Chapter 1

1246 Kata
Lea memanggil di dalam hutan. Sayangnya, tidak ada siapapun didalamnya. Banyak sekali jalanan yang sudah rusak. Pepohonan menjalar di sepanjang jalanan. Misterius dan menyeramkan itulah pandangan Crolea memandangnya. Ciakk...ciak… Suara burung terdengar di telinga Crolea. Crolea sudah tidak tahan berada di dalam hutan ini. "Hutan apa ini? Kenapa begitu gelap?" Tanya Crolea dengan menembus kegelapan. Bahkan tidak ada lilin atau apapun yang menjadi penerang jalannya. Crolea berlari menyusuri lorong hutan yang gelap. Sesekali dirinya menyadari seperti ada bayangan hitam yang mengikutinya. Lea semakin berlari ketika dirinya sudah tidak nyaman berada di hutan ini. "Apakah ada orang disini?" Teriaknya kembali. Lagi-lagi tidak ada orang. Lea sendiri menyusuri jalanan rindang yang gelap. Banyak sekali semak belukar berduri. "Apakah ada orang disini?" Tanyanya lagi dengan ketakutan. Nafas penuh sesak. Tubuh menggigil kini Lea rasakan. Dirinya sudah tidak tahan berada di hutan ini. Begitu menyeramkan untuk dihuni sendirian. Suara burung-burung semakin terdengar. Bahkan semakin mendekati Lea yang sadang ketakutan. Lea kecil menutup mata dan memegang kedua kuping. Dirinya mengucapkan kata, "Ibu." "Ibu bawa aku pulang." Burung-burung berkumpul seperti pusaran angin. Memasuki tubuh Lea untuk membuatnya terhisap kedalamnya. Delapan jam kemudian. Kedua mata Crolea menyipit. Dirinya bangun dari tubuhnya yang tidak sadarkan diri, “Kenapa aku tidur di lantai?" Tanya Lea dengan terbangun dari tidurnya. Selama mendapatkan cermin dari warisan ibunya, Lea selalu mendapatkan mimpi yang aneh. Dua minggu kemudian. Tidak henti-hentinya Lea mendapati mimpi buruk yang aneh di dalam hutan. Hutan kabut dengan kabut yang tebal. Hingga suatu hari suara wanita memanggil dirinya dari dalam mimpi, memanggil-manggil namanya hingga beberapa kali panggilan, “Lea...” Begitu nyaring terdengar di telinga Lea, sayangnya hanya suara yang terdengar Lea, Bukan ketukan pintu. Bukan juga suara Bibi Tika. Lea terkaget dan menyusuri asal muasal suara tersebut. “Lea, aku adalah cermin milik ibumu," ucapnya kepada Lea, suara menggema yang terdengar di telinga Lea pun memberitahu dirinya bahwa suara tersebut berasal dari cermin sihir ibunya yang berasal dari Andeleusia. Tak berselang lama, Lea kembali menatap keheranan bahkan di hadapannya hanya ada cermin yang mengeluarkan sinar biru, “Cermin?” tanyanya dengan penasaran. “Ya Lea, persiapkan dirimu untuk masuk kedalam dunia yang berada di balik cermin ini, aku akan menuntunmu. Ini adalah cermin sihir dari Andeleusia, kami semua menunggumu hingga kau berusia remaja. Sudah waktunya kau kembali ke Andeleusia, Masuklah Lea, dunia asalmu adalah Andeleusia." Suara cermin itu kembali mengarahkan Lea untuk bersiap diri, menuntun Lea untuk bisa memasuki cerminnya. Pintu dimensi dari Raja Amung dan Raja Rederick, pintu yang akan mengantarkan Crolea memasuki dunia Andeleusia. “Masukkan kembali tanganmu Lea kedalam cermin, maka aku akan membawamu ke dunia aslimu.” Lea menatap heran kembali, di dalam pikirannya hanya ada ketakutan bahkan dirinya kebingungan, “Dunia asli?" Tanya Crolea dengan pikiran yang semakin membingungkan. “Ya Lea, kau memiliki setengah darah peri dan kau akan mengetahuinya ketika kau memasuki duniaku. Masuklah Lea, ini adalah dunia Andeleusia." Lea terheran dan menatap cermin yang berbicara kepadanya, cermin sihir yang mengatakan dunia Andeleusia, “Maksudmu dunia peri? dunia peri seperti kisah dongeng? apa kau sedang bercanda kepadaku? lagipula ini hanya cermin dari ibuku," ucapnya dengan nada tidak percaya. Tak berselang lama cermin tersebut mengeluarkan sinar dan cahaya, “Cepatlah Lea. Waktumu tinggal lima detik lagi untuk memasuki portal dunia asalmu. Masuklah kedalam cermin ini, kau akan memasuki pintu dimensi menuju Andeleusia." Lea memasukkan tangannya kedalam sebuah cermin peninggalan ibunya dan ternyata benar cermin tersebut mengeluarkan sinar biru dan membawanya ke dunia dimensi berbeda. “Dunia peri?” ucapnya dengan memasuki cermin, dengan suara yang terbatuk bahkan dirinya berubah dengan memakai gaun bagaikan seorang putri kerajaan. Dirinya sangat berbeda dari sebelumnya, Crolea yang sekarang berubah menjadi sangat cantik. Bertubuh putih dan anggun layaknya wanita dewasa yang sangat sempurna. Dari jauh terdapat seorang wanita bertubuh sama dengannya. wanita yang sudah menunggu Lea. “Namaku Leci dan menjaga pintu cermin milik mendiang ibumu.” Kedua pupil mata Lea membesar dengan penuh keheranan melihat perempuan bernama Leci adalah seorang wanita bersayap cantik. Dengan mahkota bertabur cahaya. “Lihatlah punggungmu Tuan Putri,” Ucap Leci kepada Lea dengan tertawa kecil melihat punggung Lea seketika memiliki sepasang sayap cantik dengan banyaknya kilauan taburan cahaya. “Kau memanggilku apa?” Tanya Lea kepada Leci dengan penuh keheranan. “Putri Crolea, namamu adalah Putri Crolea di dunia manusia namamu Crolea juga,” Jawab Leci menatap Lea dengan senyumnya yang merekah, Tak berlangsung lama banyak sekali peri wanita yang bernama Elvis dengan membawa tombak Ursula menghampiri Lea. Tapi tidak dengan seorang pria yang terlihat tampan dan gagah berkulit putih yang sama dengan Lea, “Selamat datang anakku.” Raja Rederick menyambut Lea dengan kebahagiaan. ‘Anak? Pria ini berbicara anak?’ batin Lea menatap heran pria tampan yang berada di hadapannya kini. "Apa yang kau maksud anak?" Tanya Lea dengan rasa penasaran. Seluruh Elf dan Elvis saling menunduk memberikan hormat. Raja Rederick tersenyum simpul. Melihat anaknya yang saat ini sangat cantik dan dewasa. Dari jauh seorang pria yang Crolea kenali ada di depan matanya. "Dion?" Tanya Lea pelan. Dion tersenyum dengan memakai pakaian kerajaan lengkap. “Leci, hilangkan cerminnya dan tarik cerminnya kembali. Dan kau ikut aku ke kerajaan.” Pria tampan yang memakai mahkota bernama Raja Rederick menunjuk Lea untuk mengikuti dirinya. Tiga puluh menit para pengawal kerajaan membawa Lea dan Raja Rederick kembali ke Andeleusia. Dan para pengawal membawa Lea ke sebuah ruangan milik raja Rederick kini, “Aku adalah ayahmu nak, panggil aku ayah dan maafkan ayah karena meninggalkan ibumu dan dirimu didunia manusia,” ucap pria yang memperlihatkan kesedihannya kepada Lea. Raja Rederick duduk di sebuah singgasana berbentuk singgasana kayu, “Ibumu tidak ingin ikut denganku ke dunia Andeleusia dan kesalahanku yang sudah menjalin kasih dengan ibumu yang seorang manusia.” Crolea terdiam dengan reaksi masih kosong. Dirinya masih bingung akan semua hal ini. Dunia ini. Dimensi ini. Lea masih bingung dengan semuanya. "Elvis?" Tanya Lea kembali kepada Raja Rederick. Raja Rederick kembali menjelaskan kepadanya dengan membawa tongkat Andeleusia miliknya. "Ælfræd "Penasehat-peri" (Alfred), Ælfwine "Teman-peri" (Alvin), Ælfric "Pemerintah peri" (Eldridge), dan juga nama-nama wanita seperti Ælfflæd "kecantikan-peri. Elf untuk pria dan Elvis untuk peri wanita." Jawab Raja Rederick di hadapan anaknya Lea. Iapun kembali berdiri dengan membawa tongkat kerajaan berbentuk bola Kristal. “Tinggallah disini dan menikah dengan Pangeran yang aku tunjuk menjadi suamimu Lea, ia selalu menanyakanmu dan ia ingin sekali bertemu denganmu itu makanya ia nekat ke pulau nelayan tapi sayangnya ia terperangkap dan takdir mempertemukan kalian karena kalian saling terikat dan sepasang mate memiliki kekuatan telepati.” Lea menghampirinya, “Maksudmu takdir yang sudah menjodohkan kami ayah?" Tanya Lea dengan penuh keheranan. Pikirannya terpaku dengan pria bernama Dion. Raja Rederick berbalik badan dan memegang pundak Lea, “Namamu Putri Crolea dari Kerajaan Andeleusia dan tinggallah disini karena kau adalah penerus Kerajaan Andeleusia.” Lea memalingkan wajahnya dengan bingung, “Apakah paman dan bibiku mengetahuinya? Selama ini mereka yang memberikanku makanan, dan apakah aku bisa kembali ke wujud manusia jika aku menjenguk paman dan bibi?" Tanya Lea dengan wajah polos. Raja Rederick hanya tertawa kecil dan mengangguk, “Kau bisa menemui mereka dan bisa berubah menjadi tubuh manusia begitupun dengan Leci pelayanmu anakku.” Lea terdiam. "Aku pernah memimpikan ini. Tapi tidak ada penghuni bahkan sangat gelap. Apakah ini nyata kenapa aku disini?" Raja Rederick terdiam. Wajah ceria berubah menjadi wajah yang menatap tajam Crolea. "Bayangan hitam?" Lea mengangguk. "Ya, bayangan hitam. Aku tidak tahu aku dimana. Mimpinya sangat aneh." Raja Rederick terdiam dengan mendengarkan ucapan Lea. "Beristirahatlah. Esok kau akan di temani Leci berjalan-jalan mengelilingi Andeleusia." Raja Rederick menyuruh Lea untuk beristirahat. Beberapa pelayan Elvis datang menjemput Lea. "Ayo Tuan Putri kami akan mengantarkanmu ke ruanganmu." Lea menuruti apa yang pelayannya ucapkan saat ini, terlebih Raja Rederick adalah ayahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN