DITODONG SAAT ULANG TAHUN

1072 Kata
Tari menatap Ichwan dengan lekat. Lelaki tampan dan mapan tapi sangat arogan. Saat ini pria itu bisa bernyanyi dengan tatapan lembut dan sangat mempesona And your eyes They tell me how much you care Oh, yes, you will always be, my endless love. ‘Benarkah akan sesuai dengan lirik lagu itu? Benarkah dia ingin membagi semua cintanya untukku? Dan menjadikan aku cinta terakhirnya?’ Tari bergumam dalam hatinya terbawa isi lagu itu. Selesai menyanyikan lagu itu, Ichwan menghampiri Tari. Di depan Tari dia mengambil setangkai mawar merah yang dia taruh di belakang punggungnya, diselip di bagian pinggang celana panjangnya . “Happy birthday, di depan mamaH dan papaH, izinkan aku memintamu menjadi istriku,” tanpa izin Ichwan memeluk Tari dan mengecup kening gadis yang masih bengong tak bisa menjawab apa pun. Ichwan yang mengerti kebingungan Tari menggandeng gadis itu lalu mengantarkannya ke kursi agar gadis itu tidak jatuh karena lututnya terasa lemas. “Kamu potong kue nya, kita tidak tiup lilin. Dan kue sengaja cari yang kecil agar tidak mubazir,” bu Tuti memandu Tari agar memotong kue yang dia sediakan. “Jadi Ibu kemarin beli dress ini sudah niat buat acara ini?” selidik Tari. “Ini acara dadakan, kemarin pagi Ade baru bilang ke mamaH ( dengan huruf H yang jelas terucap, sesuai logat Sunda, bukan mama! ), dia ingin bikin kejutan untuk ulang tahunmu,” jawab bu Tuti santai. “Dan dia minta Mamah untuk membelikan kalian baju couple.” Tari langsung memandang Ichwan yang pura-pura tak tahu sedang dipandang dengan tatapan menusuk. “Sebelum potong kuenya, A’a minta kamu jawab dulu permintaan A’a barusan,” cetus Ichwan, dia sengaja nodong Tari di depan kedua orang tuanya. Dia yakin Tari tak akan menolaknya. Tari yang disudutkan, bukan tak berani menjawab. Dia memang lembut, tapi kalau soal kebenaran dia tak akan menyerah. “Bukan tidak mau menjawab. Hanya saya belum bisa menjawab! A’a tidak pernah menyatakan suka apalagi cinta pada saya. Selama ini hubungan kita tak lebih sekedar atasan dan bawahan. Malah hubungan saya dan pak Adi lebih dekat, karena dia seperti ayah kedua bagi saya, bukan sekedar atasan!” Ichwan melotot mendengar jawaban yang Tari berikan. Dia ingat selama ini sikapnya malah sering membuat Tari marah dan kesal. Sebenarnya hal itu karena dia mencari perhatian saja. Sejak datang ke Indonesia dua tahun lalu dia sudah menyukai Tari. Sayang menurut info, saat itu Tari baru saja bertunangan. Itu sebabnya dia mundur. Dia memilih bekerja di kantor pamannya. Tapi tujuh bulan lalu sang ayah meminta dia memegang usaha keluarga mereka sendiri. Jadi dia lah yang menggantikan pak Achdiyat. Dua bulan kemudian saat pak Achdiyat mundur, baru Tari jadi sekretarisnya. “A’a suka ama kamu sejak lihat kamu dua tahun lalu, makin A’a berupaya menghindar, makin bayangan kamu enggak mau pergi. A’a berani meminang kamu di depan Mamah dan ApaH karena tahu, kamu sudah putus dengan mantan tunanganmu,” cetus Ichwan tanpa malu pada kedua orang tuanya. Mereka memang selalu terbuka seperti itu. Ichwan sudah menceritakan dia menyukai Tari sejak dia melihat gadis itu di kantor sang ayah. Tari kembali kaget dengan kenyataan yang baru saja Ichwan ucapkan. Dia tak menyangka Ichwan menyelidiki dirinya sejauh itu. Andai Tari tahu, bubu dan yayah lah sumber info yang dimiliki Ichwan. Lelaki itu memang langsung mencari info akurat dari kedua orang tua Tari. “Pembahasan hubungan kalian dilanjutkan nanti saja, Apah sudah lapar,” pak Adi menengahi debat Tari dan Ichwan. Mendengar itu Tari segera memotong cake kecil itu menjadi enam potong, dan membagikan pada semua yang hadir. Dengan telaten Tari membantu kedua jagoan kecil dan berkali-kali dia juga membantu mengelap kotoran di sekitar mulut Topan dan Guntur. “Uncle, kenapa kuenya enggak dimakan?” tanya Guntur. “Tunggu Aunty menyuapi,” balas Ichwan santai. “Aunty tidak akan menyuapi Uncle, karena Aunty hanya mengurusi kami,” jawab Topan cepat. Dia tak ingin Tari juga menjadi milik pamannya. Cukup hanya miliknya dan Guntur adiknya. “Aunty akan menyuapi Uncle begitu kalian selesai. Uncle akan sabar menunggu, tak akan mengganggu kalian hingga selesai,” diplomatis jawaban yang diberikan Ichwan, sementara Tari melihat pak Adi tersenyum melihat kelakuan anak bungsunya. Sehabis kedua anak kecil selesai makan kuenya, Tari memulai menyuap potongan kue miliknya ke mulutnya. Namun tangannya dicekal monster dan diarahkan ke mulut Ichwan. Dengan senyum nakal Ichwan memakan kue milik Tari, lalu tanpa mengganti sendok Ichwan memandu tangan Tari yang dipegangnya untuk mengambil potongan berikut dan menyuap ke mulut gadis itu. Suapan berikut kembali Ichwan arahkan tangan Tari yang dipegangnya ke mulutnya, baru berikutnya ke mulut Tari. Demikian sampai kue di piring Tari dan piring Ichwan habis tak bersisa. Sesudah diawali dengan kue ulang tahun, mereka masuk ke menu utama. Sehabis makan malam pak Adi sengaja mengajak istri dan kedua cucunya kembali ke kamar lebih dulu. Dia memberi kesempatan pada Ichwan dan Tari menyelesaikan persoalan mereka. ≈≈≈≈≈ “Kenapa A’a berbuat seperti ini?” tanya Tari, dia tak ragu berdebat kalau soal perasaannya. “Maksudmu berbuat seperti apa?” balas Ichwan lembut sambil memegang kedua tangan Tari. “A’a menyatakan perasaan di depan kedua orang tua A’a, bukankah itu sama aja nodong?” Tari menatap Ichwan, dia tidak takut mencari kepastian di mata lelaki itu. “Kalau saya menolak, apa ada imbasnya terhadap pekerjaan saya?” “Apa alasanmu menolak? Karena memang tak mau menerimaku, atau karena masih berharap kembali pada mantan tunanganmu yang telah menghamili selingkuhannya? Perlu kamu ingat, aku mencintaimu bukan karena kamu sekretarisku. Kalau kamu menolak, pekerjaanmu tak akan kena imbasnya,” balas Ichwan pasti. “Dari mana A’a tahu tentang mantanku? Dan bagaimana bisa A’a bilang cinta, kalau selama ini kerjaan A’a hanya mencela semua yang aku kerjain? Enggak pernah ada pujian atas hasil kerjaku, terima kasih pun enggak pernah, itu yang A’a bilang cinta? Aku enggak nyaman atas sikap A’a selama ini!” Tari menyatakan pendapatnya. Tanpa sadar Tari sudah menggunakan kata aku, pengganti kata saya. ‘Selama ini boro-boro monster ini memperlihatkan sikap sayang dan atensi seperti orang yang mencintai, yang ada dia selalu menindasku.’ “Aku sudah bertemu kedua orang tuamu di Bogor, aku sudah meminta restu keduanya untuk mendekati putri mereka. Aku mendapat info hubunganmu dengan mantanmu dari ayah dan ibumu,” jelas Ichwan yang membuat Tari kembali terperangah. ‘Monster ini penuh misteri. Beraninya dia langsung cari info dari yayah dan bubu. Pantas dia tahu semuanya,’ Tari tak bisa berkelit bila info tentang dirinya bersumber dari kedua orang tuanya. “Lalu sikap aroganmu?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN