Kembalinya Masa lalu

1315 Kata
Flash back Setelah mendapat telepon dari Nisa, Frans langsung menuju ke restoran yang Nisa maksud, tapi sebelumnya dia berencana mampir dulu ke apartemen Nico, dan menyerahkan beberapa berkas penting untuk sahabatnya itu, setelah sampai di depan Apartemen Nico Frans segera menuju ke unit Apartemen tempat Nico tinggal, setelah sampai di depan unit tempat tinggal Nico, Frans merasa heran karena pintu unit itu terbuka, karena penasaran ... Frans langsung masuk kedalam, tapi begitu sampai di dalam, dia mendengar suara desahan, baginya suara itu sungguh tidak asing, Frans maju kedepan kamar Nico yang masih terbuka untuk memastikan suara itu, sungguh pemandangan yang begitu menjijikan yang dia dapatkan, kekasihnya sedang mendesah nikmat di atas pangkuan sahabatnya, dengan luapan amarah yang menggebu gebu, Frans pergi meninggalkan apartemen Nico... Flash back end **** Setelah seharian Andin pergi bersama Lusi, Andin pulang ke rumah alias rumahnya Frans, hari ini dia terasa penat sekali, tanpa mempedulikan dimana dan sedang apa suami menyebalkannya, tanpa Andin sadari seseorang memperhatikannya dari balkon, Frans tersenyum melihat istrinya pulang, entah mengapa hatinya yang serasa hancur bisa sedikit terobati hanya dengan melihat Andin. "Cantik, mempesona ... kenapa aku baru menyadarinya ..." gumam Frans sambil meneguk soft drink setelah seharian dia meluapkan kekesalannya dengan mengasah ilmu beladirinya...itulah yang di lakukan Frans jika dia merasa kesal. "Kemana aja kamu? malam gini baru pulang." Andin sedikit melonjak ketika dia akan membuka pintu kamarnya tiba-tiba saja Frans sudah berdiri di belakangnya, Pria itu terlihat begitu seksi, dia hanya mengenakan celana boxer dengan keringat masih bercucuran di tubuhnya yang bertelanjang d**a, Andin mundur kebelakang dan sialnya pintu itu belum terbuka, sehingga tubuhnya bersandar pada daun pintu dengan Frans berdiri di depannya begitu dekat. "Mundur! jangan berani macam-macam!" ancam Andin sembari menimpukan tasnya ke wajah Frans, bukannya marah tapi pria itu terkekeh melihat tingkah istrinya yang seolah-olah ada seorang preman yang mau memperkosanya. "Hahaha ... kamu tu lucu Andin, tenang ... aku nggak bakalan ngapa-ngapain kamu, tapi ..." Frans menggantung kata katanya. "Tapi apa!" sungut Andin. "Tapi, kalau kamu mau melakukannya, aku nggak keberatan kok! dengan senang hati, aku akan memenuhi permintaan Papamu buat bikinin cucu yang lucu," goda Frans dengan muka mesumnya. Andin melotot ke arah Frans, pria di depannya itu sungguh sangat menyebalkan, karena jengkel Andin menginjak kaki Frans dengan sangat keras. "Auww! Kenapa Kamu hobi sekali nginjak kaku aku, sakit tau !" ucap Frans sembari memegang kakinya yang sakit. "Rasain! dasar pria m***m!" Andin lupa kalau dia berdiri di depan pintu, dia ingin berbalik lari dan meninggalkan suaminya, dengan cepat kilat Frans menarik tubuh Andin dari belakang yang hampir menabrak pintu, Andin diam terpaku, ketika suaminya memeluk tubuhnya dari belakang, wajahnya memerah, ada getaran aneh yang dia rasakan. "Lain kali hati-hati, kalau mau lari lihat belakangnya buntu atau nggak." Frans melepaskan pelukannya pada tubuh Andin, kini pria itu terlihat sedikit lembut kepada Andin. "Te— terimakasih," ucap Andin terbata-bata. "Sama-sama Nyonya Adiguna," ucap Frans dengan manisnya, lihat! wajah gadis itu semakin memerah mendengar Frans mengucapkan kata-kata itu. "Nggak lucu tau!" Andin menjawab untuk menutupi kegugupanya. "Apa kamu bisa masak? " tanya Frans tiba-tiba kepada Andin. "Bisa, kenapa?" tanya Andin heran. "Aku laper, bisa tolong masakin aku nggak?!" pinta Frans penuh harap. Setelah berpikir sejenak, Andin tidak tega melihat Frans yang sepertinya terlihat begitu lapar. "Baiklah, aku bersihkan badan dulu setelah itu aku masakin kamu." "Aku juga mau mandi dulu." Andin segera masuk kedalam kamarnya untuk melakukan ritual mandinya, begitu juga dengan Frans. Setelah beberapa saat, akhirnya gadis itu keluar dari kamar nya, dan berjalan menuju dapur. Trenyata Frans sudah menunggunya di sana sambil meminum soft drink. Mendengar langkah suara kaki dari atas tangga, Frans menoleh ke arah tangga, lihat! dia seperti terhipnotis melihat Andin yang tampak begitu cantik hanya dengan memakai celana jeans pendek di atas lutut dan kaos berwarna putih, dia tampak seperti remaja ABG, Frans menelan air liurnya, melihat kecantikan sang istri. "Kamu mau makan apa?" tanya Andin yang tiba-tiba saja sudah di dekatnya. "Terserah kamu, asalkan bukan racun." "Kamu pikir aku pembunuh!" jawab Andin sebal.Gadis itu mulai mencari semua bahan-bahan yang dia perlukan untuk masak, dengan cekatannya dia memotong-motong semua bahan-bahan yang ada. "Kelihatannya kamu jago masak!" puji Frans setelah melihat kecepatan Andin dalam memotong bahan yang akan dimasak. "Sedikit ... dulu waktu aku kuliah di London, aku lebih suka masak sendiri ketimbang harus beli, 'kan bisa lebih irit." Tidak butuh waktu lama, Andin sudah selesai menyiapkan masakannya, kemudian dia menghidangkan kepada suaminya. "Wao! kelihatannya lezat." Pria itu langsung memakan masakan Andin dengan lahapnya. "Makanlah, aku harus kembali ke kamar." Andin bersiap untuk pergi ke kamarnya, tapi tiba-tiba Frans mencekal lengan Andin, sehingga membuat Andin menoleh ke arahnya. "Duduklah ... ayo kita makan bareng, masakanmu enak sekali, apa kamu tidak merasa lapar? " "Tidak.." gadis itu menggeleng "Maaf ... maaf atas perbuatanku pada malam itu, aku sungguh benar-benar minta maaf, dan maafin juga atas perbuatanku tadi pagi." Frans sadar kalau sebenarnya Andin tidak seperti dugaan nya selama ini. "Sudahlah Frans, aku tau waktu itu kamu hanya begitu kesal dengan pernikahan ini," ucap Andin tulus. "Bisakah kita urans mengulurkan tangannya sebagai tanda persahabatan mereka. "Akan aku coba..." gadis itu menyambut uluran tangan Frans.. pria itu tersenyum bahagia seraya menjabat tangan Andin. "Terima kasih," ucap Frans, Andin hanya mengangguk, kemudian gadis itu berlalu pergi ke kamarnya. Frans masih senyum-senyum sendiri, mengingat Andin, entah mengapa bayang-bayang Andin selalu hadir di ingatannya, mungkinkah benih benih cinta tumbuh di hatinya.. "Luhat saja Nico, dan kau! perempuan sialan! akan aku balas kalian ... " gumam Frans seraya meremas gelas di tangan ya sampai pecah. Setelah merasa kenyang, Frans berjalan menuju kamarnya, Kelihatannya istri nya sudah terlelap,karena kamar itu terasa begitu sepi, Pria itu berjalan menuju kamarnya. *** "Frans!! keluar!!!" Andin berteriak histeris ketika dia sedang mengganti bajunya, tiba-tiba saja Frans masuk tanpa mengetuk pintu, Frans langsung berhambur keluar sebelum semua barang-barang di kamar istrinya mengenainya, untung saja dia berhasil menghindar ketika botol parfum di lemparkan Andin je arahnya. "Huftt ... dasar galak! kenapa musti histeris kayak gitu, padahal aku kan sudah melihat setiap lekuk tubuhnya!" kesal Frans,tanpa dia sadari aduk kecilnya sudah berdiri tegak. "Sabar dek, entar aja kalau pengin, harus berjuang dulu," ucap Frans sembari mengelus asik adik kecilnya. Frans sudah menunggu Andin di meja makan untuk sarapan bersama, ini untuk pertama kalinya Frans mengajak Andin sarapan berdua. "Tunggu ... sarapan dulu," ucap Frans ketika melihat istrinya turun dari atas hendak pergi begitu saja. "Maaf Frans, aku sudah kesiangan, aku harus menyelesaikan beberapa berkas, untuk nanti siang." ucap Andin sambil berlalu meninggalkan suaminya.Frans juga tidak jadi sarapan, sebenarnya itu hanya modus saja, untuk mendekati istri cantiknya... ***** Pukul 10.00 WIB di kantor Adiguna Group, semua mata karyawati tidak berkedip melihat sosok laki laki tampan masuk ke kantor mereka, dengan kaca mata hitam dan setelan jas yang sangat mahal, dengan dikawal dua bodyguardnya yang berpakaian serba hitam, pria itu menuju ruangan Frans. Semua mata mengagumi ketampanan nya, dia hanya berbanding sebelas dua belas dengan Frans. "Boleh saya masuk, Tuan Frans." Frans menoleh ke arah sumber suara itu. "Edo ... Edoardo! hai ... apa kabar bro!!" Frans menyambut sahabatnya itu dan mereka berdua langsung berpelukan. "Seperti yang loe lihat, gue baik-baik aja," ucap pria itu yang tak lain adalah Eduardo Emmanuel, sahabat Frans saat dia kuliah di Amerika. "Silahkan duduk. Sebentar lagi, salah satu perwakilan dari perusahaan yang bekerjasama dengan proyek ini akan datang." Frans mempersilahkan sahabatnya untuk duduk. "Perrmisi, boleh saya masuk ..." Seketika jantung Edo seperti ingin lompat dari tempatnya..pria itu sangat mengenal suara yang sangat dia rindukan, perlahan dua menoleh ke sumber suara itu. "Edo ... tidak! ini tidak mungkin." Andin mundur, semua berkas yang ia bawa berjatuhan, gadis itu menutup mulutnya yang hampir berteriak karena kaget dengan kehadiran sosok di depannya.. "Andin. ...Andin ..." Edo berjalan mendekat, Frans yang melihat pemandangan itu hanya melongo, dia sendiri tidak tau dengan apa yang terjadi di antara keduanya. "Stop!! jangan mendekat, pergi jauh dariku ..." teriak Andin sambil berurai air mata penuh amarah ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN