Anak angkat

1124 Kata
"Halo, Mah," ucap Nathan di dalam telepon. "Halo, Sayang kapan kamu mau pulang? Jangan kayak gini dong Nak, Mama kangen sama kamu. Pulang ya Nak! Jangan dengerin Papa! Dia juga pasti pengen kamu pulang dan berkumpul lagi di rumah." "Aku enggak akan pulang, aku udah bahagia hidup sendiri di sini. Aku juga udah berhasil sukses tanpa bantuan Papa, jadi jangan harap aku akan pulang ke rumah lagi." "Tapi Nak, Mama kangen sama kamu. Kamu enggak kasian sama mama? Jangan hanya karena Papa, kamu jadi enggak pulang-pulang seperti ini!" "Mah, tolong ngertiin aku! Lagipula di rumah 'kan ada abang Ethan, anak kesayangan Papa. Aku yakin Papa enggak akan kehilangan aku, kalaupun aku udah enggak ada di dunia ini." "Kamu ini ngomong apa sih? Mama yakin Papa sayang sama kamu, kita semua sayang sama kamu Nak." "Aku enggak akan pulang, anggap aja aku enggak pernah ada di kehidupan kalian." Nathan mengakhiri panggilan dari ibunya, Alika yang sedari tadi hanya terdiam dan menguping menjadi salah tingkah saat Nathan melirik sinis ke arahnya. Sudah hampir empat bulan Nathan tidak pulang ke rumahnya, ia memutuskan untuk menetap di apartemen dan menjalankan Perusahaannya sendiri. Perusahaan yang dia bangun dengan kerja kerasnya. Walau Nathan dibesarkan dari keluarga kaya raya, ia tetap tidak ingin menikmati harta orang tuanya. Karena Nathan hanyalah anak angkat di keluarga Wijaya Putra, Erna dan Wijaya hanya memiliki satu orang anak kandung bernama Ethan. Anak kedua Erna menghilang ketika usianya baru empat bulan, saat Erna merasa hancur karena kehilangan anak. Hadirlah Nathan yang mewarnai hidupnya Nathan adalah anak yang ia adopsi dari panti asuhan Sehati. Tetapi Wijaya sangat menentang keputusan Erna yang membawa pulang dan mengadopsi Nathan. Walau ditentang suaminya Erna tetap merawat dan membesarkan Nathan sepenuh hati seperti anak kandungnya sendiri, hingga akhirnya Nathan tumbuh dewasa. Setelah Nathan dewasa ia memutuskan untuk keluar dari keluarga Wijaya karena merasa lelah dengan sikap Wijaya yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Ethan. Setelah selesai menerima telpon dari Erna, Nathan melempar benda pipih berwarna hitam yang berada di tangannya, lalu ia berjalan mendekati Alika. "Ikut aku sekarang!" Nathan mengambil kunci mobilnya yang berada di atas nakas. "Mau kemana, Pak?" tanya Alika wajahnya tampak sangat penasaran. "Kita cari makan siang." "Makan siang? Apa kita nggak ke kantor hari ini?" "Yang bos itu kamu atau aku?" ketus Nathan. "Maaf, Pak." Alika menundukkan kepala dan berjalan mengikuti Nathan. "Pak, apa baju-baju saya enggak boleh saya bawa, lalu saya ganti bajunya gimana?" Wajah Alika tampak memelas ia masih merasa takut dan canggung, walaupun status Nathan sekarang adalah suaminya. "Buang semua baju-baju gembel kamu itu!" ketus Nathan wajahnya tampak garang sejak ia menerima telpon dari ibunya tadi. "Tapi Pak. Nanti saya ganti baju pakai apa?" Alika berlari kecil mengejar Nathan karena kaki Nathan sangat panjang hingga satu langkah Nathan sama dengan tiga kali langkah kaki Alika. Itu yang membuat Alika sulit berjalan beriringan dengan Nathan. "Kamu tuli ya! Jangan membuat semak di apartemen Saya, dengan baju-baju gembel kamu itu." "Kalau gitu, lebih baik saya cari kost-kostan lain aja," ujar Alika sedikit menantang. "Silahkan!" tantang Nathan singkat ia tau kalau Alika sama sekali tak memegang uang. Alika hanya diam sambil menundukkan kepala, ia sadar kalau ia tak bisa berbuat apa-apa karena tak memegang uang sama sekali dan tanggal gajiannya masih delapan hari lagi. Alika memicingkan kedua bola matanya, lalu menggerutu kesal, "Dasar, manusia ngga punya hati!" gerutunya pelan. "Cepat masuk ke mobil!" hardik Nathan saat sudah berada di dekat mobil mewah berwarna hitam miliknya. Alika masuk ke dalam mobil ia sama sekali tak melihat ke arah Nathan, rasa kesal dan jengkel bercampur dihatinya. Kekagumannya akan sosok lelaki tampan yang duduk di sampingnya hilang seketika karena sikap arogan Nathan terhadapnya. "Kamu mau makan apa?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Nathan memecah keheningan di dalam mobil, ia merasa sikapnya sedikit keterlaluan pada Alika hanya karena moodnya rusak setelah menerima telpon dari Erna ibunya. "Apa saja," ketus Alika tanpa menoleh ke arah Nathan sama sekali. "Kamu tau rasanya jadi anak yang tidak di anggap ada?" Nathan mencoba mengungkapkan isi hatinya pada Alika. Alika menoleh ke arah Nathan dengan wajah penuh tanya. "Pak Nathan, tau rasanya jadi anak yang harus membayar hutang orang tuanya? Jadi anak yang harus bekerja keras demi membayar hutang orang tuanya, harusnya pak Nathan bersyukur karena masih punya orang tua yang sayang sama pak Nathan masih punya Ibu yang menunggu pak Nathan pulang ke rumah," ketus Alika ia sama sekali tak mengetahui kalau sebenarnya Nathan tidak mempunyai orang tua, ia hanyalah anak angkat di keluarga Wijaya. "Yang nyuruh kamu bayar hutang si pemabuk itu siapa? Salah sendiri penyakit dicari-cari!" Nathan mengurungkan niatnya untuk bercerita tentang hidupnya. Ia tak ingin terlihat lemah dimata wanita yang sudah sejak lama memikat hatinya. "Ya udah jangan di bahas!" ketus Alika. Nathan pun memberhentikan mobilnya di Mall dan memarkirkan mobil mewahnya di parkiran Mall. "Loh Pak, katanya kita mau makan?" Alika tampak kebingungan. "Turun cepat! Apa kamu enggak pernah ke Mall sebelumnya? Disini kan ada restoran, enggak usah banyak tanya dan banyak protes. Dan satu lagi, panggil saya Mas!" "I, iya Mas." Alika turun dan mengikuti Nathan yang ternyata tujuan Nathan adalah ke tempat penjualan pakaian wanita. Alika, memutar kedua bola matanya melihat ke sekeliling. Ini pertama kalinya ia masuk ke dalam Mall dengan seorang laki-laki, dan laki-laki itu adalah suami sekaligus bos-nya. "Pilih pakaian yang kamu suka, jangan lihat harga!" "Apa Pak, eh Mas Nathan serius?" "Apa saya kelihatan bercanda?" tanya Nathan. "Nggak sama sekali." Alika tersenyum cerah dia mulai berjalan dan memilih beberapa baju yang menurutnya bagus dan cocok untuk di kenakan, dia juga memilih baju tidur yang tertutup untuk menggantikan baju-baju tidur yang dibeli Nathan. Karena baju tidur yang dibeli Nathan sangat seksi menurut Alika, setelah memilih dan memasukan beberapa baju Alika berjalan menghampiri Nathan yang sedang berdiri di dekat kasir. "Cuma segini?" "Iya, segini aja cukup," sahut Alika. Nathan menggelengkan kepala ia menarik tangan Alika dan mengajaknya ketempat baju lain dia mengambil baju yang menurutnya cocok untuk Alika. Wajah Alika, yang cantik dan kulitnya yang putih bersih membuatnya cocok menggunakan baju apapun. "Apa ini enggak kebanyakan, Pak?" "Jangan cerewet! Toh bukan kamu yang akan membayar ini semua, kamu itu istri dari pengusaha kaya raya jadi kamu harus berpenampilan menarik dan cantik setiap hari," ujar Nathan ia mencocokkan beberapa baju ke arah Alika. Istri pengusaha kaya raya, apa dia enggak salah ngomong? Bukannya aku hanya istri saat berada di apartemen-nya aja. Andai aku benar-benar di perkenalkan sebagai istri kamu ke semua orang, pasti aku akan menjadi wanita paling beruntung dan bahagia, gumam Alika dalam hati. Nathan menarik tangan Alika hingga tubuhnya menabrak tubuh kekar dan kotak-kotak Nathan. "Layani aku malam ini!" bisik Nathan, nafasnya yang terasa sangat hangat membuat jantung Alika berdebar kencang. Alika merasa sulit bernafas karena perasaannya yang bercampur aduk, kedua bola matanya terpejam menikmati hembusan nafas Nathan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN