Tale 97

2217 Kata
Fariz berusaha mencari nomor Mbak titi di ponsel Jodi. Tapi lama sekali, ia urung jua menemukannya. Sampai membuat Iput dan semua orang di sana emosi saking lamanya menunggu. Padahal mereka semua ingin segera memberi tahu Mbak Titi akan kondisi Jodi. Sehingga pacar Jodi itu bisa segera ke sini untuk ikut berjuang mendukung Jodi menghadapi penyakitnya. "Riz, lo sebenarnya ngapain, sih? Kenapa lama amat nyari nomornya Mbak Titi doang?" Iput akhirnya melangsungkan protes pada Fariz. Fariz yang dihakimi langsung terpacu juga emosinya. "Lo pikir dari tadi gue nggak berusaha? Gue udah coba cari pakai kata kunci Mbak Titi, Sayang, Ayang, Cintaku, semuanya nggak berhasil. Apa coba, kasih gue saran kata kunci buat nyari nomornya Mbak Titi?" "Ya elah. Lo kenapa carinya pake cara kuno, sih. Langsung aja lo klik aplikasi chat. Lo cari kontak yang paling sering sering chat sama Jodi. Atau baca aja, yang chat-nya paling mesra. Itu pasti Mbak Titi!" Fariz mendelik. "Lo pikir gue belum lakuin itu? Udah kali! Gue udah lakuin cara itu. Tapi sama sekali nggak ada chat mesra sama siapa pun. Cuman ada sisa chat di grup kita, sama chat-nya si Alila. Selebihnya nggak ada lagi!" Fariz dengan emosi sampai menunjukkan semua daftar chat di ponsel Jodi. Dan semua sesuai dengan apa yang Fariz jelaskan. Iput pun kemudian terbingung-bingung. "Terus gimana dong. Coba gue cari ulang sini di daftar kontaknya. Coba!" Iput mengulurkan tangannya meminta ponsel Jodi di tangan Fariz. Fariz pun dengan senang hati memberikan ponsel itu. Jadi ia tidak perlu pusing dihakimi lagi. Iput pun mulai mencari dengan berbagai kemungkinan kata kunci. Tapi ia urung jua berhasil. Yang akhirnya membuat semua orang di sana makin geram. Dan Fariz pun langsung menyeringai karenanya. "Iput, kamu juga nggak berhasil cari?" tanya Pak Irwan. Iput hanya meringis, antara malu dan meratapi nasib. "Coba mana siniin hp-nya!" Sebuah tangan terulur. Iput yang sedang duduk di lantai, langsung mendongak. Ternyata Ayla lah yang melakukannya. Sedikit membuat Iput dan Fariz heran, sih. Karena kan mereka tahu persis tentang perasaan Ayla pada Jodi. Apa Ayla tidak cemburu dengan situasi yang ada? "Tapi, La ...." "Udah, siniin aja!" Ayla langsung merebut saja ponsel Jodi itu. Iput pasrah melepas ponsel Jodi ke tangan Ayla. Ayla pun langsung coba mencari. Dan dalam beberapa saat saja, gadis itu sudah berhasil menemukan nomor Mbak Titi. "Nih, langsung kalian telepon aja nomor ini. Gue yakin, itu adalah nomornya Mbak Titi!" Fariz dan Iput langsung melihat pada layar ponsel itu sebab terlalu penasaran. Tertera sebuah kontak dengan nama 'Madam Galak'. "Ha ... Madam Galak?" Fariz dan Iput bersamaan membaca nama yang sangat membuat mind blowing itu. "Lo yakin ini nomornya Mbak Titi?" Fariz yang merasa ragu, berusaha bertanya kembali pada Ayla. "Gue yakin 100%. Udah, coba aja dulu. Cepetan!" Ayla berkacak pinggang sambil memasang tampang murka. Fariz pun langsung tersugesti untuk cepat-cepat menerima ponsel itu kembali, dan segera mendial nomor si Madam Galak. Tak lupa ia mengaktifkan mode loud speaker, supaya semua orang di sini bisa mendengar percakapannya dengan si Madam Galak. Nada tunggu terdengar. Tak hanya Fariz, semua orang menunggu, penasaran apakah tebakan Ayla benar? Dan mereka juga tidak sabar ingin memberi tahu perihal Jodi pada sang pacar. Rupanya pemilik kontak itu adalah seseorang yang gerak cepat. Baru juga dua kali nada sambung, ia sudah mengangkat panggilan dari Fariz. "Halo ... siapa ini? Kenapa ponselnya Jodi bisa nelepon, padahal orangnya lagi di ICU?" Madam Galak langsung nyerocos tak keruan. Nada bicaranya tinggi. Memang terkesan seperti namanya di kontak ponsel Jodi, Madam Galak. Tapi kalau dari suaranya, ini memang suara Mbak Titi yang dikenal oleh Fariz dan Iput. Sementara orang lain di sana belum ada yang pernah mendengar suara Mbak Titi kecuali mereka. Yang jelas saat ini semua orang di sana sedang saling berpandangan. Tentu saja. Siapa yang tidak akan heran? Niat mereka menghubungi Mbak Titi, adalah untuk memberi tahunya tentang kondisi Jodi. Tapi didengar dari apa yangadam Galak katakan, ia ternyata sudah tahu Jodi sakit. Bahkan juga tahu jika sekarang sedang berada di ICU dalam kondisi tidak sadarkan diri, sehingga tidak mungkin bisa melakukan panggilan padanya. Tapi ... jika Madam Galak benar-benar adalah Mbak Titi, dan ia sudah tahu Jodi sakit, lantas kenapa ia sekarang tidak berada di sini? Di mana dia saat Jodi sangat membutuhkan dirinya? "I-ini Fariz. Ini ... benar nomornya Mbak Titi, kan?" Fariz pun segera bertanya untuk memastikan. "Oh ... Fariz. Pantesan. Ada apa, Riz? Berarti kamu sekarang sudah tahu jika Jodi sedang sakit, ya?" Fariz dan Iput pun saling berpandangan kembali. Astaga ... ternyata benar dugaan Ayla. Madam Galak secara akurat merupakan Mbak Titi. Dan yang lebih membuat tercengang, Mbak Titi terdengar begitu tenang. Seolah-olah ia sudah sangat menguasai situasi yang terjadi. "Mbak Titi, Jodi sakit ... ayo Mbak Titi ke sini dong. Jodi pasti akan lebih semangat untuk sembuh kalau Mbak Titi ada di sini. Harusnya sebagai pacar, Mbak Titi selalu ada di samping Jodi dalam keadaan apa pun, kan." "Astaga ... Fariz. Oke, oke. Baik lah. Kalau begitu aku ke sana sekarang. Supaya kamu sekalian mengerti, ya. Tunggu, aku akan sampai dalam 3 menit." Lagi-lagi Fariz dan Iput begitu keheranan. Tidak hanya mereka, sih. Melainkan semua orang. Apa sebenarnya maksud Mbak Titi? Agar mereka mengerti katanya? Tapi mereka justru semakin bingung. Ia akan ke sini dalam 3 menit? Jadi sebenarnya Mbak Titi sekarang sedang berada di mana? Tidak mungkin jika berada di rumah, ia bisa sampai ke sini dalam waktu 3 menit saja, kan? Atau jangan-jangan Mbak Titi hanya salah bicara saja? Harusnya 30 menit, tapi malah jadi 3 menit bicaranya. Fariz ingin sekali bertanya lagi pada Mbak Titi tentang apa maksud dari perkataannya. Tapi sambungan sudah terputus. Fariz yang kebingungan, kini malah menatap Ayla. Ia ingin menanyakan dulu kebingungannya yang lain pada gadis itu. Setidaknya supaya satu per satu kebingungan dalam Kepalanya terjawab dulu. "La ... jadi lo itu sebenarnya semacam peramal atau gimana? Kok lo bisa tahu Jodi lagi sakit parah, bisa tahu juga kalau Madam Galak itu adalah Mbak Titi? Kayaknya lo berbakat jadi intel, deh!" Ayla baru saja membuka mulut untuk menjawab. Ia hanya menggunakan perasaan saja sebenarnya. Dan ternyata perasaannya itu sangat akurat. Tapi belum juga Ayla bicara, terdengar suara derap langkah dari sepatu hak tinggi. Seorang dokter wanita yang mereka kenal sebagai dokter Dayanti, baru saja memasuki lorong, dan akan segera bergabung dengan mereka. Mereka pikir, dokter Dayanti datang untuk melakukan pemeriksaan rutin pada Jodi. Tapi ternyata tidak, karena sang dokter kini justru berhenti berjalan. Dan berdiri tepat di hadapan Fariz. Fariz yang kebingungan segera menatap Iput. Iput yang juga bingung, hanya bisa menggeleng. Kira-kira kenapa dokter ini malah berdiri di situ sambil menatap Iput dan Fariz secara bergantian? Pak Irwan yang menatap wanita yang ia kagumi itu sekali lagi, hanya bisa menunduk. Berapa cantik dan manisnya dokter berkaca mata itu. Ia juga sangat kharismatik. Benar-benar membuat semua orang bisa dengan mudah mengaguminya. Tanpa bicara apa-apa, sang dokter hanya segera melakukan aksi. Ia tiba-tiba melepas kuncir rambutnya. Juga melepas kaca matanya. Kemudian ia kembali menatap lurus pada Fariz dan Iput. Dan seketika Fariz dan Iput langsung mengaga lebar mulutnya, saking terkejutnya dengan apa yang mereka lihat. "MBAK TITI!" seru mereka hampir bersamaan. "Iya, ini saya." Dokter Dayanti hanya menjawab dengan santai. Fariz dan Iput benar-benar tak menyangka dengan kenyataan yang baru saja menampar mereka ini. Jadi ... ternyata selama ini, Mbak Titi yang begitu seksi itu, adalah seorang dokter? Kalau dipikir-pikir masuk akal juga sih. Titi adalah kependekan dari Dayanti. Kan memang sering begitu. Nama panggilan diambil dari suku kata terakhir dalam nama, kemudian di pangkat dua. Astaga ... berapa Bedanya penampilan Mbak Titi ketika pacaran dengan Jodi. Dan ketika menjalankan profesinya sebagai seorang dokter. Pantas saja ia tak terkejut sama sekali. Karena tentu saja, karena ia sudah sangat paham dengan kondisi Jodi. Dan pastinya Mbak Titi juga selalu ada di saat Jodi berada dalam kondisi terlemah. Mbah Jum, Pak Muklas, dan juga Mr. Bagie ... mereka turut mengagumi kecantikan dokter yang ternyata adalah pacarnya Jodi itu. Padahal sebelumnya Mbah Jum sempat berpikir, Ayla lah yang merupakan pacarnya Jodi. Dokter Dayanti memang cantik. Tapi menurut mereka, ia terlalu dewasa untuk Jodi. Umur mereka pasti terpaut jauh, kan? Dan ... sepertinya dokter Dayanti juga bukan sosok wanita hangat dan perhatian. Karena ia bahkan tidak pernah berkunjung ke rumah Jodi, sama sekali tidak menjenguk ketika Jodi sakit di rumah. Kalau menurut mereka sih, tetap Ayla lah yang berada dalam posisi teratas, sebagai seseorang yang harusnya menjadi pasangan Jodi. Karena Ayla tak hanya cantik, tapi juga penuh perhatian, dan juga tulus Orangnya. Sementara ada dua orang di sana yang sedang menunduk dalam. Seakan sedang meratapi nasib dalam sebuah jurang keminderan yang begitu dalam. Ayla ... ia merasa semakin tertinggal jauh. Ia sudah kalah cantik, kalau tinggi, kalah seksi. Dan sekarang, ia juga kalah pintar jauh. Bahkan Mbak Titi ternyata adalah seorang dokter, yang selama ini merawat Jodi melawan penyakitnya. Ayla semakin merasa sadar diri. Bahwa cintanya pada Jodi tak akan pernah bisa kesampaian. Satu orang lain yang juga menunduk, tentu saja ia adalah Pak Irwan. Bagaimana tidak? Sejak pertama melihat dokter Dayanti ketika mengantar Jodi ke rumah sakit untuk pertama kalinya beberapa saat lalu, ia sudah sangat terpesona pada sang dokter. Tapi ia sudah cukup minder. Karena ia hanya seorang guru. Merasa tidak sepadan dengan dokter Dayanti yang seorang dokter. Sekarang, Pak Irwan malah lebih minder lagi. Karena ternyata, dokter Dayanti adalah sosok pacar dari muridnya sendiri, Jodi. Ya, kalau dibandingkan dengan Jodi, ia tentu saja kalah ganteng. Kalah keren juga sudah pasti. Dan yang paling menyesakkan d**a, ia tentu saja kalah kaya. Jodi sekarang ini memang masih seorang siswa SMA, tapi kan Jod sudah jelas memiliki privillage yang bagus di kehidupannya di masa depan. Lulus dari kuliah nanti, Jodi pasti langsung akan dijadikan CEO oleh ayahnya. Nasib-nasib ... memang sejak awal, sudah bagus karena Pak Irwan memutuskan untuk memilih sadar diri saja. "Di sini saya ingin kalian mengerti semuanya. Supaya jadi jelas. Nggak ada ke salah pahaman lagi. Sebenarnya ini hanya permainan si Jodi itu. Saya dan dia sering bertemu untuk konsultasi kesehatan, tentu saja saya harus memberikan pelayanan terbaik sebagai seorang dokter. Tapi Jodi bersikeras tidak mau orang lain tahu tentang penyakitnya. Makanya dia selalu mengakui saya sebagai pacarnya. Alih-alih memanggil saya dokter, dia malah akrab memanggil saya Mbak Titi. Dan dia dengan kurang ajar menamai kontak saya dengan Madam Galak. Padahal saya galak juga demi dia. Karena kalian tahu sendiri. Jodi itu orangnya keras kepala. Susah sekali untuk bicara dengan dia." Penjelasan Mbak Titi itu seketika membongkar tabir. Astaga ... jadi ternyata selama ini mereka tertipu. Dan ... ada dua orang yang paling bahagia di sana. Siapa lagi kalau bukan Pak Irwan dan Ayla. Kini mereka tidak perlu insecure lagi akibat memiliki saingan yang sangat tidak manusiawi. Mereka kembali memiliki harapan, untuk melanjutkan perasaan mereka pada gebetan masing-masing. *** Dua hari setelah itu. Ayla sudah berniat ingin menjenguk Jodi lagi sore ini. Untuk pertama kalinya, ia akan menjenguk Jodi seorang diri. Tidak bersama Iput dan Fariz seperti biasanya. Ayla tentu saja sudah .memikirkan hal ini matang-matang. Ia juga sudah mempersiapkan dirinya supaya berani, tidak malu-malu di hadapan Mbah Jum, atau siapa pun yang sedang stand by di rumah sakit menunggui Jodi sekarang ini. "Nih ... nanti dikasih aja sama siapa pun yang sedang jagain Jodi. Bunda harap, Jodi segera sadar. Segera pulih dan kembali sehat seperti semula." Ayla menerima rantang pemberian ibunya dengan senang hati. "Makasih ya, Bun. Bunda udah bersedia repot-repot masak. Aamiin. Semoga doa Bunda dikabulkan Allah. Aku maunya juga gitu, Bun. Mau Jodi segera sadar, dan segera sehat kembali." Bunda pun tersenyum. Tentu saja ia prihatin dengan nasib perasaan anaknya. Menyukai sosok lawan jenis yang begitu malang, banyak sekali cobaan dalam hidupnya, termasuk penyakit terminal. Bunda tidak melarang Ayla untuk meneruskan perasaannya. Ia yakin, ada rahasia besar yang sedang ditulis oleh Tuhan di balik ini semua. Ia berbekal keyakinan, bahwa Tuhan pasti tidak akan membiarkan putrinya terpuruk dengan nasib percintaannya. Bisa jadi setelah ini Jodi diberi kesembuhan. Dan keinginan Ayla untuk menjadi kekasihnya bisa tercapai. Bisa jadi begitu, kan? Rahasia Tuhan tak ada yang tahu. Yang jelas sudah dipastikan, ada kemudahan setelah kesulitan. Ayla pun kemudian langsung. berangkat dengan sepeda mininya. Rantang ia letakkan di keranjang. Letak rumah sakit tak jauh dari rumahnya. Bahkan mungkin Ayla tak akan berkeringat sama sekali mengayuh sepeda ke sana. Sekitar 10 menit Kemudian, Ayla akhirnya sampai di rumah sakit. Ia memarkir sepedanya, kemudian segera masuk dan melenggang menuju ke ICU. Ketika memasuki lorong, ia tahu jika seseorang yang sedang berfikiran menjaga Jodi adalah Mbah Jum. Di lorong itu terdapat tikar yang digelar. Sengaja dibawa dari rumah, supaya siapa pun yang menunggui Jodi, bisa istirahat di tikar itu. Di sudut lorong, ada sebuah kasur lipat berikut dengan bantal serta guling. Yang akan digunakan jika si penunggu tidur di malam hari. "Assalamualaikum." Ayla langsung mengucap salam, perlahan karena takut membangunkan -- jika seseorang itu ternyata sedang tertidur di sana. Tapi ternyata tidak. Karena orang itu langsung merespons ucapan salam Ayla. "Waalaikum salam. Lho, anak Mbak Ayla!" Binar-binar kebahagiaan langsung muncul di mata Ayla. Ia pun tersenyum bahagia. "Ini tadi dibuatin sama ibu saya, Mbah." Ayla menyerahkan rantang yang ia bawa. Mbah Jum tersenyum senang. "Astaga ... kok repot-repot banget." "Nggak apa-apa kok, Mbah. Uhm ...aku sebenarnya pengi jenguk Jodi sebentar di ruangan itu. Boleh kan mbak?" "Oh, tentu saja boleh. Silakan." Mbah Jum pun mengantar Ayla untuk memakai APD sebelum masuk ke ICU.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN