PART. 8 PERJANJIAN

1629 Kata
***AUTHOR*** "Lepaskan aku Juan, lepaskan!" Dara berusaha lepas dari himpitan tubuh besar Juan yang menekan tubuhnya kepintu lemari. Juan malah menelikung kedua tangan Dara ke balik tubuh Dara dengan satu tangannya. Sehingga d**a Dara semakin terlihat membusung. "Juan lepaskan!" pekik Dara. Tapi Juan justru menekankan dadanya yang telanjang ke d**a Dara. "Jangan lakukan ini Juan, meski kamu suamiku tapi itu baru sekedar di atas kertas saja, karena kamu belum melaksanakan kewajibanmu sebagai suami. Aku tidak mau bercinta tanpa rasa cinta, aku tidak mau semua hanya berdasarkan suka sama suka, lepaskan aku juan" Dara terus berusaha berbicara selagi Juan mencumbui buah dadanya. Dara tidak ingin terdengar mendesah, karena jika desahan keluar dari mulutnya Ia yakin Juan akan merasa menang. "Juan..berhenti....bercinta itu ibadah bagi sepasang suami istri, harus dilakukan dengan keikhlasan hati. Aku tidak ikhlas melayanimu jika kamu melakukannya dengan paksaan" "Aku tidak peduli kamu ikhlas atau tidak Dara...aku tidak peduli!" Dara memejamkan matanya dalam keputus asaan. 'Ya Allah. Aku mohon bantu aku. Aku tahu berdosa bagi seorang istri jika tidak melayani suaminya. Tapi aku ingin Juan bisa merubah sikap buruknya dulu agar Ia bisa menghargai wanita dan tidak menganggap wanita sebagai barang yang bisa didapat dan dibuang semaunya. Tolong berikan aku pertolongan MU ya Allah. Aamiin.' "Juan...aaakhhh" tubuh Dara gemetar saat bibir Juan merayu ujung buah dadanya dan satu tangan Juan yang bebas mulai merayap turun menuju bawah perutnya. Nafas Dara tersengal saat sesuatu hal yang aneh merayapi tubuh dan perasaannya. 'Ya Allah tolong aku. Jangan biarkan aku larut dalam nafsu yang dibangunnya dari ketidak berdayaanku saat ini.' Tok..tok.. "Juan..Dara.." suara Pak Juni mengagetkan mereka berdua. Juan spontan melepaskan Dara, Dara langsung menolakan d**a Juan sekuat tenaganya hingga Juan mundur beberapa langkah menjauhinya. Dara memungut anduk dan pakaiannya dengan cepat lalu segera masuk kedalam kamar mandi. "Juan..Dara" "Ya Ayah ada apa?" Juan membuka pintu kamarnya. "Ooh ini ada undangan ulang tahun PT.PERSADA JAYA untuk besok malam, tolong kamu pergi dengan Dara ya, Ayah merasa sangat lelah setelah dari Manado" "Kenapa tidak besok pagi saja Ayah serahkan?" "Ayah takut lupa, mumpung ingat jadi langsung Ayah serahkan malam ini" "Ooh" "Dara mana?" "Dikamar mandi" "Ya sudah Ayah cuma ingin menyampaikan undangan ini saja" Pak Juni beranjak menjauhi kamar Juan. "Cuma ingin menyampaikan...tapi cuma inginnya itu sudah mengganggu kesenanganku Ayaahhh" gerutu Juan. Dara mengulangi mandinya untuk menghapus bekas bibir dan tangan Juan ditubuhnya. Tapi tanda merah yang dibuat Juan dileher, bahu dan dadanya tidak bisa dihapus dengan mudah. Dara menatap tanda merah itu didepan cermin, diusapnya pelan dengan jemarinya. Sangat menyakitkan rasanya saat tubuh kita disentuh oleh orang yang tidak kita cintai dan tidak mencintai kita. Dan pasti beribu kali lebih sakitnya saat harta paling berharga dari seorang wanita yang sudah dijaga dengan sedemikian rupa harus terenggut tanpa adanya cinta. 'Ya Allah.. Jika keputusanku menolak melayani suamiku adalah sebuah kesalahan, tolong ampuni aku ya Allah. Aku tahu pada saatnya aku pasti tidak bisa lagi menghindar dari Juan. Tapi beri aku sedikit waktu lagi untuk sampai pada saat itu. Jika kami tidak bisa melakukannya atas dasar cinta, setidaknya buat mata hatinya terbuka agar Juan bisa menghargai wanita.' Dara memejamkan matanya dan menguatkan hatinya sebelum keluar dari kamar mandi. Juan sudah berbaring diatas ranjang, posisi berbaringnya tepat ditengah dan yang lebih menyebalkan lagi kedua tangannya dibentangkan seluasnya. Matanya terlihat terpejam dan nafasnya turun naik dengan teratur. Dara tersenyum melihat cara berbaring Juan, entah seperti model iklan apa, tapi Dara merasa pernah melihat gaya seperti itu disalah satu iklan. Tanpa sadar mata Dara nenyapu seluruh tubuh Juan dan berhenti digundukan besar dibawah perut Juan. "Apa lihat-lihat..pengen?" tanya Juan tiba-tiba. "Dasar mesum..omonganmu tidak jauh-jauh dari aroma m***m" sahut Dara. Dara ingin mengambil bantal, guling dan selimut. Ia ingin tidur disofa saja untuk berjaga-jaga kalau Juan tidak bisa menahan hasratnya. "Kenapa? Takut aku perkosa?" Seru Juan tajam. "Ya..karena pria berotak m***m sepertimu sama sekali tidak bisa dipercaya" sahut Dara. "Tapi aku suamimu Dara, tidak berdosakan kalau kita bercinta?" "Kamu mengaku suamiku hanya saat kamu menginginkan tubuhku, tapi pada saat kamu bercinta dengan wanita lain apakah terpikir olehmu kalau kamu sudah punya istri eh?" Balas Dara sinis. "Asal kamu tahu ya Dara, sejak kita menikah aku belum pernah tidur dengan wanita lain" "Oh ya!? Kamu bohongipun aku tidak akan tahu Juan" "Aku tidak bohong" seru Juan persis serang anak yang ingin meyakinkan Ibunya kalau Ia berkata jujur. "Sudah malam Juan...aku lelah dan ingin tidur" Dara menarik selimut sampai ke dadanya dan segera memejamkan matanya. Meski Ia tidak bisa bebas bergerak dengan tidur diatas sofa seperti ini, tapi ini terasa lebih aman baginya. "Dara...Dara..kamu sudah tidur ya?" Dara tidak mau lagi menjawab panggilan Juan. 'Juaaann.. Terkadang bersikap seakan playboy kelas kakap. Tapi terkadang sikapnya seperti bocah yang ingin perhatian dari Ibunya.' Dara teringat cerita Pak Juni. Dulu saat Pak Juni merintis usahanya, Beliau dan Bu Juliana sangat sibuk bekerja dan sampai melupakan kalau putra tunggal mereka juga butuh diperhatikan bukan sekedar perhatian berupa materi tapi juga kasih sayang. Sayangnya mereka berdua terlambat menyadari itu sehingga Juan tumbuh menjadi pribadi yang mencari kesenangannya dengan uang. Bagi Juan apa saja bisa dibeli dengan uang termasuk cinta dan kasih sayang. "Dara..Dara..sudah tidur belum sih" panggilan Juan membuyarkan lamunan Dara yang meski matanya terpejam tapi belum juga tidur. Dara merasa tubuhnya pegal semua, bekerja diproyek ternyata sangat melelahkan. "Dara!" "Ada apa sih? Aku mau tidur Juaaan" sahut Dara akhirnya. Dara belum bisa tidur juga karena tubuhnya semakin terasa pegalnya, akhirnya Dara bangun dari berbaringnya, ditautkannya jemari dikedua belah tangannya. Diangkatnya kedua tangannya keatas dan Ia menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan. "Katanya mau tidur kok malah senam?" Juan duduk diatas ranjang memperhatikan Dara. "Pegal tahu" "Ehmm..kerja diproyek itu capek Dara" "Tidak apa capek dari pada dikantor cuma melihat tampang satu orang saja tiap hari...membosankan" sahut Dara. Juan turun dari ranjang lali berdiri dengan bertolak pinggang didepan Dara. "Maksudmu tampangku membosankan begitu?" "Apa aku tadi bilang tampangmu?" "Memang tidak kamu katakan kalau itu aku, tapi hanya ada aku dan kamu didalam ruangan itu" . "ya sudah kalau kamu sadar itu kamu" "Kamu terus menghinaku Dara, apa sebenarnya tujuanmu masuk dalam hidupku". "Tujuanku adalah membuat Ayahmu bahagia dan membuatmu kembali kejalan yang diridhoi Allah". "Membuat Ayah bahagia, apakah sangat penting bagimu bisa melihat Ayah bahagia?". "Jangan mulai berpikir kotor lagi Juan, kamu hanya memiliki Ayahmu sebagai orang tuamu sekarang, harusnya kamu bisa membuatnya bahagia disisa hidup Beliau, jangan biarkan penyesalan datang nantinya, karena penyesalan itu selalu datang belakangan disaat kita tidak punya waktu lagi untuk merubah semuanya". "Harusnya kamu tidak bekerja kantoran Dara" "Maksudmu?" "Kamu itu harusnya jadi motivator atau ustadzah, karena ceramaaah terus..aku bosan mendengar ceramahmu" gerutu Juan. Dara hanya tersenyum mendengar gerutuan Juan. Juan kembali berbaring diatas ranjang begitupun Dara kembali berbaring diatas sofa. "Oh ya..ada apa Ayah tadi kesini?" "Memberikan undangan" "Undangan apa?" "Ulang tahun PT. PERSADA JAYA, Ayah meminta kita untuk datang kesana berdua" Jawaban Juan membuat Dara bangun lagi. "PT. PERSADA JAYA itukan milik orang tua Meta" "Iya" "Kamu tidak takut Meta cemburu kalau aku ikut datang bersamamu" "Biar saja dia cemburu, biar dia berhenti berpikir untuk minta aku nikahi" sahu Juan dengan suara datar seakan permintaan Meta bukan hal penting baginya. "Apa? Meta minta kamu nikahi? Memangnya sejauh apa hubunganmu dengan dia Juan?" "Kamu lupa ya Dara, dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing" jawab Juan yang merasa senang dengan keingin tahuan Dara. "Owhh...iya..maaf aku lupa...huuuhhh...pegalnya..tapi menyenangkan juga bekerja ditemani pria selembut dan sebaik Mas Faiz, sehari jadi seperti sejam rasanya" Gumam Dara dengan suara yang cukup nyaring. "Memangnya apa saja yang kalian lakukan seharian?" Tanya Juan tiba-tiba. "Kamu lupa ya Juan, dilarang nencampuri urusan pribadi masing-masing...hoooaamm selamat tidur Juan" Dara berbaring lagi, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan berusaha untuk segera tidur. Juan menggeram kesal karena dengan mudah Dara membalas ucapannya. 'Dasar perawan tua menyebalkan, pantas saja tidak laku,' gerutu Juan didalam hatinya. Juan pun berusaha untuk tidur juga. Dara belum bisa tidur juga, selain karena tubuhnya yang terasa sangat pegal, undangan ulang tahun PT.PERSADA JAYA itu juga mengganggu pikirannya. Dara yakin kalau dia akan bertemu dengan Tedi sekeluarga disana. 'Ya Allah. Yang harusnya terjadi biarlah terjadi. Aku hanya bisa memasrahkan diriku sepenuhnya kepada kuasa MU.' Dara benar-benar tidak bisa tidur. Ingin membangunkan Ibunya untuk minta pijitin rasanya tidak tega. Minta pijitin Bibik Ia merasa sungkan. Tapi rasa pegal ini sungguh menyiksanya. Dara duduk bersandar disofa sambil memejamkan matanya. "Kamu belum tidur Dara? Ada apa?". "Badanku pegal semua, tahu tukang urut didekat sini tidak?" "Tahu" "Dimana? Tolong antarkan aku kesana sekarang ya" "Tidak perlu diantar, tukang urutnya dekat kok" "Iyaaa..dekatnya itu dimana?" Tanya Dara tidak sabar. "Disini?" "Disini! Maksudmu?" "Aku..aku tukang urutnya" jawab Juan mantap. Dara tertawa sampai keluar air mata mendengar jawaban Juan barusan. "Aduuh Juaaaan..ternyata bisa ngelawak juga kamu ya" "Aku serius Dara..coba nih rasakan pijatanku" Juan sudah berdiri dibalik sofa dan tangannya mulai memijit bahu Dara. "Bagaimana?" "Ehmm enaak..belajar mijit dimana?" "Rahasia!..mau dipijit dimana lagi? Kaki, lengan, pinggang?" "Seluruh badanku pegal, tapi aku takut kamu mesumin seperti tadi Juan" "Oke..aku janji tidak akan mesumin kamu, sekarang sebaiknya buka bajumu dan berbaring diatas ranjang" "Buka baju" "Iya dong..mijitnyakan harus pakai minyak biar lebih terasa enaknya, kalau kamu tidak lepas baju bagaimana mijitnya" "Kalau begitu tidak jadi saja" Dara menjaukan tubuhnya dari jangkauan Juan. "Ya terserah kamu, kamu pilih tidur dengan tubuh nyaman atau mau tidak bisa tidur dan telat datang kekantor" "Besok saja aku cari tukang pijit dari pada dipijit pria m***m sepertimu" sahut Dara sengit. "Oke..kalau begitu selamat tidur Dara" Juan kembali naik keatas ranjang. Dan Dara kembali berbaring diatas sofa mencoba untuk tidur. ***BERSAMBUNG*** No edit, mohon maaf kalau banyak typonya. 300 komen
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN