Ada dua tipe pertanyaan yang sering didengar Casey.
Yang pertama...,"Kok dia bisa suka sihh sama lo?"
Yang kedua........"Kok lo awet sih pacaran sama dia?"
Bahkan setelah dua tahun, seorang Casey pun tetap tidak bisa menjawab kedua pertanyaan tersebut.
"Lo pulang naik apa Cas?" Tanya Sasa, salah satu sahabat dekat Casey di kampus.
Mendengar pertanyaan itu Casey hanya mengangkat bahu "Paling naek ojek online,"
"Aiden gak jemput?" Tanya Rahmah, sahabat Casey yang lain.
Sekali lagi Casey mengangkat bahunya tak peduli "Mana gue tau," sambil terus makan segala macam gorengan di piring yang berada didepannya.
Ketiga sahabat dekat Casey hanya bertukar pandangan menatap Casey. Bahkan setelah dua tahun bersahabat dengannya, mereka sungguh tidak mempercayai hubungan macam apa yang sedang dijalani Casey dengan pacarnya. Bahkan bukan hanya ketiga sahabatnya, seluruh anggota kampuspun tidak mempercayainya.
Pasalnya Cassandra atau yang biasa disapa Casey adalah gadis biasa. Gadis normal dengan tinggi rata rata, otak rata rata dan wajah rata rata. Ia tidak memiliki wajah malaikat seperti Barbara Palvin, tidak memiliki tubuh yang aduhai seperti Kylie Jenner, tidak memiliki otak genius seperti Hermione Granger.
Ia mempunyai teman sebaya yang normal.
Kehidupan yang normal
Pada dasarnya, Ia hanyalah gadis paling normal ditengah kenormalan dunia ini.
Kecuali....
Dia mempunyai pacar yang luar biasa tidak normal.
Aiden Holt....
Siapa yang tidak mengenal Aiden Holt?
Setidaknya seisi kampus pasti pernah mendengar namanya.
Lelaki tampan dengan mempunyai darah Inggris Indonesia itu bisa dibilang merupakan primadona kampus. Bagaimana tidak, dengan wajah rupawan bak dewi dewi yunani dan tubuh yang seperti model Calvin Klein itu saja sudah membuat separuh populasi kampus yang dipenuhi oleh perempuan langsung pingsan ketika melihat Aiden Holt lewat.
Belum lagi ketika mengetahui Aiden Holt adalah pewaris tunggal perusahaan terbesar di Indonesia atau bisa dibilang salah satu di dunia. Perusahaan Holtlah yang menjadi pondasi perekonomian di Indonesia.
Jika itu saja belum cukup, dengan kedua mata abu abu yang tajam dan sikap yang sedingin kutub utara. Aiden Holt adalah seorang preman. Tidak ada hari tanpa Ia adu hantam dengan geng geng didalam kampus maupun diluar kampus. Jika bukan nama Holtlah yang menyelamatkannya. Ia sudah menjadi penghuni tetap lapas.
Tapi sikapnya seorang Aiden Holt itu, bukan membuat jijik justru membuat para perempuan semakin menyukainya. Bahkan Ia mempunyai grup fans tersendiri yang dinamakan Holter.
Maka sempat terjadi kegemparan selama berbulan bulan ketika seorang gadis jurusan farmasi semester 2 yang bahkan tidak dikenal namanya tiba tiba dikabarkan menjadi pacar seorang Aiden Holt dari jurusan teknik mesin semester 4. Bukan hanya pacar satu harinya atau teman tidur satu malamnya. Tapi pacar yang bahkan sudah dua tahun lamanya masih bertahan sampai sekarang.
Untuk orang yang mengatakan mereka mereka adalah sahabat sahabat Casey bahkan tidak mengerti.
Sahabat Casey, yang bernama Lily baru akan menjawab ucapan Casey yang ngelantur ketika seisi kantin fakultas farmasi yang ramai tiba tiba terkagetkan oleh suara teriakan seorang cowok yang memanggil nama Casey
"CASEYYYYYYYYYYYYYYY!!!!!!!!!!!!!"membuat seisi kantin mencari sumber suara tersebut termaksud si empunya nama yang dipanggil. Terlihat seorang laki laki yang lumayan tampan berlari kencang kearah orang yang dipanggil.
Casey yang merasa menjadi sumber perhatian tersebut mengernyitkan hidungnya melihat salah satu temannya yang terlihat seperti dikejar kejar oleh hantu
"Lo kenapa Fan?" Tanya Casey begitu laki laki tersebut berdiri didepannya.
"Lo....hosh hosh....ke taman.... hosh hosh hosh.... belakang kampus deh, Lagi ngamuk tuh orang!!!" jawab laki laki yang ternyata bernama Stefan tersebut akhirnya.
Membuat seisi kantin yang diam diam mendengarkan ucapan laki laki tersebut langsung berlarian keluar kearah taman belakang tersebut yang sebenarnya cukup jauh dari posisi kantin fakultas ini, berharap mendapat tontonan menakjubkan dari seseorang yang bahkan tidak perlu disebut namanya. Menyisakan hanya beberapa orang yang kutu buku yang benar benar tidak peduli dan si gadis yang sebenarnya menjadi tujuan kedatangan laki laki tersebut beserta teman temannya.
"Masa bodo." Jawab Casey mendengus kesal lalu memalingkan wajahnya kearah gorengan yang berada didepannya lalu mengambil tahu dan melahapnya.
Teman teman Casey yang duduk dikiri kanannya seketika terpaku sekaligus takjub dengan keadaan yang didepannya. Ingin mengatakan sesuatu tapi bingung apa yang harus dikatakan. Bahkan Rahmah, teman Casey yang tadinya ikut berdiri ketika mendengar ucapan Stefan langsung duduk lagi disebrang Casey dengan canggung.
Stefan yang merasa lawan bicaranya mengacuhkan berita penting yang cape cape dibawanya hingga letih, berusaha mengalihkan perhatian si gadis dengan menggeser piring gorengan Casey. "Ayolah Cas, bisa mati dikeroyok mereka, kalo tuh orang gak berenti,"
Namun sayangnya Casey terus menampilkan wajah tidak peduli sambil terus memakan tahunya dengan cabe rawit disebelahnya.
Sisa orang orang yang berada disekitarnya hanya ikut terdiam sambil menahan napas, hingga akhirnya Casey beranjak berdiri yang langsung diikuti lainnya. Berjalan menuju taman belakang yang disebut sebut.
Benar saja, belum sampai di pusat taman tersebut. Sudah terlihat banyak orang yang ramai mengelilingi sesuatu yang sepertinya menjadi pusat perhatian.
Casey bukanlah orang yang tinggi, Ia termaksud perempuan yang mempunyai tinggi badan dibawah rata rata hingga Ia tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi, tapi seketika puluhan orang itu terlihat membelah membuat jalan untuk gadis itu lewat.
Mungkin mereka merasakan hawa dongkol yang terlalu sangat dari seorang gadis kecil bernama Casey itu, atau mungkin Stefan yang langsung mengusir orang didepan Casey. Tapi intinya, hanya butuh beberapa detik untuk Casey akhirnya melihat apa yang terjadi. Seorang laki laki tinggi tampan dengan jeans bolong bolong, kemeja berantakan dan peluh keringat yang membasahi wajahnya tengah memberi tonjokan ke seorang laki laki yang berada didepannya yang sudah hampir bonyok, ketika lawannya sudah tersungkur, pria tersebut justru melancarkan aksinya dengan tambahan tendangan kuat ke bagian tubuhnya yang lain. Terlihat pula disekelilingnya ada lima orang laki laki lainnya yang telah terdampar tidak tertolong dengan bekas luka mengerikan diwajah di sekeliling taman tersebut.
Sungguh miris, tidak ada yang memberhentikan kegilaan laki laki gila yang bahkan tidak terluka sedikitpun itu ataupun sekadar membantu orang orang yang tengah terkena tonjokan.
"Memang sinting tuh orang, dikeroyok gengnya si Rio bukannya bonyok malah buat mereka masuk rumah sakit semua. Di siang bolong pula," Seru laki laki yang dikenal bernama Victor yang berdiri disebelah Casey. Berusaha memberi penjelasan singkat yang sepertinya sudah mencakup semua hal. Tapi lebih anehnya lagi orang yang disebelahnya ini bukannya bantuin malah ngeliatin doang.
Merasa sudah cukup, Casey berjalan maju mendekat ke laki laki itu tanpa takut sedikitpun, membuat para penonton yang heboh seketika terdiam menarik napas. Menantikan dengan hati yang berdetak kencang akan apa yang terjadi.
Ketika sudah berdiri tepat dibelakang pria itu, Casey langsung menarik lengan sekaligus mendorong pria itu menjauh dari lawannya yang sudah tersungkur jatuh pasrah setelah menerima beberapa tendangan sambil menutupi bagian kepala dan wajahnya yang sudah penuh dengan darah dan hampir tidak sadarkan diri.
"Anterin aku pulang yuk!" bisik Casey. Kalimat yang sepele. Namun kalimat yang terdengar biasa itu bisa menjadi mantra bagi seorang laki laki yang didepannya. Karna begitu mendengar suara halus gadis itu. Tubuh Pria tersebut membeku dan akhirnya beberapa detik kemudian Ia langsung menarik napas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan untuk membuat dirinya lebih tenang. Ia perlahan mengendurkan tangannya yang mengepal lalu berbalik memegang tangan si gadis dan perlahan berjalan menjauh dari tengah taman tersebut.
Orang orang yang menjadi saksi akan kejadian tersebut hanya terdiam, dan menggelengkan kepalanya tidak percaya serasa menonton film yang berakhir dengan tidak terduga.
"Bereskan semuanya" seru pria itu ketika Ia sampai di tempat sahabatnya yang bernama Victor berdiri.
Victor hanya mengangguk pelan dan kedua orang yang berpegangan tersebut berjalan kembali melewati para penonton yang membelah seakan tidak ada yang terjadi beberapa menit yang lalu.