Episode 9

656 Kata
"Sial!!" Umpat Devany dalam hati sewaktu mencuci seragam sekolahnya dan jaket hitam milik Ciko. Sudah hampir setengah hari dirinya berada di kamar mandi. Tangannya pegal karena noda pada roknya susah hilang. Untung aja Devany punya baju cadangan. Memang sih,udah lama gak digunakan. Tapi,yang penting'kan ada. "Hedehhh....Akhirnya siap juga.Capek banget sih gue. Udah malu,tuh noda membandel susah hilang,ya ampun,nasib gue dahh.." ucap Devany seraya merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Ia menyalakan pendingin ruangan. Lalu kembali termenung. Mengingat kejadian itu. Sial,sial, sial.... Hari ini memang gue badmood banget, sumpah! Gak Ciko, pelajaran,Suji,bahkan nih mens malah buat gue gila banget. Besok gue harus gimana coba? Besok pasti tuh Ciko si mulut ember bakalan ngejekin gue. Hedehhh....Sakit pala gue ⌚?⏰ "Woyy.... Ada pr gak? Gue kehilangan roster,kasih tau gue dong." Yaelah, pagi-pagi bener nih anak kost udah nyambut telinga dengan suara melengkingnya. Mungkin kalau ada dua orang lagi yang kayak Geby,bisa aja setiap hari sekolah kedatangan dokter THT. Semua mata menuju kepada Geby. Salah satu siswa terpopuler karena kepelitan dan kehebohannya sebagai 'Anak Kost'. "Gak ada. Terakhir kita persentase." Jawab Suji setelah sibuk membolak-balik bukunya. Semua siswa spontan menarik nafas lega. "Ngomong-ngomong Devany tumben banget lama datang, biasanya dia udah stay di kursinya sambil baca n****+. Apa gerangan yang terjadi?" Tiba-tiba James yang hanya sekali dua tahun berbicara,membuka percakapan di tengah mereka. "Mungkin aja dia masih malu karena se...." Geby berhenti bicara ketika melihat seseorang berjalan dari arah pintu. Mereka seketika hening saat melihat Devany dengan penampilan aneh pagi ini. "Ya elah,gak Ciko yang tiba-tiba tobat,Gaby yang tiap pagi melarat, dan terakhir Devany berubah menjadi malaikat pencabut nyawa sewaktu kiamat." James mengacak rambutnya sendiri. Memang aneh. Bayangkan saja,Devany memakai jaket bertopi warna hitam dalam cuaca secerah ini. Rambutnya terurai rapi dengan sebuah kacamata menempel di atas hidungnya. "Devany lagi gila." Sambung seseorang dari arah pintu juga. Tak lain tak bukan adalah Ciko. Dia berjalan santai dengan penampilan kembali seperti dulu. Tidak serapi kemarin. Sesampainya di kursi,Devany hanya diam dan duduk. Sedangkan Ciko berjalan menuju mejanya juga. Sungguh pemandangan yang langka. "Kalian kenapa sih??" Tanya James. Tidak ada satupun dari mereka yang menjawab. ??? Bel masuk pun berbunyi. Pelajaran dimulai seperti biasanya.Tapi,kelas sempat ribut sewaktu Bu Endang menyuruh Devany membuka jaket hitamnya. "Tumben sekali kamu memakai jaket kesekolah Devany?Kamu lagi sakit,nak?" Tanya Bu Endang sambil berjalan kearah meja Devany. "Mmm,itu Bu,anu, Devany,itu..." Devany ba-bi-bu. Semua orang keheranan saat Devany bersikeras untuk tidak membuka jaketnya. "Mungkin atasnya juga lagi pms kali Bu," Teriak seseorang dari arah sudut. Kembali semua mata mengarah kepada Ciko. "Yaelah,kan gue becanda." Ucap Ciko sambil tersenyum manis seperti kucing tetangga minta dibelai. "Kamu ini,gak boleh begitu nak Ciko." Sahut Bu Endang lembut. Semua mata kembali menatap kearah Devany. Setelah lama berpikir keras, akhirnya Devany menyerah. Dia pun membuka jaketnya perlahan-lahan. "Okelah Bu," Jantung Ciko berdetak tak karuan. Apa yang disembunyikan oleh Devany? Deg...Deg....Deg... "Devany,Lo nyembunyiin apa sih?" Semua mata menyorot Devany. Entah apalah yang mereka tunggu atau pikirkan. Yang jelas,kalau para cowok udah pasti ngerti lah. Pikiran super asing yang terkadang membayangkan hal aneh dari perempuan. We knowlah. "Hahhhhhhhh.." Semua siswa spontan berteriak histeris. Bahkan James pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tetapi tiba-tiba saja kelas hening lagi. Krikk..Krik... "Gak ada apa-apanya pun," Ucap James dengan keadaan mata mengintip dari balik tangan kanannya. "Apaan sih? Heboh banget. Sok pake jaket segala." Balas Ciko dari sudut. Semua mata menuju kepada Ciko. Mereka membesarkan hidungnya ketika melihat Ciko membentuk jari-jari tangannya seperti teropong. "Dasar otak bandot Lo. Modus Lo banyak banget." Seru yang lain sedangkan Ciko hanya cengingisan gak jelas. "Huuuuu..." Teriak mereka saat Ciko bertingkah seperti om-om genit. "Sudah-sudah. Apa lagi itu? Baiklah. Mari kita lanjutkan pelajaran ini." Kata Bu Endang menutup keributan. "Baik Bu," balas mereka. Kenapa coba Devany harus memakai jaket kesekolah? Pertanyaan itu selalu muncul di kepala Ciko. Hingga matanya yang tiada bergeser sedikitpun dari Devany menemukan sesuatu yang mengganjal. "Asik... Ketahuan," Bisiknya dengan ekspresi wajah yang gila sambil tersenyum puas. Tepatnya seperti seorang psikopat. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN