Kontrak Nikah

1415 Kata
“Kalian lagi ngomong apaan sih?” tanya Sasya lalu dia menutup bibirnya. “Kalian lagi shotting drama di sini? Ehh! Maaf, saya tidak tahu…” jawab Sasya lagi, melihat kedua pria itu membungkuk kepadanya dan memintanya berjalan mneuju mobil yang telah di bukakan pintu tak jauh dari trotoar tempatnya berdiri. “Silahkan, Nona. Tuan muda tidak suka menunggu terlalu lama, waktunya sangat berarti dan jadwalnya terlalu padat…” ucap pria itu sembari memperbaiki earpiece di telinganya, karena terlihat dia tengah menerima pesan rahasia. Kemudian dia menganggukkan kepala kearah orang yang ada di dalam mobil. “Kalian beneran lagi ngomong dengan saya?” tanyanya lagi meyakinkan diir. “Nona Tasya Syafira Luthfi, bukan?” tanya pria itu dengan nada sopan. Dan di jawab anggukan tak percaya Sasya. Tuhan, ini aku lagi mimpi karena terlalu lelah menghadapi kehidupan di dunia ini, jadi aku berhayal jadi putri raja yang mendapat pengawalan ketat atau bagaimana? “Silahkan terima telpon dari ibu anda, Nona…” ucap pria itu setelah dia menerima panggilan dari ponselnya yang berdering. Sasya terlihat ragu-ragu dan berfikir sejenak. Inikah pria yang akan menikahi aku? Yang di bilang mama? Lantas kenapa se-formal ini, pakai pengawal segala berasa di dunia para jetset… “Hallo…Ma…” “Kamu, ngapain berlama-lama berdiri di pinggir jalan? Calon suami kamu sudah bosan nunggu di mobil. Ikutin dia kemanapun setelah kau di nikahinya datanglah kerumah dan lihat keadaan papamu. Paham kau?!” hardik suara dari seberang. “Ta-tapi, Ma…?” “Tidak ada tapi-tapian. Sekarang kau pergi ke mobil dan duduk di samping calon suami kamu, setelah itu ikuti semua kemauannya, paham!! Itu kalau kau ingin menjadi anak yang berbakti pada orang tua…” “Ma—“ belum sempat Sasya menyampaikan keluh kesahnya, panggilan itu sudah di matikan dengan cepat oleh sang ibu, membuat tangan Sasya bergetar, lalu menatap dengan pandangan yang sulit di artikan kearah mobil, dia memberikan ponsel kepada pria berbaju hitam itu, dan pria itu mempersilahkan dirinya. “Silahkan, Nona…” Sasya menatap ragu, lalu melangkah gontai kearah mobil hitam metalik yang tengah terparkir di sisi trotoar jalanan. “Silahkan, Nona…” ucap pria yang menunggu dengan posisi berdiri di samping mobil dan tertunduk sopan. Hingga membuat Sasya akhirnya memasuki mobil yang telah di bukakan pintu untuknya. Setelah pintu tertutup mereka segera memasuki mobil dan melaju mengikuti arah mobil di depannya yang telah meluncur terlebih dahulu. Sasya menahan nafasnya sejenak, lalu memperhatikan situasi, dia memperhatikan orang-orang berpakaian safari hitam rapi dengan menggunakan earpiece masing-masing di telinganya. Siapa sebenarnya mereka? Kenapa mereka seperti pengawal-pengawal kalangan elit? Apakah mereka ini orang-orang yang di sewa mafia? Lantas , aku? “Kita mau kemana?” tanya Sasya akhirnya memberanikan diri untuk menghilangkan kekakuan situasi di dalam mobil. “Kita mau ke lokasi akad nikah Nona dan Tuan muda yang telah di persiapkan sebelumnya...” jawab pengawal yang duduk di samping sopir dengan nada sesopan mungkin. “Apa?! Akad nikah? Maksud kalian aku yang mau nikah Tak tau dimana lokasinya gitu?” tanya Sasya lagi, di jawab anggukan kepala oleh mereka. “Benar, Nona..” Sasya tertawa terkekeh-kekeh, hingga keluar air matanya karena merasa hidupnya seperti lelucon. Berarti mama tidak main-main tentang ucapannya menikahkanku, tapi, kenapa mendadak sekali, di saat aku di terima bekerja. Apakah tidak bisa aku mencari jodohku sendiri. Oke, aku tidak berharap lagi akan bersatu dengan cinta pertamaku—Barra. Tapi, se-enggaknya boleh dong aku menikah dengan pilihanku... Sasya hanya menggigit bibir bawahnya manakala mobil yang mereka kendarai telah memasuki kawasan hotel berbintang, dan dengan kawalan ketat dirinya memasuki area hotel, dia menoleh kesekitar, area itu sudah di penuhi oleh papan bunga, dan dirinya tidak sempat membaca tulisan di papan bunga tersebut, tapi wajar jika sebuha hotel berbintang di penuhi papan bunga, mungkin saja sedang ada acara, pikirnya. Kini mobil yang dia naiki telah berhenti, setelah mobil di depannya berhenti terlebih dahulu, dia menoleh kebelakang ada dua mobil mengawal dirinya, hingga membuatnya semakin bingung tak karuan, siapa gerangan pria yang mempersuntingnya, hingga mendapat pengawalan ketat seperti ini. Sasya tampak menuruni mobil setelah pintu untuknya di buka, dirinya di sambut oleh pengawal wanita dengan mengenakan pakaian safari hitam juga, bertampang sedikit tomboy meski tersisa guratan kecantikan wajah khas wanita. “Perkenalkan, saya Farra, yang di tugaskan mengawal Nona Sasya mulai sekarang. Izinkan saya melindungi Nona dengan segenap jiwa dan raga saya, hingga titik darah penghabisan.” Tegas wanita yang berdiri sedikit membungkuk kearah Sasya, hingga membuat dirinya kaku melihat sikap wanita itu yang begitu hormat padanya. Apa-apaan ini? Aku pakai pengawal segala? Emang aku siapa? Apakah aku sebenarnya sedang teleportasi ke suatu tempat dan aku menjadi sosok Sasya yang berbeda? Bagaimana ini aku masih nge-lag banget. Lamunan Sasya terhenti ketika pengawal pribadi wanita itu menutupi wajahnya dengan menaruh selendang panjang dan kacamata hitam, mereka bersiap untuk melangkah memasuki area hotel, dimana seorang pria mengenakan topi dan kacamata hitam telah berjalan lebih dahulu, dia tak menyangka jika di area hotel itu telah berkerumun wartawan dengan camera menyala menunggu kedatangan mereka. “Ingat, seberapapun padatnya jalan yang menghalangi langkah Nona, Nona wajib tetap melangkah dan menundukkan kepala, jangan pernah menoleh sedikitpun meski terdapat teriakan yang akan menyita perhatian Nona, area ini sudah di penuhi wartawan dari dalam dan luar negeri…” tegas wanita yang berdiri tegap di sisi Sasya, membuat Sasya melirik sekelilig, lalu mengangguk perlahan. Setelah merasa aman, akhirnya mereka melangkahkan kaki menuju lobi hotel, benar saja. Mereka di kerumuni wartawan, banyak pertanyaan menggema di telinga Sasya. “Apakah benar, Pak Menteri menikahi seorang gadis biasa-biasa saja, bukan dari elit partai?” tanya wartawan itu membuat Sasya mengerutkan dahi. Mereka mengapa nanyanya ke aku? Maksudnya di hotel ini ada pernikahan menteri gitu, makanya papan bunga bejibun gitu. “Apakah benar, pak menteri menolak pernikahan politik yang di inginkan elit partai tempat pak menteri bernaung?” Lamunan Sasya buyar dan pikirannya melayang entah kemana, Karen semua kejadian hari ini di luar konsep hidupnya sebagai manusia biasa. Benar, jika ibunya memang mengatakan sedang menjodohkannya, tapi tidak mungkin dengan seorang menteri pikirnya, karena menteri versinya pasti sudah berumur dan telah memiliki istri. Setelah berhasil menaiki lift yang mengantarkannya sampai ke lantai tertinggi yang menjadi tujuan mereka, mereka melanjutkan perjalanan menyusuri lorong hingga tiba di sebuah penthouse hotel dengan design mewah dan sudah di hias sedemikian rupa ala-ala kamar pengantin. Semerbak aroma bunga menghias kemana-mana, membuat Sasya semakin yakin bahwa itu memang kamarnya, meski dirinya tak menyangka akan menikah dengan kamar pengantin penthouse yang mewah di hotel berbintang. “Nona, silahkan masuk dan berhias untuk persiapan prosesi akad dengan Tuan Muda. Saya akan menunggu di depan pintu. Silahkan panggil saya kapan saja…” ucap Farra tegas. Dan beberapa pengawal tampak berdiri tegap di depan pintu menjaga area kamar. Tak hanya pengawalan ketat dari pria-pria bertubuh tegap yang mengenakan safari, di sana juga terdapat empat orang pria berseragam kepolisian dan militer dengan senjata lengkap tengah berdiri dengan sikap waspada. Berarti aku akan di nikahi oleh pria tua, dan dia seorang menteri…, nasib banget harus di persunting pria tua, haruskah aku kabur dari pernikahan ini? Sasya sempat melamun, hingga pengawal wanita itu menuntunnya perlahan menuju ke dalam kamar. Setelah Sasya memasuki kamar, terdengar suara tepuk tangan dua kali dari pria yang masih duduk di sofa mewah dengan memunggungi Sasya. Dan seketika, orang-orang yang ada dj dalam kamar beranjak untuk keluar ruangan, lalu pintu tertutup rapat, hingga membuat Sasya sempat bingung dengan apa yang terjadi. “Duduklah…” ucap sebuah suara datar, hingga membuat Sasya merinding. “Waktu saya tidak banyak untuk berbuat basa-basi dengan hal yang tidak penting. Jadi, jangan banyak berfikir. Baca dan tanda tangani surat kontrak itu, dan nikmati hidup seperti putri raja…” Mata Sasya terbelalak sejenak mendengar kalimat itu, lalu dia berjalan menuju sofa dan kemudian duduk di atasnya. Matanya tertuju pada map hitam tebal. “Di dalam map itu, adalah surat kontrak perjanjian tentang pernikahan ini. Aku telah mengeluarkan uang cukup banyak untuk menikah dengan wanita sepertimu, jadi aku harap kau tidak banyak tingkah, dan mengikuti syarat dengan baik tanpa berisik, dengan begitu, kau akan hidup seperti Cinderella…” ucapnya dingin, hingga membuat Sasya memberanikan diri mendongak dan melihat seperti apa rupa wajah orang yang akan menikah dengannya. “Apa maksudmu mengeluarkan uang cukup banyak untuk menikahiku? Aku tidak memintamu menikahiku. Dan aku tidak butuh menikah di tempat mewah seperti ini, aku hanya ingin menikah dengan pria yang aku kenal dan mencintaiku…” jawab Sasya dengan bibir bergetar, matanya sedikit ragu dan terbelalak melihat angka miliaran yang tertera di atas kertas perjanjian itu. Hingga dengan tangan bergetar dia meraih kertas itu dan membacanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN