Dean menatap pada klien yang duduk di depannya, tapi, mata Dean melihat ke arah dua orang gadis yang masuk ke dalam restoran ini dengan tawa mereka. Salah satu gadis itu sangat dikenal oleh Dean. Dean menyeringai, dan menatap kembali pada klien-nya.
“Maaf, Mr. Lee, saya rasa pertemuan kita kali ini cukup sampai di sini saja. Saya ada urusan untuk bertemu dengan calon istri saya,” kata Dean diangguki oleh pria di depannya.
“Baik. Saya harap pertemuan berikutnya kita bisa lakukan secepatnya.”
Dean mengangguk dan bersalaman dengan klien yang berada di depannya ini. Setelah klien itu pergi, mata Dean masih melihat pada Celine yang memilih menu bersama dengan temannya. Dean memasukkan tangannya di saku celana, dan berjalan mendekati meja Celine.
“Kau sedang apa di sini?”
Celine dan Lisa langsung menatap pada lelaki yang berdiri di samping meja mereka. Wajah Celine terkejut melihat siapa yang berdiri di depannya sekarang. Pria yang selalu dia kutuk dan ingin dia musnahkan di muka bumi ini.
“Dean! Untuk apa kau datang ke sini? Kau mengutitku? Hah! Aku tahu, kalau aku itu cantik, tapi, kau tidak perlu menguntitku sialan!” ucap Celine penuh percaya dirinya.
Lisa yang mendengar itu langsung mencibir. Ini kepala Celine kebentur apa? Sampai percaya diri sekali, mengatakan dirinya cantik! Dan pria yang berada di depan Celine sepertinya pria yang akan dijodohkan dengan Celine.
Cakep!
Ini Celine buta atau apa? Masa nggak mau yang bentukan kayak gini? Lisa aja kalau dijodohi dengan bentukan kayak gini, dia langsung nerima dan bilang sama Mak dan Bapaknya langsung kawinin dia aja.
“Kamu memang sangat cantik sayang. Aku habis ketemu klien di sini.” jawab Dean dan duduk di samping Celine, menarik tangan gadis itu untuk segera duduk. Jangan berdiri terus. Nanti lutut Celine sakit. Jadinya Dean tidak tega melihat kekasih hatinya sakit.
“Kamu cantik banget. Kamu mau nikah sekarang juga nggak sama aku?” tanya Dean tersenyum jail.
Celine mengidik. “Nggak mau! Kamu nggak usah dekat-dekat sama aku! Aku nggak bakalan mau nikah sama kamu tahu!” ucap Celine, dengan teganya mendorong Dean agar menjauh darinya. Dean yang di dorong bukannya menjauh malah tambah merapat dengan Celine.
“Aku nggak akan pernah menjauh dari kamu sayang. Karena menjauh dari kamu itu, membuat aku nggak sanggup. Aku ingin selalu ada di dekat kamu,” ucap Dean mengerjapkan matanya beberapa kali.
Celine mual mendengar ucapan Dean. “Gombal busuk! Minggir! Atau pergi dari sini. Gue mau jalan berdua sama teman gue!” ucap Celine mengusir Dean.
Mata Dean melihat pada gadis yang berada di depannya. “Kau siapa…?” tanya Dean.
“Lisa. Nama saya Lisa.” Jawab Lisa cepat. Agak gugup kalau berhadapan dengan cowok ganteng macam Dean ini.
“Blackpink?” tanya Dean.
Lisa mendengarnya tertawa kecil. “Nggak. Lebih jauh cantiknya mbak Lisa Blackpink dibanding saya yang upik abu ini mah,” jawab Lisa, tidak mau para fans Lisa nanti membully dirinya. Karena dia mengaku lebih cantik dari Lisa.
Dean tertawa kecil dan mengangguk. “Kalian mau kemana?” tanya Dean kembali.
“Nggak tahu sih. Kayaknya cuman keliling aja. Dan lihat barang-barang baru,” jawab Lisa.
“Dan nggak ada niat beli?” tanya Dean.
Lisa menggeleng. “Kumpulin duit dulu. Baru beli.”
Dean menatap pada calon istrinya yang sudah makan dan tidak menganggap ada Dean di sini. Dean menggenggam tangan Celine, membuat Celine terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Dean padanya. Dan Celine langsung menghempaskan tangan Dean. Dia tidak sudi dipegang-pegang. Bukan cewek murahan dia.
“Nggak usah pegang!” kata Celine sewot.
Dean hanya menatap datar. Dan Dean mengeluarkan dompetnya, lalu mengeluarkan satu kartu dan memberikan pada Celine. Celine menatap kartu yang diberikan oleh Dean padanya. Celine menaikkan sebelah alisnya dan memegang kartu itu. Dia tahu, kalau kartu ATM ini tidak kosong. Dan ada isinya.
“Untuk apa?” tanya Celine.
Dean tersenyum tipis. “Untuk kamu belanja. Di dalam situ ada isinya sekitar tiga ratus lima puluh juta. Kamu bisa pakai itu untuk beli apa yang kamu inginkan,” jawab Dean.
Celine yang mendengarnya segera menggeleng, dan memberikan kartu itu kembali pada Dean. Dia tidak butuh kartu ini. Demi apa pun, dia tidak mau dicap sebagai gadis matre—mata duitan yang dengan seenaknya menerima duit dari pria yang belum sah menjadi suaminya.
“Gue nggak mau nerima! Ini gue kembalikan lagi!” ucap Celine.
Dean mendengar itu langsung menghela napasnya. Biasanya para perempuan di luaran sana dengan senang hati menerimanya. Dan tidak ada yang menolak dikasih uang. Tapi, kenapa Celine berbeda? Dan setiap wanita yang ditemui oleh Dean, mereka akan bermanja dengan Dean dan minta dibelikan ini itu pada Dean.
Bahkan mereka bersedia mengakang kembali di depan Dean untuk mendapatkan uang yang banyak. Dan ini Celine tidak perlu melakukan itu, dia hanya ingin hubungannya dengan Celine semakin dekat dan mau menerima dirinya secara perlahan.
“Kamu terima aja. Aku nggak akan meminta apa pun sama kamu. Kamu itu pacar aku sekarang! Apa pun yang kamu mau, aku bakalan beliin. Dan aku nggak mau kamu jalan-jalan cuman lihat barang aja tanpa beli!” ucap Dean dengan segera memasukkan kartu ATM itu ke dalam tas kecil milik Celine.
“Untuk passwordnya aku sudah kirim ke chat. Beli apa pun yang kamu mau sayang. Aku mau balik dulu ke kantor,” ucap Dean membelai rambut Celine lembut, sebelum meninggalkan Celine dan teman gadis itu.
Lisa yang melihat setiap adegan itu tadi. Langsung menggigit jarinya. Alamak! Mau dijodohkan juga dia! Tapi, masa dia pulang dari sini langsung merengek pada orang tuanya minta dijodohkan. Dan carinya yang tampan dan kaya juga.
“Celine! Calon lo cakep dan tajir banget njing! Lo beruntung jadi simpanan, maksudnya jadi cewek! Lo nggak mau nikah sama dia langsung gitu? Jangan sia-siain yang kayak begitu. Kalau gue jadi lo, mana mau gue sia-siain dan langsung aja tancap gas. Nikah!” ucap Lisa semangat, dan tidak akan bertingkah bodoh seperti sahabatnya ini.
Sok jual mahal. Tapi, senyum-senyum juga mendapatkan kartu ATM yang isinya banyak banget.
“Matre lo babi! Tadi nolak, sekarang belai tuh kartu kayak belai poster dalam kamar lo! Munafik lu!” ucap Lisa menghina Celine.
Celine mencibir. “Bilang aja iri. Nggak dapat kartu ATM juga. Siapa suruh dia kasih, kan kalau gini, gue jadi pengen borong barang-barang yang gue mau. Nak! Mama akan membeli kalian!” ucap Celine semangat dan memakan makanannya lahap.
Lisa melihatnya hanya mendengkus dan melanjutkan acara makannya.