Part 2 (b)

1319 Kata
            “Apa tempat ini merupakan sisi lain dari hutan yang sesungguhnya?” tanya Syahquita kembali bersuara.             Penjaga hutan itu mengangguk pelan, “Iya, katakanlah seperti itu. Hutan ini terbagi menjadi dua alam, satu alam untuk manusia dan satu alam lagi untuk penjaga hutan atau yang mungkin kau kenal sebagai alam gaib.”             “Alam gaib? Apa kalian hantu?” Syahquita terkejut dengan perkataan terakhir dari penjaga hutan.             “Bagi sebagian orang alamku ini dikatakan sebagai alam gaib dan kami penjaga hutan bukanlah hantu. Kami sangat nyata untuk duniamu tapi jarang dari kalian yang menyadari keberadaan kami dan menganggap kami adalah hantu penunggu hutan.” sahut penjaga hutan.             “Kau tak perlu khawatir karena kami tidak akan menyakitimu.” lanjut penjaga hutan.             Syahquita mengangguk dengan senyuman tipisnya, “Iya, aku tahu itu. Jika kalian memang ingin menyakitiku pasti kalian sudah melakukannya sejak tadi.”             “Baiklah, apa yang akan kita lakukan, penjaga hutan?” tanya Syahquita menatap wanita di depannya.             Penjaga hutan itu tertawa kecil mendengar sebutan dari Syahquita, “Panggil saja Grasella, meski kami penjaga hutan kami tetap mempunyai nama selayaknya manusia.”             Syahquita tersenyum malu karena sudah memanggil wanita itu dengan penjaga hutan, ia mengulurkan tangan kanannya ke arah penjaga hutan itu, “Syahquita Valdez Campbell, kau bisa memanggilku dengan Syahquita.”             Penjaga hutan menjabat hangat tangan Syahquita dengan gaya khas Papua yaitu memegang erat tangan bukan telapak tangan, “Grasella Irma Wanggai, panggil saja Grasella jangan penjaga hutan.”             Syahquita tertawa mendengar tiga kata terakhir yang diucapkan Grasella lalu melepaskan tangan wanita itu, “Oke, menurut peta ini kita harus berjalan ke arah timur. Dan aku tidak tahu di mana timur karena matahari sudah terbenam.”             “Baiklah, kau beritahu saja padaku mengenai jalan pada peta itu dan aku akan menuntunmu sesuai arahan darimu.” kata Grasella yang langsung mendapat anggukan mantap dari Syahquita.             “Semua basiap, kitorang pu teman dapa membantu kitorang menemukan mahkota kitorang pu hutan. (Semua bersiap, kita punya teman yang dapat membantu kita menemukan mahkota hutan ini).” teriak Grasella kepada kawanannya.             Para kawanan dari Grasella bersorak gembira mendengar apa yang dikatakan pemimpin mereka, “Uulollololo uuulololo.”             Syahquita tersenyum kecil ketika mendengar suara dari kawanan Grasella, ia melirik Grasella karena tak mengerti maksud dari suara itu.             “Baiklah, Syahquita. Apa kau siap?” tanya Grasella.             Syahquita mengangguk mantap, “Kapanpun kau siap, aku juga siap.”             “Ke arah mana kita harus melangkah?” tanya Grasella.             Syahquita memperhatikan peta di tangannya, “Arah timur.”             “Ayoo… Uuulololo.” Ucap Grasella.             Syahquita dan Grasella serta dua orang kawanannya berjalan sesuai petunjuk arah dari peta. Syahquita memberi tahu kemana peta menuntun mereka sedangkan Grasella yang membawa langkah mereka karena sudah pasti Grasella mengetahui setiap inci dari hutan ini.             Syahquita merasa dirinya sedang di dalam dunia mimpi petualangannya, ia datang ke Papua untuk mencari tanaman tapi apa yang terjadi justru sebaliknya. Ia berpetualang bersama makhluk yang ada di hutan Papua tanpa berdampingan dengan suaminya dan di dalam kisah ini dirinya seperti sebuah kunci untuk membuka suatu pintu berharga bagi Grasella dan kawanannya.             “Ke arah mana lagi kita?” tanya salah satu kawanan Grasella.             Syahquita terdiam memandangi peta yang ia hadapkan di depan wajahnya dan hal itu pun diikuti oleh Grasella yang melihati kertas kosong di pandangannya.             “Peta ini sudah tidak menunjukan ke mana kita harus melangkah.” Jawab Syahquita karena tak melihat petunjuk apapun.             Dalam peta itu akan memunculkan gambar di mana tempat mereka berdiri dan ke arah mana mereka harus melangkah, setelah mereka mengikuti petunjuk peta maka arah itu akan hilang dan berganti dengan petunjuk arah selanjutnya. Dan saat ini petunjuk arah mereka melangkah sudah tak ada hanya terdapat tempat mereka berdiri yang ditandai dengan tanda silang merah besar.             Syahquita menurunkan peta dari pandangannya, ia menatap lurus ke depannya. Ia berpikir bahwa ada sesuatu di depannya tapi tak dapat di lihatnya secara langsung. Syahquita melangkahkan kakinya ke arah depan sampai ia merasakan sesuatu yang pernah dirasakannya saat pertama kali masuk ke dalam perbatasan bangsa Vampire.             “Ke mana wanita itu pergi?” celetuk salah seorang kawanan Grasella.             Grasella tidak menjawab pertanyaan dari temannya itu, ia lebih memilih untuk melangkah mengikuti jejak Syahquita yang tak dapat di lihat lagi oleh pandangannya. Terlihat begitu jelas pemandangan yang ada di depan mata Grasella saat ini.             “Astaga.” decak kagum Grasella.             Syahquita menoleh ke arah belakangnya dan mendapati Grasella dengan raut wajah tak percaya-nya. Grasella mengangkat kakinya mendekat ke hamparan bunga anggrek hitam yang begitu indah, ia berjongkok di depan tanaman langka itu.             “Apa ini sungguh nyata?” tanya Grasella menoleh ke arah Syahquita.             Syahquita mengangguk mantap dengan senyumnya, “Semua ini nyata seperti yang kau katakan padaku.”             Grasella menyentuh tanaman yang menjadi mahkota bagi hutan ini, air mata memupuk di pelupuk matanya. Ia tak menyangka jika masih terdapat hamparan luas dari bunga anggrek hitam Papua dan beberapa tanaman langka lainnya.             “Daranya.” ujar kedua teman Grasella.             Kedua wanita yang sepertinya teman dekat Grasella menghampirinya dan terduduk lemas di kanan dan kiri Grasella. Mereka bertiga saling bertukar pandang satu sama lain.             “Kitorang su dapa mahkota kitorang pu hutan (Kita sudah mendapatkan mahkota dari hutan kita).” Kata wanita di sebelah kiri Grasella.             Grasella mengangguk haru, “Yoi, ini mahkota kitorang pu hutan (Iya, ini mahkota hutan kita).”             Grasella menggenggam tangan kedua temannya, ia menuntun kedua wanita itu berdiri. Grasella menarik tangan kedua temannya dan membawa mereka ke hadapan Syahquita.             “Terima kasih banyak atas bantuanmu, Syahquita.” ujar Grasella.             Syahquita mengangguk kecil, “It’s oke, aku akan membantu selagi aku bisa melakukannya.”             “Kau bisa mengambil bunga itu sesuka hatimu, Syahquita.” Ucap Grasella.             Sebuah senyuman gembira terukir di wajah cantik Syahquita, “Terima kasih banyak, Grasella.”             “Kau tak perlu berterima kasih, Syahquita. Tanpa bantuanmu kami semua tidak bisa menemukan tanaman ini.” Jawab Grasella.             Syahquita tersenyum haru mendengar kata-kata Grasella, ia tidak pernah menduga jika dirinya akan mendapatkan tanaman itu tanpa harus mencurinya. Ia bahkan boleh mengambil berapapun tanaman itu sesuka hatinya.             Salah satu teman Grasella membisikkan sesuatu ke telinga Grasella seperti membicarakan hal yang sangat penting. Grasella hanya mengangguk-angguk saja saat temannya berbicara di depan telinganya.             “Syahquita, apa kau keberatan jika datang ke acara adat kami?” tanya Grasella setelah temannya selesai membisikkan sesuatu.             “Acara adat? Tentu saja tidak keberatan.” Sahut Syahquita.             Grasella memegang tangan kanan Syahquita, hembusan angin perlahan kembali terasa hingga menerbangkan rambut hitam Syahquita ke udara. Dapat Syahquita lihat dengan jelas dirinya dan Grasella berada di dalam pusaran angin yang seperti badai itu. Syahquita yakin bahwa sebentar lagi ia dan Grasella akan berada di tempat yang berbeda.             Dan benar saja dugaannya, ia dan Grasella berada di seperti pemukiman bagi penjaga hutan Papua. Ya, Syahquita sudah berada di tempat ini sebelumnya tetapi, saat ini suasana tempat itu sangat ramai. Semua orang sibuk mempersiapkan acara adat yang akan mereka laksanakan sebentar lagi.             Grasella membawa Syahquita memasuki salah satu ebai (rumah adat khas Papua biasanya diperuntukan untuk para ibu dan perempuan) yang ada di tempat itu, Grasella meninggalkan Syahquita di lantai bawah dari rumah adat sedangkan Grasella menaiki lantai atas rumah itu untuk mengambil sesuatu. Tak lama setelah itu Grasella turun dengan beberapa tumpuk pakaian ada khas Papua dan memberikannya kepada Syahquita, ia meminta Syahquita untuk memakai pakaian itu.             “Grasella, aku tidak mengerti bagaimana cara memakai semua pakaian ini.” ujar Syahquita.             Grasella tersenyum kecil mengambil satu dari dua pakaian yang diberikannya, ia membentangkan rok rumbai Papua dan memakaikannya ke pinggang Syahquita. Pakaian sali yang berada di tangan Syahquita juga di ambil kembali oleh Grasella dan melekatkan pakaian itu ke tubuh wanita di hadapannya. Syahquita mengenakan pakaian adat tanpa melepas pakaian yang dikenakannya.             Grasella mengambil sebuah wadah yang berisi cairan putih seperti kapur, ia mencelupkan jari telunjuk dan tengahnya ke dalam cairan itu lalu mencoretkan cairan itu ke wajah Syahquita. Kemudian Grasella memakaikan hiasan rumbai di kepala Syahquita.             “Sudah selesai.” kata Grasella dengan senyuman lebar di wajahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN