SESUDAH mengetik pesan agar Galang tidak perlu menjemput, aku kembali memasukkan ponsel ke dalam ransel. Mengunci gerbang seperti biasa. "Kak Mika! Mau bareng Cinta nggak? Aku tersenyum, melihat wajah mungil Cinta di dalam mobil yang berhenti di depanku. "Nggak, deh. Kakak dijemput sama temen." "Kata Bunda bukan temen. Pacarnya, ya?" Sial. Aku yakin, di dalam sana, Tante Mega pasti sedang mengajari Cinta sesuatu. "Temen, kok. Serius. Udah sana berangkat..., nanti terlambat." Cinta diam sesaat, kemudian tersenyum lebar. "Oke. Hati-hati, Kakak!" Harusnya aku yang mengucapkan itu. Kakiku melangkah menyusuri jalanan komplek yang sepi. Butuh sekitar lima menit untuk bisa sampai di jalan raya. Mungkin. Aku tidak pernah menghitungnya. Ya, hari ini, aku sengaja tidak membawa motor. Semua r