Jefri menatap Felix dengan pandangan yang rumit. Anak ini telah menjadi bagian dari dirinya, bagian dari Grazilda yang wanita itu tinggalkan dalam masa lalu. Menyesal? Tentu tidak. Sesuatu yang lahir dari kesalahan belum tentu kotor. Felix adalah anugerah dari Yang Kuasa. Meski caranya dilahirkan mempengaruhi banyak emosi orang laun. "Papa!" Felix berlari ke arah ayahnya, dengan latar langit senja yang berarak mega di belakangnya. "Boleh Papa ngobrol sama Felix?" tanya Jefri, mengusap lembut puncak kepala putranya. "Mau ngobrol apa, Pa?" Felix tampak tertarik. Dia melompat-lompat penuh semangat. "Ayo duduk di sana!" Jefri mengangkat tubuh mungil anaknya, membawa Felix ke kursi anyaman bercat putih yang ditempatkan di sudut halaman belakang. "Kamu masuk ke dalam dulu!" Tatapan