Chapter 05

875 Kata
 Moren menatap sekelilingnya dengan senyuman kepedihan. Terlihat banyak sekali orang-orang yang sedang berciuman, berdansa, dan bahkan ada yang sudah fore play tanpa segan-segan.   Moren berada di salah satu klub malam ternama di New York. Sebuah klub malam yang sering dikunjungi oleh orang-orang mempunyai kantong tebal.   Moren meneguk kembali minumannya. Tidak peduli dirinya sudah menghabiskan kesebelas gelas vodka dan sudah membuat dirinya mabuk. Bayangan ketika Davin bercinta dengan wanita jalang itu, selalu menari-nari dalam pikirannya membuat Moren tertawa frustrasi dan sesekali akan berteriak.   Tidak peduli dirinya, akan menarik menarik perhatian dari beberapa pengunjung dan batender yang menatap kasihan pada dirinya.   Dirinya tidak perlu dikasihani. Ia hanya seorang gadis yang terbuai oleh cinta yang tidak tulus dan tidak perlu dikasihani.   "Tega sekali kau, Dav!" Moren memukul meja batender dan sesekali akan membenamkan wajahnya pada meja tersebut.   "Hei, Nona." Moren mendongakkan wajahnya dan melihat dua pria tampan nan rupawan berdiri di depannya.   Pria yang terlihat sangat mirip. "Siapa kalian?" Moren bertanya.   "Perkenalkan, aku Dhafa dan ini Kakakku Dhafin," Dhafa memperkenalkan dirinya pada Moren.   Dhafa dan Dhafin memerhatikan Moren dari atas ke bawah. Senyuman licik tercetak jelas di bibir mereka, ketika melihat wajah cantik dan postur tubuh Moren yang sangat ideal.   "Asia," mereka bergumam dan semakin mengembangkan senyuman mereka. Dalam benak mereka sangat bangga mendapatkan mangsa seorang gadis Asia malam ini. Gadis yang jarang sekali mereka pakai dan tiduri.   "Kau kenapa?" Dhafa mengambil duduk di sebelah kiri Moren. Sedangkan Dhafin mengambil duduk di sebelah kanan Moren.   Moren menangis, "Aku benci cinta! Aku benci dia!" Moren meracau sembari memukul meja dengan begitu kerasnya. Moren tidak merasakan sakit pada tangannya melainkan merasakan sakit pada hatinya.   Bukannya ia semakin tenang, malah dirinya semakin mengingat Davin.   Dhafin dan Dhafa salin pandang. "Kau patah hati Nona?" Dhafin bertanya, menggeser tubuhnya semakin dekat pada Moren.   Moren mengangguk, ia tidak sadar kalau kedua pria kembar ini sudah merapat pada tubuhnya. "Aku melihat... calon tunanganku bercinta dengan wanita jalang!" jawab Moren penuh amarah.   Amarahnya tidak pernah reda. Membayangkan pengkhianatan yang dilakukan oleh Davin pada dirinya. Apa salahnya?!   Dia selalu setia dan tidak pernah bermain di belakang Davin. Tapi dengan mudahnya Davin mengkhianati cintanya.   "Sudahlah, lebih baik kita bersenang-senang. Kau tau? Lebih baik kau membalas kekasihmu, dengan kita bertiga bersenang-senang semalaman ini," Dhafa merangkul bahu Moren dan mencium pipi Moren mesra.   Moren tidak mengelak ataupun marah. Ia malah tertawa dan membalas mencium pipi Dhafa mesra, sepertinya ia sudah terlalu mabuk.   "Bersenang-senang? Maksudmu kita akan melakukan having s*x?" Moren bertanya dengan tidak sadarnya. Moren membayangkan dirinya akan menikmati malam panjang dengan membalas perbuatam Davin.   Karena dirinya masih virgin Davin memutuskan dirinya. Seharusnya dia melepaskan keperawanan dirinya dan membuktikan pada Davin, bahwa ia bisa memuaskan seorang pria.   Dhafin dan Dhafa mengangguk antusias. "Iya, kita akan melakukan threesome," Dhafin berucap sembari meremas paha putih mulus Moren. Kebetulan sekali Moren memakai rok singkat dan memperlihatkan paha putih mulus gadis tersebut.   "Threesome? Apakah seru? Aku ingin mencoba," Moren tampak antusias dan bertepuk tangan. Ia sudah mabuk sekali, sehingga tidak sadar dirinya akan terjerumus pada hal-hal yang paling dihindarinya selama ini.   "Tentu saja nikmat, kau akan puas." Dhafa menjilat telinga Moren sensual. Sehingga membuat Moren menggelinjang dan mendesah pelan.   "Kau akan puas dan ketagihan." Dhafin menambahkan dan sesekali akan mengusap paha mulus Moren menggunakan jempolnya.   Moren memejamkan matanya, merasakan sensasi belum pernah dirasakan oleh dirinya. Ia merasa terbuai, nikmat, dan lebih hidup.   "Och..." Moren mendesah, ketika merasakan ada sebuah tangan meremas dadanya dari luar bajunya.   "Siapa namamu, sayang?" Dhafin bertanya tanpa menghentikan kegiatannya meremas p******a Moren, yang sangat pas di tangannya.   "Mo-ren," Moren menjawab terbata merasakan suaranya yang berubah serak, tubuhnya panas dingin, dan paling menakjubkan ia merasakan intinya basah.   Dhafin dan Dhafa menyeringai. "Moren, apakah kita bisa pergi sekarang? Menikmati malam panas bersama." Dhafin dan Dhafa berharap gadis ini mau ikut bersama mereka.   Moren mengangguk. "Tentu,"   Jawaban dari Moren semakin merekahkan seringaian dari pria kembar ini. Tidak ada yang berani menolak pesona mereka berdua.   Dhafin dan Dhafa membimbing Moren untuk berjalan. Karena pria dengan perawakan Asia kental ini sudah limbung dan pusing, kadng-kadang Moren akan meracau meneriakkan kata pengkhianat. Sebesar apa gadis ini dikhianati oleh kekasihnya? Penasaran Dhafin dan Dhafa.   Belas menit berlalu, sekarang mereka bertiga sudah berada di apartemen Dhafin dan Dhafa. Dhafin dan Dhafa sengaja membawa Moren ke apartemen milik mereka berdua, agar malam ini mereka akan merasakan sebuah kepuasan dalam menikmati tubuh Moren.   "Sayang, kau ingin memulai dari mana?" Dhafin bertanya dan membuka pakaiannya, sehingga ia sudah naked sekarang. Sedangkan Dhafa baru membaringkan tubuh Moren ke atas ranjang dan disusul dengan dirinya melepakan pakaiannya secara menyeluruh.   Setelah itu kedua pria kembar ini bersamaan membuka pakaian Moren, sehingga Moren sudah ikutan naked bersama mereka.   Dhafin dan Dhafa menatap takjub pada tubuh mulus dan seksi Moren. Semuanya alami, tidak tambal sana-sini. Seperti wanita yang sering mereka tiduri dengan p******a silikon, pinggul di operasi, dan segala macam sudah melewati alat medis Dokter.   Dhafin dan Dhafa merasa beruntung malam ini. Sudah mendapatkan wanita cantik plus masih perawan sepertinya.   Tanpa perlu dilihat dua kali, Dhafin dan Dhafa sudah tau Moren masih perawan. Mereka adalah pemain wanita sehingga dengan gampang merek mengetahui mana yang masih disegel dan yang tidak.   "Sepertinya kita ketiban emas," Dhafa menyeringai licik. Dirinya membayangkan akan memerawani anal Moren. Dhafa termasuk pria yang menyukai berhubungan dengan lubang anal dahulu baru kemudian lubang kewanitaan.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN