Chapter 3

1448 Kata
Casey ngambek sama Aiden. Tangannya sampai sekarang masih pegel pegel gara gara Aiden. Disaat saat seperti ini biasanya Casey malas ketemu dengan Aiden. Ingin berjauh jauhan darinya setidaknya sampai seminggu lebih. Tidak ada pesan, tidak ada telpon, keduanya sama sama mengacuhkan satu sama lain. Bukan sesuatu yang aneh bagi mereka berdua sebenarnya, dalam keadaan biasapun Casey memang tidak terlalu sering menanyakan keadaan Aiden, dia bukan tipe perempuan posesif yang mengikuti kemanapun pacarnya berada ataupun menanyakan apa yang dilakukan pacarnya setiap malam. Mereka sejujurnya bukan tipe pasangan yang sering berteleponan setiap malam ataupun bertukar pesan setiap hari. Terkadang mereka bisa tidak berhubungan selama sebulan lebih hingga Aiden biasanya yang berinisiatif datang ke apartemen Casey tanpa diundang ataupun tiba tiba menjemput Casey di kampus. Kalo kata Casey, terlalu banyak bertemu juga akan bikin bosan. Sedangkan dari pengakuan Aiden, untuk apa bertemu setiap hari toh Casey tidak akan kemana mana. Karena menurutnya, Casey sudah hak paten seorang Aiden. Sudah dibilang kan mereka bukan pasangan pada umumnya. Tunggu tapi mereka tidak benar benar berpacaran kan, jadi buat apa peduli akan ketidaknormalan itu, pikir Casey. Berkali kali Ia berpikir untuk pergi ke gedung fakultas Aiden untuk minta traktir ataupun membuat kesal Aiden, namun sekali pikiran itu muncul Casey langsung mengurungkan niatnya. Casey kan lagi ngambek. Lagipula mungkin cara ini bisa menjadi latihan agar Casey tidak terlalu dekat dengan Aiden. Toh akan datang saatnya mereka berpisah. Ini sudah 2 tahun, mau sampe kapan mereka tetap bersama. Lebih baik mereka mencoba latihan dari sekarang. Latihan hidup tanpa satu sama lain. "Mau pesan apa Cas?" Tanya Anna, salah satu sahabat Casey. Seketika lamunan Caseypun terpecah dan Ia langsung menyebutkan nama minuman yang berada di papan menu sebuah Café. "Oh Cofee Latte saja" jawab Casey, lalu langsung mencari tempat duduk di pinggir jendela dan membiarkan Anna yang memesankan minuman. Hari ini adalah sabtu yang cerah, biasanya di hari sabtu Casey akan tidur dirumah seharian sampai kadang Aiden datang dan membawakan makanan ke apartemennya, biasanya mereka akan memutuskan jalan jalan. Biasanya juga Casey yang terlampau malas hanya akan mengajak nonton drama dirumahnya sampai larut malam. Namun sudah dua kali hari sabtu tidak ada yang masuk ke apartemennya merusak hari Casey. Hanya ada sahabat sahabatnya yang datang main seutas kuliah atau pengantar makanan kiriman Aiden karena Casey malas keluar. Bedanya hari ini, Anna sahabat dekat Casey sejak SMA namun berbeda kampus mengajaknya sarapan diluar bersama, jadilah setelah makan nasi uduk andalan dekat SMA mereka dulu, mereka memutuskan untuk ngopi ngopi cantik disebuah café. "Lagi mikirin apa mba, kok serius amet?" Tanya Anna, sambil membawa dua cangkir Coffee Latte. Casey memutar bola matanya mendengar godaan Anna "Mikirin lo bawa kopi ajah lama banget!" "Yeh lain kali bawa sendiri minum lo makanya" decih Anna. "Udah sih minta maaf sana" ucap Anna tiba tiba. Membuat Casey yang mendengar ucapan Ana memutar kembali bola matanya. "Buat apa, orang bukan salah gue juga. Dia ajah yang kelewat protektif" balas Casey "Yeh, susahnya apa juga tinggal bilang maaf. Gue cuman cinta sama lo Den apa susahnya." Serunya tidak mengerti. Menurut Anna, Aiden tidak cukup bersalah, Aiden hanya melampiaskan kecemburuannya dengan Casey yang tidak terlalu peka. Casey memang menceritakan kepada Anna kalau Ia sedang malas dengan Aiden, dan menceritakan sedikit kejadian bertemu dengan Daniel. Tapi Casey melewatkan bagian vital tentang pacaran pura pura mereka ataupun sikap Aiden terhadapnya. Sejujurnya memang tidak ada yang tau akan perjanjian itu. Itu kesepakatan antara mereka. Lagipula kalau diceritakan siapa yang akan percaya coba, bahkan setelah 2 tahun mereka tidak putus putus. Itu mah namanya bukan pura pura bahkan Casey sering bertanya tanya kenapa Ia masih mau bertahan. Mereka berdua bahkan tidak saling menyukai. Digaris bawah TIDAK SALING MENYUKAI. Jadi saran Anna tidak berlaku bukan? Menurut pemikiran Anna yang simpel, Casey tidak seharusnya berdekatan dengan Daniel lagi, mengetahui histori akan Daniel dengannya. Siapa juga cowok yang gak akan cemburu melihat pacarnya samaa cowok lain padahal dia ada disebelahnya. Tapi kan Anna tidak tau keadaan sebenarnya. Baru saja Casey akan membalas ucapan Anna dengan pedas, ponsel Casey berbunyi. Tidak banyak yang bisa menelpon Casey, selain karna Casey tidak banyak yang mengetahui nomor Casey, sebagaian besar teman Casey bahkan Aiden tidak pernah menghubungi Casey kecuali genting karna Casey tipe orang yang membenci telpon bahkan kadang secara tidak sengaja suka mengabaikan telpon seseorang. Casey memang orang yang bergaya sok sibuk, padahal mah gak ada kerjaannnya. Jadi Casey melihat siapa penelpon dijendela ponselnya dan harus mendapati dirinya terkejut. Karena ponselnya menunjukkan Aiden's Mom menelpon. Untuk pertama kalinya dalam bulan itu, Caseypun memutuskan untuk menerimanya. Ya kali mau ditolak. Ia langsung memberi aba aba kearah Anna untuk diam lalu mengangkat telponnya "Siang bu" ya sedekat itulah Casey dengan ibunya Aiden. "Halo sayang?" terdengar suara feminim disebrang sana menjawab. "Iya bu?" "Kamu sibuk gak? Ibu lagi kosong ini, Dateng kerumah ya temenin Ibu bikin kue," Secara reflek Casey mengernyitkan hidungnya, sejujurnya Ia sedang malas melakukan sesuatu hari ini. Namun....."Boleh bu, Nanti siangan Casey kesana ya" jawabnya pasrah Setelah mengucapkan perpisahan singkat, Casey pun menutup telponnya sambil mengerutkan keningnya. "Siapa Cas" Tanya Anna sambil menyeruput kopi panasnya. Caseypun juga mengambil kopinya dan menjawab "Ibunya Aiden" Anna yang tadinya santai menyeruput kopinya, langsung menaruh cangkir kopinya dengan keras sambil membalalak kaget "HA! Lo udah ketemu orang tuanya Aiden? Gila! Eh tapi Iya juga sih lo kan udah pacaran 2 tahun yak! Pantes sih! Wah calon calon nih abis lulus langsung terima undangan" cerocos Ana heboh. Casey hanya memandang heran sahabatnya yang kelewat heboh "Apaan sih lo lebay deh, banyak kali yang pacarnya dikenalin ke orang tuanya" Anna mendengus keras, tidak membetulkan ucapan Casey "Yeh gak semua orang pacaran itu ngenalin pacarnya tau. Kalau dia dah ngenalin ke keluarganya berarti orang itu serius. Lagipula keluarga Aiden kan keluarga terkenal dan sibuk. Pasti susah ketemu sama orang tuanya" "Lagi udah dari kapan lo kenal orang tuanya" lanjut Anna penasaran. Casey hanya mengangkat bahu sambil memainkan kopinya dengan sendok "Udah lama kayanya, lupa" "Orang tuanya kayak apa? Pasti elegan banget ya? Mereka kaya di drama drama itu gak yang suka nyebelin sama pacar anaknya? Eh tunggu lo gak diapa apain kan sama orang tuanya Aiden? Jangan jangan lo tadi ditelpon disuruh gak boleh pacaran sama Aiden ya?" cerocos Anna lagi. Casey hanya terlihat geli dengan penuturan temannya yang sama dengan pemikirannya saat pertama kali bertemu dengan orang tua Aiden "Yeh gak lah, kebanyakan nonton drama lo, biasa ajah sih. Gue agak deket sama ibunya sih, dia sering ngajak gue belanja bareng kalo gak masak bareng. Kalo Ayahnya cuman 2 kali ketemu pas lagi di Indo, serem banget, gak banyak ngomong" jelas Casey. Dulu pertama kali diperkenalkan dengan orang tua Aiden, Casey terlewat gugup hanya uuntuk melihat kedua mata mereka. Selain karna Casey takut mereka mengetahui hubungannya dengan Aiden yang hanya berpura pura, kedua orang tuanya Aiden juga mempuyai aura yang agak mengintimidasi. Bahkan mereka tidak tersenyum sedikitpun ketika bertemu dengan Casey. Aiden terlahir di keluarga broken home. Kedua orang tuanya sudah bercerai. Aiden pernah bilang kalau Ia tidak terlalu dekat dengan kedua orang tuanya , ketika Ia berumur 5 tahun Ia dibawa oleh Ayahnya yang seorang pengusaha sukses untuk hidup di Inggris, selama itu ayahnya terlalu sibuk untuk sekadar makan bersama setiap hari bersama. Ketika Aiden baru berumur 17 tahun, Aiden baru bertemu Ibunya yang seorang desainer terkenal di Indonesia. Ibunya sangat baik, sayangnya karna Ia sudah beranjak dewasa, cukup sulit untuk bisa dekat dengan ibunya. Terkadang keduanya terlihat canggung. Karna itulah terkadang Casey menjadi jembatan antara keduanya, Ibu Aiden terkadang lebih sering mengajak Casey untuk pergi keluar, mungkin sekedar berbelanja, berkumpul dengan ibu ibu sosialita sambil bergossip ria. Pertamanya Ia agak tidak terbiasa dengan kehidupan seperti itu, namun lama kelamaan dia jadi terbiasa dan mengetahui hal hal ataupun sesuatu yang tidak pernah bisa dia ketahui sebenarnnya. Contohnya seperti dia bisa mengenali orang yang berpura pura kaya, atau mengetahui pejabat siapa yang berselingkuh dengan artis siapa. Memang sungguh tidak penting. Namun itu menjadi hiburan tersendiri bagi Casey dan ibunya Aiden. "Ohhhhhhhhhhhh" Seru Anna mendnegar penjelasan singkat Casey dengan tertarik. Casey hanya menggeleng geleng melihat kelakuan temannya "Iya ohhhh" Hingga tiba tiba Anna terpekik kaget "Lah Cas lo kalo lo ketemu ibunya berarti nanti lo bakal ketemu sama Aiden dong" seru Anna senang Mendengar itu Casey langsung menggeleng kuat "Ya gak lah, Aiden kan tinggal misah sama ibunya. Lagi juga dia kan kerumah ibunya paling 3 bulan sekali, sisanya ketemu ibunya diuar" Anna mendengus mendengarnya "Yeh siapa kali gitu, kan lumayan lo jadi bisa ketemu dia terus minta maaf" Bukannya senang mendengar hal itu, Casey malah panik menggigiit bibirnya. Masalahnya dia masih malas bertemu dengan Aiden. Terlebih Ia tidak mau terjadi konfrontasi, mengenal sikap Aiden itu tidak terelakkan. Ah tapi tidak, tidak, Aiden tidak mungkin kebetulan hari ini pulang kerumahnya kan? Tidak kan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN