9. Sebuah Aib...

1137 Kata
Elis berusaha meyakinkan mamanya bahwa dia tidak mungkin hamil, bagaimana mungkin dia hamil secepat ini, baru tiga hari ini Andreas menikahinya, dan selama itu pula dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga, mungkinkah seseorang di vonis hamil setelah tiga hari berhubungan badan? apakah Elis sebodoh itu, untuk mempercayai tentang kehamilannya? Elis benar-benar bingung. "Katakan El, siapa laki-laki kurang ajar itu!" Kini suara bariton papanya yang buka suara. "Sudah Elis bilang, Elis tidak hamil Pa, percayalah ..." Elis benar-benar frustasi harus ngomong apa lagi. "Apa kamu pikir dokter Heru begitu bodoh? dia tidak akan main-main dengan seorang Khan, camkan itu! sebelum semua kesabaran papa hilang!" Jelas betul ada kekecewaan yang terlihat di wajah pria separuh baya itu. "Katakan El, kenapa kamu hancurkan hati kami sedemikian rupa, kenapa tidak bunuh kami saja sekalian, itu lebih baik daripada kamu hina kami dengan cara seperti ini." Ana benar-benar terlihat hancur. "Tolong jangan katakan itu ma, Elis selalu berusaha menjaga nama baik keluarga kita." Elis berusaha memohon kepada sang mama, tapi Ana yang sudah tersulut amarah menepisnya, sehingga tubuh Elis terhempas ke samping. Ahmed Khan terlihat begitu emosi setelah melihat kiriman video dari pengacaranya, tanpa belas kasihan dia menyeret tubuh putri semata wayangnya, air mata nya mulai menetes, rasa kecewanya begitu besar. Ana tidak tega melihat perlakuan sang suami kepada putrinya, semarah marahnya dia, dia tetaplah seorang ibu, yang akan selalu memastikan putrinya baik-baik saja. "Hentikan pa, dia akan terluka." Ahmed tersadar ketika Ana menghentikannya, yang dia seret adalah belahan jiwa nya yang selama ini dia lindungi dengan apapun, meskipun itu nyawa taruhannya, Pria yang masih terlihat tampan itu terisak, ada luka yang begitu dalam menggores hatinya, Ahmed tersimpuh di lantai, Ana mendekati nya, sang suami memberikan ponsel yang sedari tadi dia pegang dengan eratnya. Pandangan penuh amarah Ana langsung beralih ke wajah Elis yang tertunduk, Elis benar-benar tidak bisa melihat ke dua orang tuanya yang hancur saat ini. Ana berusaha memejamkan matanya sebentar, berusaha menahan luapan emosi yang membuncah di dadanya yang terasa sesak, wanita cantik yang meskipun sudah berumur itu, mendekati putrinya. "Kamu benar-benar sudah menghancurkan keluarga kita El, bahkan Mama malu menyebutmu seorang putri, siapa kamu sebenarnya El? ambillah racun sekarang, bunuh saja kami!" Ana memegang dadanya yang terasa sakit, Elis benar-benar hancur mendengar kata kata mamanya. "Tidak ma, jangan katakan itu, Elis akan selalu menjaga nama baik keluarga kita Ma, percayalah ..." Elis berusaha mendekati mamanya yang terduduk lemas di samping papanya. "Jangan berani menyentuh Mama dengan tangan kotormu itu! apakah kamu menjaga nama baik keluarga kita dengan tingkah lakumu yang b***t seperti ini?!" Ana menyerahkan ponselnya kepada Elis. Gadis itu begitu terkejut melihat sebuah rekaman video yang memperlihatkan dirinya yang terlihat begitu liar mendesah di atas tubuh seseorang, dengan bagian bagian sensitivnya sudah di blur terlebih dahulu, Elis mengepalkan tangan nya, gadis itu mendongakkan wajahnya, menghapus air matanya, berusaha berdiri, berjalan menegakkan langkahnya menuju kediaman seseorang yang harus bertanggung jawab terhadap huru-hara yang terjadi di rumahnya, Ana dan Ahmed menoleh ke arahnya dan tanpa mereka sadari mereka mengikuti langkah Elis. Ternyata Elis berdiri di depan gerbang pintu rumah Andreas yang berdiri kokoh di samping rumahnya, tanpa persetujuan dari siapapun Elis langsung menerobos masuk, yang di ikuti oleh ke dua orang tuanya. BLAKKK!! Andreas dan ke dua orang tuanya terkejut dengan kedatangan Elis yang tiba-tiba. "Keluar kamu Andreas! jangan jadi laki-laki pengecut!" teriak Elis. Andreas dan kedua orang tuanya mendekati Elis. "Ada apa ini sayang ... apa yang terjadi?" Jesika berusaha menenangkan Elis yang sudah dia anggap seperti putri kandungnya sendiri, jujur ... sebenarnya Jesika berharap Andreas menikah dengan Elis, bukan Diana. Tomi yang berdiri di samping Andreas yang terlihat sangat tenang, mendekat ke arah Ahmed. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Tomi berusaha mengorek informasi dari Ahmed yang berdiri mematung di samping Ana. "Elis hamil Tom ..." Tomi terkejut dengan ucapan Ahmed, bahkan dia tidak percaya dengan semua ini, baginya Elis tidak mungkin berbuat seperti ini. "Papa sama Mama pengin tau kan? siapa ayah dari bayi yang Elis kandung, jika memang itu benar Elis hamil, Dia! dia orangnya!" Elis menunjuk ka arah Andreas yang membuat semua orang terkejut. Andreas mengepalkan tangannya mengeraskan rahangnya, menatap penuh emosi ke arah Elis. PLAAKK!!! Ana menampar pipi Elis dengan kerasnya, hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah, tapi Elis tidak peduli dengan luka itu. Andreas semakin mengeratkan kepalan tangannya, matanya memerah memandang wajah Elis. "Sejak kapan Mama mengajarimu menjadi wanita tidak tau malu, hubunganmu dengan Andreas sudah lama berakhir, bahkan Andreas sudah melanjutkan hidupnya dan bertunangan dengan Diana, kamu pikir kami sebodoh itu? lihat baik-baik video tidak senonoh kamu itu, apa ada Andreas di sana?" Jesika, Tomi dan juga Andreas terbelalak kaget. "Katakan El, apa kami tidak memberimu materi yang cukup? apa kami tidak memperlakukan kamu dengan baik? sehingga ini balasannya," Ucap Ahmed yang penuh dengan kekecewaan. "Demi Tuhan, Elis tidak bohong Pa, dan Andreas sudah menikahi Elis." Andreas hanya diam mematung memperhatikan luka di bibir Elis. "ELIS! berhentilah menjadi wanita halu, sebelum kamu membuat kami lebih malu, Andreas adalah laki-laki yang bertanggung jawab, bahkan dia sudah seperti putra kami." Ana benar-benar marah dengan sikap Elis yang di anggapnya halu. Tiba-tiba saja ponsel Andreas dan Tomi berbunyi, mereka terkejut ketika sebuah video Panas Elis di kirimkan oleh rekan bisnis mereka, Andreas menggenggam erat Ponselnya, Pria itu benar-benar tersulut emosi, Tomi memperlihatkan Video itu kepada istrinya, yang membuat Jesika menuput mulutnya tidak percaya. Baik Tomi maupun Jesika merasa hancur, Elis memang putri sahabatnya, tapi kedua pasangan suami istri itu selalu memperlakukan Elis layak nya putri mereka. "Apa yang kamu lakukan El, kenapa kamu jadi seperti ini." Jesika membuka suaranya, menitikan air matanya pilu, kemudian dia menghampiri sahabatnya Ana, yang tertunduk tak berdaya. "Katakan sesuatu An. katakan tentang kebenaran kita, kumohon ..." Elis mendekati Andreas seraya memohon kepada suami rahasianya. Ahmed yang sudah hilang kesabaran, segera menyeret Elis keluar dari rumah itu, yang di ikuti Jesika, Ana, Tomi dan Andreas. "Pergi kamu dari sini! jangan pernah perlihatkan wajah kamu di depan kami! atau aku akan melupakan kalau di tubuh kotormu itu mengalir darah ku." Ahmed menyeret tubuh Elis sampai ke depan pintu gerbang keluarga Andreas, kemudian mendorong tubuh itu hingga tersungkur di depan pintu gerbang. Elis berusaha bangkit berharap papanya mau memaafkan dirinya. "Dengerin Elis pa, Elis mohon ..." Ana mencoba mendekat, tapi suaminya segera menahan pundaknya seraya menggelengkan kepalanya. Melihat banyaknya wartawan yang mulai berdatangan di halaman rumahnya,Elis memilih diam, menjauhi dua rumah megah milik keluarganya dan keluarga Andreas, dia tidak ingin mengundang kecurigaan para pencari berita yang melihat dirinya, untuk itulah dia lebih memilih pergi menjauh, dengan seribu perasaan hancur. "ELIS!!! kembali nak ..." Semarah-marah nya Ana, dia tidak mungkin tega membiarkan putrinya di luar sana menderita, Ahmed menahannya, Laki-laki itu begitu terpukul mendapati kenyataan tentang putrinya, Ana pingsan, Andreas pergi meninggalkan ke empat orang itu yang terlihat begitu hancur. Elis terus melangkahkan kaki tanpa arah dan tujuan yang jelas. "Benarkaj .. mencintaimu begitu menyakitkan ..."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN