Bab 92. Harus Pindah

1073 Kata

"Ibu...." Tia menghampiri Ibunya yang menangis sesegukan. Ibu memegang selembar kertas. Tia mengambilnya perlahan. Fitri mengusap bahu Ibu. Tia membaca kertas itu dengan seksama. Tia sedikit terperanjat. "Apa Bang Tiar sudah tahu tentang ini?" Tanya Tia pada Fitri. Fitri menggeleng. "Belum Kak. Tadi Aku telpon yang angakat Kak Riris. Kita susah menghubungi Bang Tiar. Bodyguard nya stanby terus." Fitri Kesal. "Bagaimana nasib kita, Tia?" Kata Ibu. Tia mengusap bahu Ibu. "Ibu yang sabar yah. Memang peraturannya sekarang seperti itu Bu. Beda sama Jaman Pemerintahan yang terdahulu." Akhir-akhir ini banyak di pemberitaan, Komplek ABRI yang penghuninya sudah pensiun untuk segera meninggalkan rumah dinas mereka. Hari ini Bu Nia mendapat surat peringatan itu. "Kalau gitu sekarang Kita ke r

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN