Part 21 (j)

1235 Kata

            “Apa kau tahu? Aku lah penyebab kematian ibuku. Tanpa sadar aku telah membawanya menuju kematiannya di malam itu. Betapa bodohnya diri ini. Apakah aku masih pantas disebut anak oleh ibuku?” Terpancar begitu jelas kemarahan Catya dari sorotan matanya serta perkataannya dengan intonasi meninggi di setiap kata.             Willa tidak menanggapi perkataan Catya, ia hanya diam mendengar setiap kata yang terselip amarah didalamnya. Lebih baik menjadi pendengar yang baik disaat seseorang sedang dalam kondisi penyesalan dan kemarahan. Menjadi lawan bicaranya justru hanya akan menambah amarah yang meletup-letup.             Catya mendengus kesal, menggigit bibir bawahnya seraya mengoleng kepalanya pelan, wajah datar penuh emosi serta kilatan api amarah sangatlah nampak di kedua bola

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN