Adit melempar bola basket di pekarangan rumah kakaknya yang sempit. Berkali-kali mencoba memasukannya ke ring tapi tetap gagal. Walau tak lelah ia mencoba. Sesekali matanya melirik ke arah rumah depan yang pagarnya cukup tinggi. Oke, ia tak akan bisa melihat ke dalamnya kecuali ia masuk ke rumah dan nongkrong di balkon rumahnya. Tapi ia sedang tak berminat melakukan itu. Alhasil ya begini, cuma menghabiskan waktu sambil berharap seseorang keluar dari balik gerbang tinggi tetangga depan rumahnya itu. Adit memang tak tahu takdir sih, ia hanya manusia biasa yang mencoba berusaha. Walau mungkin takdir-Nya belum tentu sama. Ya kan? Toh segala jalan-Nya akan lebih indah secara tak terduga. Lelah melempar, ia memilih duduk di tangga depan pintu rumahnya. Rumahnya hampir tak berteras andai tak a