4. Sisi Lain

988 Kata
... Hansel bersumpah akan merendahkannya lima kali lipat. Hansel kemudian mengamati setiap wajah bangsawan yang duduk di deretan kursi pelelang. Matanya pun bertemu iris cokelat milik bangsawan yang sebelumnya menawar dirinya dengan harga tinggi, yang Hansel duga kalau bangsawan itu adalah seorang homo. Hansel menyeringai ke arah si bangsawan, sedikit menaikkan dagunya seolah menantang untuk lebih menaikkan harga lelang atas dirinya. Dia sangat percaya diri. Bangsawan homo─yang sebenarnya cukup tampan itu─tertawa, dia membuka kipasnya dan menyembunyikan senyum. "Aku suka anak ini," gumamnya, lalu berteriak, "50 milyar!" Hansel memang merasa ngeri kala membayangkan harus melayani sang bangsawan homo, tapi lebih mengerikan kalau harus menjadi b***k Lincoln. Tak mau kalah, Lincoln menaikkan pula tawarannya. "60 Milyar Rup." Bangsawan dengan wajah pucat dan ikat kepala lambang kerajaan Alhanan tersebut berdecak sebal, sampai dia memukulkan kipas ke lengan kursi. Dia sudah akan menyerah menawar, tapi ketika menatap Hansel yang tersenyum manis di depan sana seolah menggodanya, dia malah berteriak. "98 milyar Rup!" Rakyat di bawah podium kembali berisik. Tidak menduga kalau anak degil yang wajahnya penuh bekas darah seperti Hansel bisa membuat seorang bangsawan mengeluarkan uang sebegitu banyaknya. Uang sebanyak itu bisa membeli gandum untuk kebutuhan satu desa selama setahun, tapi bangsawan itu malah mengeluarkannya hanya untuk seorang bocah dari musuh kerajaan. Lincoln menelan ludah, tidak sanggup menawar lagi. Bangsawan pun merasa menang, bahkan dia langsung mendatangi Hansel yang memiliki tinggi sebatas dadanya. Tanpa malu, sang bangsawan membelai pipi Hansel sambil tersenyum puas, lantas menyingkirkan bekas noda darah di wajah anak itu. Bangsawan semakin melebarkan senyum saat melihat rupa Hansel dari dekat. Memilih jongkok, bangsawan itu kemudian melepaskan ikatan tangan Hansel, dan memeluknya. "Apa kau sangat kesakitan?" tanya sang bangsawan dengan lirih. Hansel meneteskan air mata saat mendengar tutur lembut bangsawan yang mirip suara Aidan, dan pelukan yang mengingatkan akan pelukan Myra. Hansel pun melingkarkan tangan ke leher sang bangsawan, merasakan lembut pakaian sutera warna kuning itu di kulitnya, lalu dia mengangguk. "Hum... Hiks ... hiks, sangat sakit," isak Hansel. Sosok sok tegar yang tadi dipasang Hansel, kini runtuh. Dia kembali menjadi anak cengeng yang butuh kasih sayang. "Sakit... Sangat sakit," rengeknya. Bangsawan menghela napas, lalu mengelus-elus belakang kepala Hansel penuh sayang, tidak merasa jijik sedikit pun dengan tubuh kotor anak itu. "Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Aku akan melindungimu mulai sekarang," kata si bangsawan sambil menyeringai penuh kemenangan. Dia baru saja mendapatkan tipe anak lelaki idamannya. Di masa depan, sang bangswan membayangkan anak ini akan menghasilkan banyak uang baik dengan tubuh maupun pemikirannya. Hansel sedikit tenang, dia kembali mengangguk dalam pelukan bangsawan, lupa kalau bangsawan itu seorang homo. Rakyat di bawah podium mulai bergunjing tentang bangsawan yang ternyata terkenal akan praktik per-homoan itu, tapi mereka tidak berani menghujat sang bangsawan karena latar belakang keluarganya. Bangsawan ini adalah salah satu roda penggerak kemakmuran di kerajaan Alderich, dan yang paling terkenal dari keluarga mereka adalah balai pengobatan. Bangsawan melepas pelukan setelah yakin Hansel tenang, lalu menggenggam tangan tangan anak itu. Dia membungkuk di hadapan raja, berkata, "Pengawal saya akan memberikan uangnya kepada raja hari ini. Tapi kalau dia tidak juga datang, saya, Kilcha Dimitri Vegas ini akan langsung menemui Yang Mulia Raja di istana esok hari. Bisakah saya membawa anak ini sekarang juga, Yang Mulia?" Raja Alhanan marah. Awalnya dia tidak suka Hansel bertindak sesuka hati di kerajaannya, dan berharap tidak akan ada yang menawar anak itu dengan harga tinggi selain Lincoln, tapi ternyata ada bangsawan bodoh yang mengeluarkan uang banyak untuknya. Sang raja semakin kesal, bukan saja terhadap Hansel, tetapi Kilcha juga, tapi karena sedang berada di hadapan rakyat, sang raja pun memasang topeng bijaksana. Dia berkata, "Aku tidak pernah meragukanmu, Bangsawan Kilcha. Silakan bawa anak itu," ujar sang raja, dengan nada tenang, padahal kemarahannya sudah mencapai puncak. Hansel berjalan angkuh dalam genggaman tangan Kilcha, dia tidak menoleh sedikit pun ke Lincoln yang menggeram kesal di tempatnya berdiri. Raja Alhanan memanggil Lincoln mendekat, dia berkata pelan, "Aku tidak suka anjing yang kau bawa." "Maafkan Hamba, Yang Mulia," bisik Lincoln. "Kau tahu strategi perang nomor 13?" "Pukul rumput, dan kagetkan ular." "Jangan hanya kagetkan, ambil juga bisa-nya, dan singkirkan anjing itu." "Baik, Yang Mulia."   ◊ ◊ ◊   Hansel merasa risih ketika Kilcha memangkunya di tandu yang sempit itu. Setelah Kilcha menyuruh Hansel membersihkan diri di sungai dan mengganti pakaiannya dengan lebih layak, tak ada waktu sedetik pun Hansel lepas dari genggaman Kilcha. Sekarang, saat mereka menuju kediaman Kilcha, bangsawan ini semakin liar saja menjelajahi setiap lekuk tubuh Hansel. "Hemm... Kau sangat wangi," kata Kilcha ketika menghidu perpotongan leher dan bahu Hansel. "Ba-bangsawan Kilcha, aku merasa geli," keluh Hansel. Kilcha tertawa, menjauhkan wajahnya dari leher Hansel. "Hahahah... Maaf, maaf, aku hanya terlalu menyukaimu. Oh, ya, siapa namamu?" "Hansel." "Hemm... Hansel, ya." "Auh." Hansel menjerit tertahan saat tangan nakal Kilcha menyusup ke balik bajunya, dan mengenai luka di perut kanannya yang diakibatkan terseret kereta kuda. "Di sana sakit," rengek Hansel. Kilcha mengeluarkan lagi tangannya dari balik baju Hansel, dia tertawa canggung. "Maaf, maaf, aku hanya ingin memeriksa lukamu," ujarnya, jelas penuh kebohongan. Dia padahal ingin membelai-belai kulit Hansel. "Aku dengar, Bangsawan memiliki balai pengobatan, apa itu benar?" Kilcha mengangguk, merapikan lagi pakaian Hansel. "Benar. Aku seorang dokter." Hansel tampak kagum, dia langsung memutar kepala menghadap Kilcha. "Itu sangat keren." "Sial," gumam Kilcha. "Hemm? Kenapa?" Kilcha menggeleng, membalik kembali kepala Hansel agar tidak menatapnya, bahkan dia mendudukkan Hansel di sebelahnya─tidak lagi memangku anak itu. "Aku tidak ingin melihat wajah imutmu saat ini, karena khawatir aku akan menyerangmu. Aku sungguh tidak ingin melukai anak imut sepertimu, jadi, jangan menatapku dengan menggoda begitu. Ini membuatku sulit." Jantung Hansel berdebar karena takut. Sungguh, dia tidak tahu sama sekali kalau menatap kagum seseorang bisa membuat orang itu kesulitan. Melihat Hansel tertunduk penuh rasa bersalah, Kilcha menghela napas. "Oh, ya, Hans, apakah ini kalungmu?" Kilcha menunjukkan liontin bulat warna perak. Hansel mengangguk, lalu mengambil liontin itu dari Kilcha. Dia membuka isi liontin dan memamerkan wajah tampan Aidan yanh tersenyum. "Ini kakakku," kata Hansel dengan senyuman di wajahnya, "namanya Aidan. Aku sendiri yang melukis kakak." "Hemm? Kau sangat pintar menggambar rupanya," puji Kilcha sambil mengacak rambut Hansel. Perlakuan Kilcha ini membuat Hansel teringat Aidan. "Lalu pin di leher bajumu ini...?" "Pin ini hanya bisa dimiliki keluarga kerajaan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN