Something wrong?

1000 Kata
Frans benar benar tidak percaya, kalau cewek di depannya ini sungguh telmi alias telat mikir. "Ya ampun Andin ... kamu pikir aku tadi ngasih isyarat kamu, aku mau genitin kamu? emang aku nggak waras, di depan calon istriku sendiri aku genitin cewek lain, aku tuh cuman ngasih isyarat kamu supaya kamu nggak ceritain kejadian tadi pagi," ucap Frans sambil geleng geleng kepala. "Emang ada kejadian apa tadi pagi di antara kalian?" timpal Lusi penasaran. "Eh-oh-nggak kok, tadi pagi nggak ada kejadian apa apa." Andin menjawab dengan gugupnya karena malu dengan kebodohannya sendiri, seketika wajahnya berubah merah karena menahan malu. Sambil tersenyum miring, Frans melirik ke arah Andin, dia merasa menang, bisa membalas Andin hari ini, ternyata lucu juga, seorang bar bar bisa semalu ini. "Lihat Frans ... pipinya bisa semerah ini, sungguh menggemaskan, rasanya aku ingin menggigit pipi itu, sadar Frans, apa kamu sudah gila?" Frans memukul kepalanya sendiri karena sudah membayangkan hal yang tidak mungkin. "Ada apa Frans, kenapa kamu pukul pukul kepala kamu sendiri? hari ini kalian berdua aneh deh." Lusi merasa penasaran dengan ke dua temannya ini. "Enggak kok, enggak ada apa apa, everything is oke," jawab Frans dengan sedikit gugup. "Ya udah, kalau begitu aku permisi ketoilet dulu y ..." Andin sesegera mungkin pergi dari tempat itu sambil sedikit berlari untuk menenangkan hatinya yang tidak karuan. "Andin tunggu dulu ...!!" Lusi sedikit berteriak memanggil sepupunya yang sudah agak jauh darinya.Kini dia membalikan badannya dan beralih memandang wajah Frans penuh selidik, sembari mengeryitkan keningnya. "Frans ... jelaskan padaku, ada apa ini? jangan coba coba memperbodoh aku," tantang Lusi. "Kalian berdua memang aneh, tanya aja sama sepupu kamu yang songong itu." Frans menjawab dengan santainya, terus terang saja dia sudah merasa pusing dengan tingkah Andin, apalagi harus berhadapan dengan Lusi. "Frans, aku serius!" teriak Lusi dengan jengkelnya. "Aku juga serius Lusi ...," jawab Frans tak kalah jengkelnya. Percuma Lusi memaksa Frans untuk mengatakannya, toh dia sendiri tau betul bagaimana sifat sahabatnya ini, dia tipe orang yang tidak suka di paksa kalau bukan keinginanya sendiri. Andin berjalan menuju toilet, sungguh dia begitu malu, menuduh Frans begitu, tiba tiba langkah kakinya terhenti. "Itu bukannya calon istrinya si Frans. terus cowok yang sama dia siapa ...?" Andin masuk, bersembunyi di balik dinding yang tak jauh tempatnya dari Nisa dan cowok itu. "Kamu tau sayang, aku kangen banget sama kamu ...,"ucap Nisa seraya mengalungkan ke dua lengannya pada leher pria itu. "Kamu tau sayang, aku juga sangat merindukan mu, hari ini kamu kelihatan seksi banget, kapan kamu datang ke apartemen ku? aku sudah tidak sabar," ucap pria itu penuh gairah, sembari menciumi leher Nisa. Andin yang samar samar mendengarkan pembicaraan mereka merasa jijik mendengar kata kata m*sum mereka.Walau bagaimanapun dia tidak ingin Frans terjebak dengan wanita ular itu. "Tentu saja Nico, kamu tau aku malam ini mau menghabiskan malamku di apartemen mu," ucap Nisa sembari mengecup bibir pria itu. "Kamu memang gadis nakal ku yang hebat, gimana dengan calon suamimu itu, apa dia nggak curiga?" tanya pria itu yang tak lain adalah Nico kekasih gelap Nisa selain Frans. "Tentu saja Frans tidak tau, apa kamu tau? kalau bukan karena uangnya mana mungkin aku mau jalan sama cowok membosankan kayak dia, walau bagaimanapun aku kan wanita normal, I want s*x before marriage Honey ...," ucapan Nisa benar benar membangkitkan gairah kelakian Nico. "Kamu memang selalu hot Sayang ...," ucap Nico seraya meremas b*kong Nisa. "Gila, mereka berdua benar benar gila, padahal Nico tau, Nisa calon istri orang, pasti ada sesuatu yang mereka rencanakan, aku harus memberitahukan ini pada Frans, tapi tunggu dulu, si Frans mana mungkin percaya sama aku, kalau tidak ada bukti. Aku harus bertindak sesuai dengan caraku sendiri." Andin berbicara sendiri, kemudian dia menjawab sendiri pula, sesaat Andin melongo menyaksikan ciuman panas mereka. "Dasar nggak tau malu, di tempat umum kayak gini? berani nya mereka melakukan hal tidak senonoh seperti itu." Andin menggeleng gelengkan kepalanya. Nisa segera melepas pelukan Nico, sebelum ada orang yang datang menyaksikan adegan itu , dia merapikan rambut dan pakaiannya yang berantakan, kemudian dia masuk kedalam toilet wanita untuk membetulkan make up nya. Sementara itu Nico pergi meninggalkan tempat itu, seolah olah tidak terjadi sesuatu, Andin pura pura tidak tau apa-apa ketika Nico berjalan menuju tempat persembunyian Andin, wanita itu berjalan dengan tenang nya menuju kamar mandi, benar saja dia berpapasan dengan Nico. "Gila, cakep banget ini cewek ...,"gumam Nico dalam hati, mengagumi kecantikan Andin. Andin yang melihat ekspresi Nico tidak mempedulikan nya , dia terus berjalan ke arah toilet. Andin masuk ke dalam toilet perempuan, dia melihat wajah Nisa melalui kaca besar toilet itu. "Hai Andin, kamu ada di sini juga ya ...," sapa Nisa kepada Andin "Hai Nisa ..." Andin menjawab pertanyaan Nisa dengan malasnya, tapi sebisa mungkin dia menutupi perasaan tidak sukanya dengan sikap Nisa. Sementara itu di Food Court, Lusi dan Frans masih menunggu kedatangan Nisa dan Andin, Ria dan Tika juga sudah datang semenjak Andin pergi ke toilet, mereka sengaja memesan meja yang sama karena Lusi dan Frans juga ingin melepas rindu setelah hampir 2 Tahun mereka tidak bertemu. Sesekali Ria dan Tika mencuri pandang ke arah Frans yang menurut mereka cowok itu begitu sempurna, Lusi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah dua sahabatnya. Sungguh, Lusi begitu merindukan sahabat-sahabatnya serta sepupunya, walaupun dia merasa letih, tetapi rasa letihnya terbayar sudah dengan pertemuannya bersama sahabat-sahabat tercintanya. "Ehemm!! boleh aku ikut gabung di sini? " Tiba-tiba seorang pria meminta bergabung dengan mereka. "Hai Nico, tentu Bro, kamu boleh banget gabung di sini," ucap Frans kepada Pria itu yang tak lain adalah Nico. Kemudian Frans memperkenalkan sahabatnya Nico, kepada Lusi dan teman temannya, mereka saling berjabat tangan. Dari kejauhan tampak Andin dan Nisa berjalan ke arah mereka, Lusi yang melihat kedatangan mereka segera melambaikan tangannya ke arah Andin dan Nisa. Dua cewek itu berjalan ke arah Lusi, Andin belum menyadari siapa pria yang baru saja bergabung dengan mereka, ketika Nico menoleh ke arah Andin dan Nisa, seketika itu juga Andin merasa lemas dan Shock, bagaimana mungkin kekasih gelap nya Nisa bisa terlihat begitu akrab dengan Frans.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN