"WOI.....Minta tipeks anak kost! Dasar pencuri!! Lo gak tau pade,gue bela-belain gak jajan seminggu biar bisa beli tipeks baru,tapi Lo malah asal nyuri!!"
Terdengar teriakan melengking dari depan meja guru. Tidak salah lagi,anak kost yang paling irit sejagad dunia, Geby.
Semua siswa langsung menutup telinga mereka kuat-kuat. Suaranya yang melebihi ketinggian suara Mariah Carey sudah menjadi santapan pagi setiap harinya.
"Ini,ini tipeks Lo. Berisik banget sih bibir Lo? Kayak Tante girang kecipratan minyak panas!"
Seseorang memberikan sebuah tipeks merah yang tertulis
' TIPEKS ANAK KOST! JANGAN DICURI! NANTI MASUK KE BK!'
Mata Geby langsung membesar."Eh,dasar elo ya sirip tikus got. Gue udah duga, pasti yang ngambil tipeks gue itu elo," telunjuknya menunjuk ke pada si pemberi tipeks tadi, Ciko.
Ciko menghela nafas panjang. Baik salah,nakal salah,diam juga dikirain lagi pikiran m***m yang intinya salah.
"Ya elah,masih untung gue baik ngasih tuh tipeks. Kalau gue jahat,paling tuh tipeks udah gue simpan buat nambahin cat asbes rumah!"
Seketika semua orang tertawa,Geby yang temperamental tingkat dewa pun langsung terdiam.
Pas suasananya lagi kek gini,Ciko selalu mendekati meja seseorang dan menggoda penghuninya.
"Halo sayang,lagi apa?" Tanyanya sambil merangkul Devany yang sibuk membuat vas bunga dari stik es krim.
"Lagi gongseng otak Lo," jawab Devany tanpa melirik Ciko.Tangannya cepat menarik tangan Ciko kasar dan mencampakkannya.
"Sadis bener sih say,nanti kalau otak gue Lo gongseng,gue jadi gak punya otak dong!"
Devany spontan memukul meja dengan kedua tangannya. Matanya membesar seperti valak.
"Yah elah,Lo kan memang udah lama gak punya otak. Lo udah lihat gue lagi ngerjain kewirausahaan,masih sempat-sempatnya Lo nanyain gue." Pekiknya kuat sampai-sampai sekelas bisa mendengarnya.
Ciko hanya tertawa kecil lalu mencubit pipi kiri Devany .
"Lo lucu deh kalau marah!"
Devany makin berapi tingkat dewa! Alasannya,satu,Ciko mencubit pipinya padahal dia lagi marah. Dua,yaitu alasan terkuat karna Ciko adalah teman sekelompoknya.
Ciko dengan ekspresi gila yang selalu dibenci Devany menepuk jidatnya dan berpura-pura baru bangun tidur.
"Oh iya,inikan tugas kita, sini-sini biar abang yang ngerjain." Ucapnya lalu mengambil vas yang setengah jadi itu.
Devany masih menunggu apakah Ciko bisa melanjutkannya. Karna kalau bisa dibilang jujur,Devany memakai empat koyo dipinggangnya karna pegal duduk lama.
"Nah terus kayak gini," Ciko sok tau-tauan.
"Awas,bukan yang itu,nanti lemnya lepas," Devany memegang tangan Ciko berusaha mengarahkannya ke jalan yang benar.
Ciko menatapnya mirip om-om genit. Matanya sedikit cipit tak bermakna dan senyumnya misterius. Lebih tepatnya seperti anak akil balik yang baru siap nonton film dewasa.
Melihat ekspresi itu,Devany menaikkan alisnya dan mengepal tangan. Ya kali tuh cowok tiba-tiba gila,dia langsung siap menoyor jidatnya.
"Apa?Mata Lo lihat-lihat mata gue?Mau gue colok mata Lo?" Tanya Devany garang.
"Abang co cwit deh,pake pegang-pegang tangan adek!" Jawab Ciko malu-malu.
Spontan Devany melepaskan tangannya. Pipinya merah.Dia membiarkan Ciko mengerjakannya sendiri.
Pas lagi situasi kayak gitu pula, teman-temannya Ciko yang jauh lebih abstrak datang menghampiri Ciko. Ada James sebagai pemeran utama dalam setiap pertemuan mereka. Awalnya mereka membantu,tapi lama kelamaan malah saling menjahili.
"Diginiin bang,biar lebih cepet. Adek udah gak tahan lagi sama lem ini. Terlalu kejam,bak benda perekat yang bisa merekatkan hubungan antara aku sama si dia.." Canda James dengan nada suara menggoda. Devany menatap mereka jijik. Sedangkan Ciko,dia malah terlena dengan teman-temannya.
"Kalau mau lebih lengket lagi, langsung di mandiin aja lemnya bang,"
Ciko yang terbawa suasana pun langsung melemparkan lem didepannya dan mematahkan stik tadi. Tak sadar pula,ia menyenggol vas yang masih belum siap dan terjatuh sadis dilantai. Menjadi hancur berkeping-keping.
Deg-deg...
Semua mata menuju kepada Ciko. Beberapa detik kemudian mata itu menuju pada Devany yang sudah menunduk sambil mengepal tangannya.
Mereka secara otomatis duduk dan bertingkah seolah tidak melihat apa yang terjadi. Seperti tak mau terlibat dengan masalah mereka yang terjadi setiap hari.
Teman-teman Ciko tadi berlari, meninggalkan Ciko dengan ekspresi gila yang sulit ditebak.
"Lo ngancurin vas bunga kita?Yang udah lama gue bentuk ,sampai gue paket empat koyo,gue telat makan,gue lupa ngechat pdkt-an gue,gue lupa mandiin kucing gue,dan sekarang elo tinggal ngancurin gitu aja?"
Suara Devany begitu datar dan dingin. Kalau sudah seperti itu,perang dunia ketiga bakalan terjadi.
"Gue,gue gak sengaja kok say," dengan cepat Ciko merapikan dan mengangkat vas yang sudah tidak tertolong tadi keatas meja.
Dia berusaha memperbaikinya,setiap kali ditempel,lepas. Waktu didiriin,jatuh. Mungkin udah nafas terakhir kali yah,waktu disusun,disusun dan terbersit secercah harapan, tiba-tiba vas itu kembali hancur berkeping-keping.
Ciko pelan-pelan melihat Devany yang mulai pitam. Kakinya bergerak mundur secara halus.
Devany menarik nafas dalam-dalam. Mencoba untuk memenangkan diri. Dia masih susah untuk berkata-kata. Waktu Ciko mundur,tiba-tiba ciko memijak lem yang tadi terjatuh.
Clekkkk..
Semua pasang mata kembali menatap satu arah. Dan benar,adegan akhir mampu membuat Devany meletus.
"CCIIIIIIKKKKKKOOOOOOOO."
Teriaknya keras, Ciko spontan membalap keluar .
"Aaaaaaaaaaa"
Devany kembali berteriak histeris karena belum puas mengeluarkan kemarahannya.
"Gue bakalan buat Lo jadi makanan kucing gue," Hardik Devany geram. Perkataan itu membuat sekelas pade merinding dan tidak melihat kearah Devany lagi.
Sedangkan ditempat lain,Ciko dengan nafas ngos-ngosan merasa menyesal sambil menekuk lututnya. Dia berpikir keras untuk mencari sesuatu yang bisa memperbaiki keadaan. Dasar! Ciko...Ciko..