"Dan!" suara Wira melengking, membangunkan Ardan yang nyaris terperosok ke tangga. Lelaki itu baru saja keluar dari kamarnya dengan mata masih terpejam padahal sudah jam tujuh pagi. Hal yang membuat Wira geleng-geleng kepala. "Papa berangkat dulu!" pamit lelaki itu yang dibalas Ardan dengan deheman kemudian keningnya terantuk saat berniat berdiri. Sekonyong-konyong, ia mengelus keningnya kemudian mengusap sudut bibirnya yang penuh iler. Matanya sempurna terbelalak setelah mencuci muka di wastafel kemudian mengelapnya dengan handuk dan memperbaiki jambulnya. Setelah itu berjalan menuju kulkas dan mengambil minum. Meneguk air putih dingin itu dengan cepat dan tandas. Ia menatap suasana dapur yang berantakan kemudian menatap pilu isi kulkas yang kosong. Yeeaah! Emaknya emang bukan kayak e