Episode 4

604 Kata
Setelah pulang sekolah tadi, Devany langsung berjalan kearah kamar tanpa makan terlebih dahulu. Sebelum masuk kamar,dia sempat menoleh kearah kamar yang didepan. Berharap apakah mama dan papa sudah pulang. Ternyata yang diharapkan tak kunjung datang. Gue kangen banget sama papa dan mama. Selepas itu dia kembali berjalan gontai menuju kamarnya. Satu hari ini adalah hari yang paling melelahkan baginya. Pagi-pagi susah bangun karena ngantuk,pake koyo,eh sampe disekolah vas buatannya hancur. Dan yang paling buruk diantaranya adalah bertemu dan berkelahi dengan Ciko. Entah sampai kapan akan terus begini,yang jelas Devany begitu lelah. Akhirnya sampai juga di kamar. Dia langsung mencampakkan tas,buku dan membuka sepatunya. Beberapa detik kemudian dia menjatuhkan tubuhnya keatas kasur empuknya. Kenapa ya Ciko selalu gangguin gue. Gak disekolah,dikolam, dikelas musik,dia selalu ada. Gue udah capek neriakin dia,mukul dia,bahkan menghina dia. Tapi dia kok gak berhenti juga yah? Arrhggggg sakit pala gue, mending gue tidur bayangin muka Lee Minho lagi berenang. Devany menutup matanya,dan bayangan warna-warni mulai menghampiri pikirannya. Satu tahun yang lalu Saatnya pembagian nilai hasil belajar! Semester dua. "Horeeee,libur akan tiba..." Semua siswa tampak begitu gembira. Saatnya bagi raport, tepatnya bulan Juni. Bulan yang ditunggu-tunggu. Liburan panjanggg! Bel berbunyi. Semua siswa berjalan menuju lapangan. Ini adalah hal yang paling buat semua siswa jantungan. Apakah naik kelas atau tinggal? Dapat juara atau tidak? Semua diketahui hari ini. Saat semua siswa sudah hening, pak Soleh,selaku guru BK paling kece berdiri didepan podium sambil memegang sebuah mick. Cuaca hari itu lumayan gerimis. Tetapi tak jadi masalah bagi mereka. Mereka tetap berbaris teratur. Pengumuman juara akan diumumkan! Jantung Devany berdetak semakin tak karuan. Tangannya dingin dan menggigil. Kakinya gemetaran,badannya basah akan keringat. "Baik,juara satu dari kelas sepuluh IPA dua adalah......Devany Lolita." "Wuhuuuuuuuu" terdengar suara tepuk tangan meriah dari para siswa. Devany pun maju dengan percaya diri. Setelah semua telah diumumkan, saatnya pembagian hadiah. Bagi yang juara mendapatkan sebuah sertifikat dan hadiah kotak yang isinya alat tulis. "Baiklah,para juara sudah dapat kembali ke barisan." Ucap pak Soleh dan dilakukan oleh para juara. Setelah itu barisan pun bubar. Ketika Devany berjalan dengan senyum lebar diwajahnya, seseorang yang agak aneh tiba-tiba menemuinya. "Coba lihat hadiah Lo,apa isinya?" Ucapnya tanpa basa-basi langsung merampas kotak dari tangan Devany. Devany yang merasa tidak terima spontan menarik kembali kotak miliknya. "Enak banget lo,buka hadiah gue deluan. Minta!" Ucapnya memaksa. Lelaki itu,sebut saja Ciko tetap bersikeras untuk membuka kotak itu. "Punya gue," "Lihat bentar," "Gak mau," "Bentarrr aja," Semakin lama adegan rebut-rebutan barang tak terhindarkan. Semakin lama pula mereka berjalan semakin jauh, kearah suatu lubang,dengan kubangan lumpur didalamnya. "Punya gu-" Brukk Sebuah batu membuat kaki Devany terjegal. Tubuhnya yang mungil hampir aja masuk kedalam lumpur.Untung sebuah tangan berbulu menahan atas dadanya. Ingat! Bagian atas dadanya. "Untung gue tolong! Kalau enggak pasti Lo udah jatuh tadi" Ucap Ciko seraya menatap dalam mata hitam Devany. Devany hendak berterima kasih, tetapi karena matanya melihat ciko tidak memegang hadiahnya atau bahkan dia juga, Devany langsung berteriak. "Hadiah gue man-" tiba-tiba matanya terbelalak saat melihat hadiahnya tenggelam dalam kubangan lumpur tersebut. Dengan mata berapi-api dia melihat Ciko yang tiba-tiba saja bersiul tak jelas. "Gue udah bilang tadi, sekarang hadiah gue udah rusak." Ucapnya kepada ciko. Cowok itu senyum Pepsodent sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Saat melihat Devany makin membara,Ciko dengan sigap menyambar hadiah yang sudah bergelimpangan lumpur. Awalnya dia berniat membersihkan lumpur itu,tapi kesialan menimpanya lagi.Tiba-tiba kotaknya koyak. Hadiah buku isi seratus beserta pulpen itu kembali tenggelam ke dalam kubangan lumpur. Perlahan Ciko mundur sambil bersiul lagi. Dengan tangan dikepal,Devany ingin sekali men-smackdown Ciko. Kesabarannya telah habis. "Cikooooooooooo" pekiknya kuat, sampai-sampai semua orang yang ada disitu melihat kearah mereka. Ciko langsung lari terbirit-b***t. Meninggalkan Devany dengan emosinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN