Eda memarkirkan motornya di depan pagar. Aku segera masuk ke dalam kamar, meletakkan tas dan membuatkan Eda kopi. Alih - alih masuk ke ruang tamu, Eda malah duduk di beranda. Di atas lantai, bukannya di kursi yang tersedia. "Gak di dalam?" Kuletakkan secangkir kopi di depannya. "Sudah jam segini, gak baik dilihat orang." "Di sini malah jadi kelihatan," gerutuku. Meskipun di sini sunyi, sepi, senyap. Tapi bisa saja ada pedagang nasi goreng lewat. "Lebih baik di sini." Tutupnya, final. Eda meletakkan cangkir kopi yang disesapnya sedikit. Aku memangkas jarak di antara kami dan merangkul lengan kirinya. Bergelendot manja pada lengannya. "Aku mau tanya boleh gak, Bang?" "Tanya apa?" Lidahku mendadak kaku. Aku takut Eda menolak menjawab dan malah pergi dengan marah karena pertanyaanku.