han pun kembali menangis. Haruskah ia membiarkan dirinya mati di sana bersama tokonya yang terbakar? Ataukah ia harus membuka pintu dan  membiarkan Han Tae melecehkannya sekali lagi. Tidak, ia tak ingin mati sekarang. Sebab ada begitu banyak hal yang ingin dilakukannya setelah keluar dari penjara. Termasuk mencari seseorang yang telah menghilang darinya beberapa tahun lalu.     Terjebak dalam kebimbangannya Seo Han masih terus menangis. Saat itulah didengarnya Han Tae berteriak dengan tingkat emosi yang sudah tak terkendali. Pada akhirnya Seo Han pun menyerah, ia mengalah dan perlahan membuka pintu itu. Demi seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya, Seo Han masih belum mau mati.     Perlahan Seo Han memutar kunci gudang dari dalam. Ia masih berharap bahwa Han Tae kali ini akan memperlakukannya dengan lebih baik, tidak sekasar tadi. Sebab sekujur tubuhnya masih sangat sakit.     Namun, ternyata semua itu hanya harapan semu. Baru saja Seo Han membuka pintu. Han Tae langsung menerjang masuk, membenturkannya di lemari penyimpanan pakaian. Kemudian dengan cepat mengikat kedua tangannya seperti kejadian yang terlewat beberapa jam yang lalu.     “Tae, kumohon jangan perlakukan aku seperti ini. Akan kulakukan apa pun yang kau mau Han Tae, tapi jangan siksa aku dengan cara seperti ini,” ratap Seo Han penuh harap. Namun, sekali lagi Han Tae seolah tuli dan tak memiliki hati nurani. Laki-laki itu mengabaikan ratapan Seo Han dan langsung membungkam wanita itu dengan bibirnya. Han Tae melumat bibir Seo Han yang masih bengkak dengan penuh nafsu.     Tangannya pun bergerak liar meraba semua hal yang sempat dibayangkannya tentang Seo Han tadi. Tak ada sejengkal pun bagian tubuh Seo Han yang lolos dari sentuhan Han Tae yang menggila.     Hingga sesaat kemudian bunyi pakaian yang dirobek paksa terdengar nyaring. Seluruh pertahanan hati wanita itu pun kembali terkoyak, Seo Han tak kuasa lagi untuk membendung air matanya. Wanita itu menangis dengan tangan terikat sementara Han Tae sudah menejalajah tubuhnya dengan lidahnya.     Sesekali Han Tae mengigitnya dengan sangat kasar, membuat Seo Han menjerit kesakitan. Tak hanya sampai di situ Han Tae juga meremas dadanya dengan tak manusiawi. Sungguh daripada seperti ini rasanya Seo Han lebih memilih mati.     “Jangan menangi wanita sialan!” hardik Han Tae. Ia menjambak rambut Seo Han dengan keras kemudian kembali melumat bibir Seo Han.     Seo Han kembali meneteskan air matanya hingga ada rasa asin yang dirasakan Han Tae saat memagut bibir wanita itu.     Hal itu kembali menyulut emosi Han Tae. Dengan kemarahan yang memuncak, pria itu mencengkram rahang Seo Han. “Bukankah kubilang jangan menangis, sialan!”     Seo Han mengangguk pasrah. Han Tae pun melepas ikatan tangan Seo Han lalu mendorong tubuh wanita itu hingga tersungkur di atas lantai. Kemudian dengan gerakan cepat Han Tae menanggalkan pakaiannya sendiri dan memborbardir inti Seo Han yang masih kering.     “Akh!!” jerit Seo Han kesakitan, tapi sekali lagi Han Tae tak peduli. Ia memeperlakukan Seo Han dengan sangat kasar. Beberapa kali Han Tae mencambuk tubuh wanita itu sambil terus mempertahankan ritme gerakannya.    Merasa tak cukup puas dengan posisinya yang sekarang, Han Tae kembali mengambil dasi dan mengikat tangan Seo Han. Setelahnya pria itu kembali memasukkan miliknya ke dalam sana.     “Ayo, mendesahlah, Jalang. Aku ingin mendengarmu mendesah.”     Seo Han tak ingin membantah lagi. Ia mengikuti apa pun yang dikatakan Han Tae meski hatinya sudah tercabik-cabik oleh semua tindakan pria itu. Pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Pria yang merenggut kesuciannya.     Ya, pria itu adalah Han Tae yang pergi meninggalkannya dengan menyisakan masa kelam dalam hidupnya. Dengan dalil ingin menyelamatkannya Han Tae, lima tahun lalu telah merenggut harga dirinya dan mencampakkannya tanpa sepatah kata.     Ketika itu, di pagi hari saat Seo Han membuka mata untuk pertama kalinya ia menemukan dirinya tertidur di atas jerami dalam keadaan telanjang dan terbungkus selimut tebal yang hangat. Han Tae yang telah mengoyak selaput daranya tak lagi ada bersamanya.     Melihat keadaannya dan selimut yang membungkusnya, Seo Han sadar bahwa sejatinya dirinya telah dijebak. Han Tae si manusia b******n telah memanfaatkan keadaannya untuk mendapatkan kesempatan menidurinya.     Setelah itu Seo Han pun berusaha melupakan kejadian itu dan berdamai dengan hatinya, mengatakan kalau tidak apa-apa. Toh tidak ada yang tahu apa yang terjadi di antara mereka berdua. Awalnya semua baik-baik saja seperti yang diharapkannya, sampai tiba-tiba sebuah peristiwa menjungkirbalikkan segalanya. Seluruh hidup Seo Han hancur dan ia harus mendekam di penjara selama lima belas tahun.     Kini saat ia kembali meraih kebebasannya, pria itu kembali datang dan memperkosanya dengan cara yang tidak manusiawi. Seo Han masih terus menangis dalam hati, sementara Han Tae di atas tubuhnya terus bergerak liar tak peduli apa pun kecuali hasratnya untuk mencapai klimaksnya yang entah kapan akan dicapainya.     Seperti apa yang diinginkan Han Tae, Seo Han terus mendesah dengan tangan terikat kuat. Beberapa kali pelepasan telah ia alami. Ia kelelahan, tapi, taka da tanda-tanda Han Tae akan mengakhiri kebejatannya.     Han Tae malah memaksanya untuk berdiri, kemudian kembali menembus intinya dan menghentaknya dengan sangat kuat. Tubuh Seo Han terlonjak dalam tiap hentakan yang dilakukan Han Tae. Bahkan sesekali kepala wanita itu terbetur dengan dinding tempatnya bersandar.     Seakan tenaga Han Tae taka da habisnya, ia terus menggenjot dengan kecepatan maksimal. Seo Han beberapa kali menjerit. Entah itu karena nikmat ataupun kesakitan. Sebab rasanya intinya sudah lecet dengan perlakuan kasar Han Tae sejak tadi.     Entah sudah berapa menit, atau jam berlalu akhirnya Han Tae mendapatkan pelepasannya. Meninggalkan cairan lengket di Rahim Seo Han. Wanita malang itu pun terjerembab, terkulai di atas lantai tak berdaya. Sebelum ia sempat menarik napas, Han Tae kembali menyerangnya, hingga Seo Han tak sadar apa pun lagi. Ia kembali pingsan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN