Setelah semua prosesi keakraban dan ramah tamah keluarga Pramono, akhirnya mereka berpamitan meninggalkan kediaman sang menteri yang di tunjuk oleh presiden langsung. Tinggalkan Braga bersama sang istri di kamar mereka. “Ingat kau bukan pesan kedua orang tuaku. Kau harus cepat mendapatkan momongan. Kau harus memberiku seorang anak, aku tak perduli tentang jenis kelamin, tapi kau harus segera memberiku anak. Dengan begitu aku merasa kau bermanfaat untukku, paham?” Ucap Braga lagi sembari membuka pakaian yang di kenakannya satu persatu. “Bukankah aku harus bekerja, jika aku bekerja dan baru bekerja, mana mungkin perusahaan memperbolehkanku hamil. Kau gila?” bantah Sasya dia enggan untuk mengandung apalagi mengandung darah daging pria yang tak di kenalnya dengan baik. “Kau mau atau tidak,