Tale 101

1011 Kata
Garlanda tersenyum dengan mata terpejam. Harinya begitu indah sebagai Jodi di hari itu. Meski ada sedikit anomali. Di mana Jodi yang tiba-tiba menunjukkan perasaan sukanya pada Ayla. Padahal sebelumnya, Jodi adalah salah satu murid yang memanfaatkan kepintaran Ayla saja. Seolah-olah tokoh Jodi mengikuti perasaan Garlanda di dunia nyata. Yang mulai suka pada Ayla yang apa adanya dan tulus. "Garland, kamu sebenarnya sedang bermimpi apa hm? Kamu banyak tersenyum. Pasti itu adalah mimpi yang indah, kan?" Suara itu ... suara yang sama dengan milik Ayla dalam mimpi. Suara yang menggiring Garlanda perlahan kembali ke dunia nyata. Dan wajah pertama yang ia dapati, adalah wajah Ayla juga. Suster Ayla maksudnya. Suster baru yang begitu telaten merawatnya. Ia juga lembut dan penuh kasih sayang. Membuat Garlanda nyaman dengannya meski baru kenal. Baru kenal, tapi rasanya sudah seperti kenal akrab. Karena di dalam mimpi, Jodi juga sangat akrab dengan Ayla. Mengingat Ayla di dunia nyata, dan Ayla di dunia mimpi, adalah orang yang sangat mirip. Bahkan bisa dibilang sama. Hanya saja Ayla di dunia nyata, lebih dewasa. "Wah ... Garland ... akhirnya kamu bangun!" Suster Ayla bahkan sampai bertepuk tangan saking antusias menyambut bangunnya sang pasien. Garlanda hanya terdiam. Ia sedih karena harus meninggalkan kebahagiaan yang sudah berhasil ia dapatkan dalam dunia mimpi sebagai Jodi. Padahal baru sebentar. Namun di sisi lain, ia juga senang. Karena ternyata yang menyambutnya ketika bangun adalah suster Ayla. Bedanya, dengan Ayla versi bocil dalam mimpi, ia sudah sangat akrab. Berbeda dengan Ayla versi dewasa di dunia nyata, yang baru dua kali ini ditemuinya. Garlanda jadi bingung harus bersikap bagaimana. "Garland, kamu pasti lapar, kan. Aku sudah bawakan makan untuk kamu. Ayo, makan dulu. Usahakan jangan tidur lagi dulu sebelum kamu menghabiskan makanan ini. Ayo berusaha, kamu pasti bisa. Kamu sudah lama tidak makan. Kamu pasti rindu rasanya makan, rasanya mengunyah, dan rasanya menelan. Ayo!" Suster Ayla tanpa ragu membantu Garlanda untuk duduk. Garlanda hanya pasrah menerima perlakuan dari suster Ayla itu. Sambil sesekali mencuri pandang pada sang suster cantik. Garlanda malu. Ia tak tahu berapa hari ia tertidur. Sepertinya cukup lama. Sudah berapa hari ia tidak membersihkan diri? Tidak mandi. Rasanya tidak percaya diri berhadapan dengan wanita cantik, tapi dalam kondisi tida bersih. Dan pastinya bau. "Kamu kenapa, Garland? Aku tadi ke sini selain untuk mengantarkan makanan, juga untuk membersihkan kamu. Ku secara rutin harus dibersihkan, karena tidak tahu kapan kamu akan bangun, dan kapan kamu akan segera tertidur lagi. Kamu sudah wangi, sudah bersih. Tinggal memotong kuku kamu saja yang sudah panjang. Tapi sebelum aku melakukannya, syukur lah, kamu sudah bangun. Aku terlalu antusias menyambut bangunnya kamu. Sampai-sampai lupa meneruskan apa yang harusnya aku lakukan." Suster Ayla menjelaskan dengan begitu ringannya. Energinya sungguh positif. Ditambah, ia selalu menambahkan senyum dan renyahnya tawa setiap kali selesai bicara. Namun Garlanda justru menunduk dalam. Ia baru ingat. Ia adalah seorang pesakitan. Yang tidak akan pernah bisa hidup mandiri selamanya. Karena memiliki penyakit tidur yang aneh. Yang bahkan membuat keluarganya membuangnya. Ia bahkan tidak lagi memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri. Untuk membersihkan diri sendiri pun ia tidak bisa melakukan sendiri. Untuk apa ia sejak tadi malu pada suster Ayla? Ia sudah tidak mungkin lagi merasa malu pada suster Ayla. Karena sang suster sudah mengetahui seluruh tubuhnya. Sudah sering melihat apa pun yang ada di tubuhnya. Garlanda merasa menjadi ras manusia paling lemah di bumi. Tidak bisa kah ia segera mati saja? Dari pada harus semakin menderita, karena harus semakin banyak menanggung malu. "Garland, kamu kenapa, hm? Ayo segera makan. Supaya tenaga kamu cepat pulih. Ayo! Apa mau aku suapi?" Suster Ayla sudah hendak mengambil alih mangkuk berisi makanan yang terletak di atas meja nakas. Sebelum suster Ayla melakukannya, Garlanda buru-buru mengambil mangkuk itu. "B-biar aku ... makan sendiri." Garlanda berucap terbata-bata, masih tak berani mengangkat kepalanya. Suster Ayla tersenyum. Merasa bangga karena Garlanda berhasil menguasai diri dengan baik. Ia benar-benar bangun, tanpa tertidur lagi setelah bangun. "Bagus, makan yang banyak ya, Garland." Suster Ayla memberikan perhatian lagi dan lagi. Garlanda tidak memberi respon. Hanya segera menyendok makannya. Satu suapan pertama rasanya sungguh nikmat. Akhirnya ia bisa makan lagi, setelah beberapa waktu, asupan makanannya hanya berasal dari cairan infus. Garlanda makan dengan baik, sehingga dalam sekejap saja, makanan itu telah habis tak bersisa. "Wah ... kamu pintar sekali, Garland. Good job!" Suster Ayla memberikan pujian secara tulus pada Ayla. Garlanda perlahan mula berani mengangkat kepalanya. Mulai berani menatap suster Ayla. "Aku tadi juga sudah membersihkan jenggot dan kumis kamu yang tumbuh, Brasta. Tapi aku tadi agak ceroboh sehingga sedikit melukai dagu kamu. Jika kamu nanti merasakan perih pada dagu kamu, maka itu adalah hasil dari perbuatan aku. Maaf ya." Garlanda mengagumi bagaimana suster ini berusaha mencairkan suasana. Ia banyak bicara, dan sama sekali tidak kehabisan topik pembicaraan. Tidak seperti Garlanda yang harus berpikir lama sekali hanya untuk bicara sepatah dua patah kata. "Garland ... apa ada yang mau kamu tanyakan lagi? Sebelum aku pergi untuk mengembalikan mangkuk kotor ini? Lagi-lagi Garlanda masih butuh waktu untuk mempertimbangkan apakah ia akan bertanya atau tidak. Jika bertanya pun, pertanyaannya apa? Garlanda bingung, merasa tertekan karena Suster Ayla bertanya terus. Padahal sang suster tidak bermaksud membuat bingung sama sekali. "Ya sudah, Brasta ... kalau begitu, jika tidak ada yang ditanyakan lagi, aku akan keluar dulu. Mungkin aku akan kembali dalam waktu dekat. Atau sebaliknya. Semua tergantung jadwal yang sudah disusun oleh pihak rumah sakit. Aku pergi dulu, ya." Suster Ayla pun mulai melangkah pergi. Baru beberapa kali melangkah, Garlanda malah memanggilnya. "Tunggu!" Suster Ayla langsung menghentikan langkahnya. "Ada apa, Garland?" "A-aku ... ingin bertanya sesuatu." Garlanda memberanikan diri untuk angkat bicara Karena berdasarkan ucapan suster Ayla tadi, bisa jadi mereka akan jarang bertemu lagi. Atau bahkan ... tidak akan bertemu lagi setelah ini. Suster Ayla dengan senang hati berbalik. Memasang senyum yang sama seperti tadi. "iya, ada apa, Garland?" "T-tolong katakan ... i-ini ... sebenarnya ini ada di mana?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Garlanda. Pertanyaan yang sejak dulu sangat ingin ia tanyakan, namun tak tahu harus bertanya pada siapa, karena orang-orang tidak kooperatif seperti suster Ayla m dan dibumbui oleh rasa bersalah Garlanda karena ahsahvnakano
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN