Chapter 03

2045 Kata
"Seharusnya kita sekalian saja memakai tuxedo warna merah menyala!" "Iya! Kau betul sekali Kelvin." Ara melihat secara bergantian dua pria yang sudah menjadi suami sah-nya beberapa jam yang lalu. Dan sekarang mereka sedang melaksanakan pesta pernikahan disalah satu gedung hotel milik Kelvin di New York.  Dari tadi kedua pria itu terus saja mengoceh tentang tuxedo yang dipakai mereka berdua berwarna pink, salah mereka berdua saat memilih tuxedo memilih-milih dan tak langsung pilih. Akhirnya Ara turun tangan memilihkan tuxedo warna pink, warna kesukaan dari Ara sendiri. "Kalian bisa diam?"Ara bertanya dan menatap tajam kedua suaminya. Kelvin dan Bryan langsung diam dan menyambut tamu dengan senyuman termanis mereka. Mereka lebih baik tutup mulut untuk saat ini. Daripada nyonya besar yang berdiri ditengah-tengah mereka berdua, mulai ngamuk dan menghancurkan resepsi pernikahan mereka ini. Akhir-akhir ini Ara sering marah dan mengamuk tak menentu pada mereka, mungkin efek Ara menikahi dua pria yang sering kali berdebat seperti anak kecil. "Baiklah,"ujar Bryan dan Kelvin bersamaan.  Ara menganggukkan kepalanya. Dan  kemba;li fokus kepada para tamu yang terus berdatangan sedari tadi, dan belum ada tanda-tanda pesta pernikahan ini selesai dalam waktu dekat. Ara tau kalau undangan pesta ini hampir mencapai 10.000 undangan yang berasal dari kalangan, model, Dokter, pengusaha, dan yang lainnya.  Apalagi sedari tadi para wartawan selalu saja mengabadikan moment-moment bahagia malam ini. Dan ada beberapa wartawan juga tamu yang terheran dengan pernikahan unik ini, dan langsung bertanya kepada mereka bertiga. Jawaban Ara, Kelvin, dan Bryan. Cukup simpel bila ditanya 'Kenapa pernikahannya seperti ini?' Jawaban mereka bertiga selalu saja sama ketika ditanya seperti itu. 'Mungkin sudah takdir dari Tuhan.' Yang bertanyapun hanya bisa diam dan pergi berlalu dan tak bertanya kembali. Tak jarang juga para kaum hawa iri dengan Ara yang memiliki dua suami yang tampan dan mapan. Teman serekan model Ara, selalu bilang kalau Ara adalah gadis paling beruntung diatas dunia ini. Memiliki suami yang begitu tampan dan kaya adalah impian dari semua gadis didunia ini. Dan Ara memiliki impian para gadis tersebut, dan menanggapi ucapan dari serekan modelnya hanya dengan sebuah senyuman termanisnya. "Malam ini kita menginap di hotel?" tanya Ara menatap suaminya bergantian. Dia merasa tak akan sanggup bila pulang kerumah mereka malam ini, dengan kaki yang sudah pegal dan badan yang terasa ingin remuk. "Sepertinya kita akan menginap," jawab Kelvin dan mengusap peluh keringat dikening Ara. Dia merasa kasihan pada istrinya ini yang sudah terlihat kelelahan dan lama berdiri diatas pelaminan ini. "Kau terlihat sangat lelah. Lebih baik kita bertiga segera pergi saja kekamar dan biarkan para orang tua itu yang menyambut tamu," usul Bryan yang diangguki kepala oleh Kelvin. Memang Kelvin berniat membawa Ara segera ke kamar dan menyuruh Ara untuk beristirahat dan berbaring dengan nyaman diatas kasur yang sangat empuk. Ara menghela nafasnya secara berat dan menganggukkan kepalanya. Ia segera berdiri dari tempat duduknya dan ikuti oleh kedua suaminya, Kelvin pamit sebentar untuk memberitahukan kepada para orang tua kalau mereka bertiga akan beristirahat. "Kau ingin minum?" tanya Bryan setelah memasuki salah satu kamar di hotel Kelvin. Ara menggelengkan kepalanya. Dan berjalan menuju kamar mandi untuk melepaskan gaun yang beratnya setara dengan berat badannya yang hanya berkisar 56Kg. Ara heran, kenapa banyak sekali pengantin wanita bertahan dengan gaun seberat ini dan sepatu hak tinggi diatas pelaminan? Padahal itu semua menyiksa batin dan fisik. Kelvin memasuki kamar dengan menatap sekeliling, dan menemukan Bryan yang tiduran di atas ranjang dengan jas yang sudah dibuang ntah kemana, dan sepatu sudah terlepas dari pria itu. "Ara mana?" tanya Kelvin sembari melepaskan jasnya. "Dalam kamar mandi." jawab Bryan singkat dan melanjutkan acara menontonnya. Yang menampilkan acara ajang menyanyi anak kecil. Kelvin menganggukkan kepalanya dan menaiki kingsize mengambil tempat berbaring disisi tepi kanan kasur. "Jadi, kita tidur bertiga sekarang?" tanya Kelvin menatap lurus memandangi televisi yang menampilkan seorang anak berumur 13 tahun menyanyikan lagu Havana dari Camila Cabello. "Hem," jawab Bryan yang tak tertarik untuk mengeluarkan suaranya lebih banyak lagi. Dia kalau sudah bertemu dengan televisi dan acara menyanyi jangan harap! Untuk meladeni orang disekitarnya. Dunianya serasa milik dirinya dengan televisi. Kelvin berdecak kesal mendapatkan jawaban yang tak pernah diharapkan olehnya. Dia berharap kalau Bryan akan menjawab, 'Tidak! Aku akan pindah kekamar sebelah saja’ Namun itu semua adalah hanya harapan belaka dari Kelvin dan tak pernah menjadi kenyataan. Ara keluar dari kamar mandi menggunakan baju tidur warna pink baby, dan bermotif kotak-kotak. Kalau gadis lain di malam pertama akan memakai sebuah lingerie untuk menyenangkan suaminya, Ara tak akan melakukan itu semua. Dia tetap akan menggenakan baju tidur yang tak ada sexy sama sekali. Ara melangkahkan kakinya mendekati ranjang dan menaiki ranjang. Mengambil posisi ditengah Bryan dan Kelvin yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Kelvin yang bermain Game online diponselnya sedangkan Bryan yang menonton tv dengan begitu tenangnya. Kenapa kedua suaminya ini tak ada menyadari dirinya disini sekarang? Dia merasa kesal diabaikan seperti ini dan tak dipedulikan sama sekali. Percuma saja punya suami dua kalau masih diabaikan. "Ehm!" Ara berdehem cukup keras untuk menarik perhatian dua suaminya. Dia bosan tak ada yang diajak untuk berbicara dan berbagi cerita. Tapi, sepertinya kedua pria tampan yang ada disebelah kiri dan kanannya. Tak ada yang menggubris dirinya dan masih asik dengan dunia mereka masing-masing, yang begitu terlihat menyenangkan. Sehingga membuat Ara kesal dan memilih untuk tidur dengan menarik selimut menutupi seluruh badannya. Punya suami dua! Tapi, nggak ada yang peka sedikitpun. Batin Ara merasa kesal. Lebih baik punya suami satu yang bisa seribu kali peka terhadap istrinya dan memberikan perhatiannya. Kedua pria tampan itu masih belum menyadari bahwa istri mereka sedang merajuk. Dan masih asik dengan dunia mereka masing-masing yang membuat sekitar mereka tak ada artinya sama sekali, setelah dua jam kemudian mereka merasa bosan dan mematikan aktivitas mereka dan beralih untuk tidur dan menarik selimut sampai ke d**a mereka. Dan memeluk tubuh Ara bagaikan bantal. *** Ara menatap takjub rumah yang begitu terlihat begitu mewah didepan matanya sekarang. Tadi pagi dia bangun sedikit terlambat untuk bersiap-siap pergi dari hotel dan pulang kerumah baru yang sudah dibeli oleh Kelvin dan Bryan, untuk mereka tempati. "Ini rumah kita?" tanya Ara yang masih fokus pada bangunan yang berdiri kokoh dan desain yang begitu mengundang untuk segera masuk. "Iya," jawab Kelvin singkat, tersenyum hangat pada Ara yang terus berdecak kagum melihat bangunan didepannya. Kelvin merasa tak sia-sia mengeluarkan uang banyak bersama Bryan untuk membeli rumah ini dengan susah payah. "Ayo! Kita masuk," Ajak Bryan dan diangguki kepala oleh Kelvin dan Ara. Bryan berjalan duluan diikuti oleh Kelvin dan Ara dibelakangnya. "Kalian beli rumah ini berapa?" tanya Ara setelah masuk kedalam rumah. Yang didalamnya lebih terlihat mewah dan begitu elegan, dia sungguh penasaran akan harga rumah yang akan ditempatinya ini, yang begitu terlihat seperti istana presiden. "Kau tak perlu tau soal harga! Lagian kami harus memberikan tempat ternyaman untuk istri kami," jawab Bryan merangkul pundak Ara. "Tak sia-sia menikah dengan dua pria yang kaya raya." kata Ara dengan senyuman jenakanya. Kelvin memeluk pinggang Ara dan mengecup pipi sebelah kanan Ara dengan gemasnya. "Kau memang tak sia-sia menikah dengan dua pria tampan dan kaya, apalagi semua kebutuhanmu akan kami penuhi dengan sukarela." ucap Kelvin yang disetujui oleh Bryan. Ara memeluk kedua suaminya dan mengecup pipi kedua pria itu secara bergantian, rasanya semua yang diharapkan wanita didunia ini sudah dimiliki oleh Ara sendiri. Suami yang begitu tampan, dan bergelimang harta mencukupi kebutuhannya lebih dari kata cukup tentunya. "Kamar utama dirumah ada dua, dan bersebelahan tentunya," ucap Bryan memberitahukan kepada Ara. Ara menatap Bryan dengan senyumannya, ia tak menyangka kalau kedua suaminya akan akur seperti ini dan membuatnya merasa bahagia melihat kedua suaminya akur seperti ini.  "Senin sampai rabu kau tidur bersamaku, dan kamis sampai sabtu kau tidur bersama Bryan. Sedangkan minggunya kita tidur bertiga," jelas Kelvin yang disetujui oleh Ara. Ara tak keberatan untuk tidur secara bergantian atau tidur bersama dengan kedua suaminya. Keduanya juga jarang berdebat dan mulai terlihat akur dan saling memahami. Kalau dirinya milik kedua pria itu dan tak bisa dimiliki oleh salah satunya, pernikahan yang mereka jalani memanglah tak lazim dan tak patut dicontoh oleh kaum hawa diluar sana. Tapi, dengan kesungguhan hati mereka pasti bisa menjalani pernikahan yang unik ini. Dan membinanya sampai akhir hayat nanti, impian ketiganya juga ingin memiliki anak yang begitu lucu dan mengisi ruang setiap rumah ini dengan suara canda tawa anak kecil dan tangisan mereka yang begitu nyaring. "Dan hari ini adalah hari Senin, berarti malam ini sampai hari Rabu kau tidur bersama Kelvin." ucap Bryan dengan senyuman berusaha ikhlasnya. Karena Kelvin akan menjadi pria pertama Ara malam ini, dan dia tetap akan berusaha ikhlas dan tegar menjalani semuanya. Cinta yang dia berikan pada Ara begitu besar dan tak terhitung oleh apapun! Ara menatap Bryan dengan senyumannya sembari membelai pipi Bryan. "Kau tak apakan?" Ara bertanya kurang yakin melihat senyuman tipis Bryan. Ara merasa yakin kalau senyuman Bryan seperti dipaksakan dan tak ikhlas dirinya tidur bersama Kelvin malam ini. Bryan memegang tangan Ara dan mengecupnya berulang kali. "Aku tak apa, lagian dia suami pertamamu," jawab Bryan dengan tawa kecilnya. Ara mendekatkan wajahnya kewajah Bryan dan melumat bibir Bryan dengan lembutnya. Bryan membalas ciuman Ara dengan lembut juga, setelah beberapa menit mereka berciuman Bryan pun melepaskan ciuman mereka terlebih dahulu. "Aku harus kerumah sakit sekarang, karena para anak-anak nakal itu merindukan dokter tampannya." ucap Bryan dengan mengerai rambutnya kebelakang. Ara menepuk d**a Bryan pelan, menatap sinis kearah suaminya yang percaya diri tingkat dewa itu. "Kau sungguh percaya diri tuan Angkasa." ujar Ara dengan sinisnya. Bryan tertawa kecil dan memeluk Ara erat. "Tentu saja Nyonya Alganta Angkasa." ucap Bryan dengan senyuman jahilnya. Ara merasa aneh dengan panggilan Nyonya Alganta Angkasa tersebut. Dia merasa perpaduan itu terasa lucu dan membuatnya ingin tertawa keras mendengarnya. "Yasudah! Aku pergi dulu, sampai jumpa." pamit Bryan dan mengecup bibir Ara sekilas sebelum keluar dari rumah. Kelvin yang memperhatikan Ara dan Bryan sedari tadi. Hanya tersenyum dan mencoba kuat juga membagi miliknya untuk pria lain, yang mana? Istrinya memiliki dua pria sekaligus yang harus diperhatikan dan dihargai. "Dia sepertinya akan jarang libur." bisik Kelvin ditelinga Ara. Ara menolehkan kepalanya kesamping dan tertawa kecil mendengar ucapan dari Kelvin. "Sepertinya iya. Lagian para anak kecil itu lebih membutuhkan dia untuk kesembuhan semua anak kecil yang lucu-lucu itu," kata Ara menerawang pekerjaan dari Bryan yang begitu bertanggung jawab untuk menyembuhkan malaikat kecil yang memberikan sebuah senyuman manis untuk orang-orang dewasa melihat para malaikat kecil bercanda tawa dan bertingkah lucu. "Dia sebenarnya sudah siap menjadi Ayah sigap! Kalau sama anak orang saja, sudah sigap apalagi sama anak sendiri." ucap Kelvin bercanda dan mengecup bibir Ara cepat. Ara menganggukkan kepalanya setuju dan memeluk suami pertamanya itu begitu erat. Kelvin membalas pelukan dari Ara tak kalah erat dan sedetik berikutnya Kelvin menggendong tubuh Ara, untuk dibawa menuju kamar mereka yang terletak dilantai atas. "Sepertinya malam pertama kita akan menjadi siang pertama." ucap Kelvin dengan senyuman jahilnya. Jantung Ara berdegup kencang membayangkan dirinya yang sebentar lagi akan menjadi wanita seutuhnya. "Kau terlalu buru-buru tuan." ucap Ara dengan menggerlingkan  matanya nakal. Dan mengusap d**a bidang Kelvin dengan naik turun sehingga Kelvin sudah tak sabar untuk memulai aktivitas yang begitu menyenangkan baginya. "Aku selalu tak sabar bila menyangkut dirimu." ucap Kelvin dan melumat bibir Ara dengan penuh nafsunya. Kelvin membaringkan tubuh Ara diatas kingsize dan menatap Ara dengan seksama juga meneliti setiap jengkal tubuh Ara. Ia segera melepaskan kaos putih ditubuhnya dan memperlihatkan otot-otot nya yang sudah dibentuk sedemikian rupa. Ara yang melihat otot perut Kelvin yang begitu indah. Sehingga membuat tangannya ingin segera membelai otot-otot tersebut dan menjilati dengan lidahnya, tapi, semua itu ditahan oleh Ara. Karena dia tak mau dianggap sebagai gadis murahan, harga diri masih dijunjung tinggi oleh Ara. Kelvin menundukkan kepalanya untuk meraup bibir Ara yang terasa begitu manis baginya. Dan juga ingin membuka seluruh pakaian yang melekat ditubuh Ara yang menghalangi dirinya melihat keindahan yang tercipta dibalik pakaian tersebut. "Ups! Maaf, aku hanya ingin berkata kalau diriku lembur hari ini." Ara segera mendorong tubuh Kelvin dan menatap kearah pintu, yang sudah terdapat Bryan berdiri disana dengan tatapan tak merasa bersalah sedikitpun. "Kau lembur? Terus bagaimana makan malam dirumah?" Ara bertanya dengan nada tak sukanya mendengar Bryan akan lembur. "Aku makan dirumah sakit. Sebab hari ini aku banyak jadwal operasi," jawab Bryan dengan senyuman manisnya, Bryan melangkahkan kakinya mendekati ranjang dan mencium bibir Ara sekilas dan pergi dari dalam kamar. Kelvin mengeram kesal karena diganggu oleh Bryan. "Bryan sialan!" geram Kelvin dan memasang Kembali bajunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN