Bab7-Keliru

1080 Kata
Satu minggu berlalu dengan kesibukan masing-masing. Kevin, yang baru saja menyelesaikan perjalanan bisnisnya selama seminggu, merasa ingin menikmati pagi dengan bersantai di apartemennya. Namun, pukul 5.30 pagi itu, ia memutuskan untuk jogging mengelilingi taman apartemen, mencoba melepas penat dari rutinitas yang melelahkan. Setelah beberapa putaran, matanya tiba-tiba menangkap sosok yang tak asing. Gadis yang seminggu ini terus mengisi pikirannya—Eliza, sedang duduk di bangku taman. “Eliza?” gumam Kevin pelan, seolah tak percaya. Langkahnya tanpa sadar mengarah ke sana, namun sebelum ia bisa menghampiri, seorang pria mendekati Eliza dan duduk di sampingnya. Kevin berhenti, memperhatikan interaksi mereka dengan seksama. Keduanya terlihat begitu akrab, bercengkerama tanpa jarak. “Ah… ternyata pria yang sama,” batinnya, mengingat sosok pria itu yang tinggal tepat di unit seberangnya. Seketika, rasa kecewa menyusup di hatinya. Dengan cepat, Kevin membalikkan tubuhnya dan memutuskan kembali ke apartemennya tanpa menyapa. Sementara itu, Dina menghampiri Reno dan Eliza yang duduk di taman. "Lama amat, Sayang?" Reno menggoda sambil merangkul bahu Dina yang baru bergabung. “Hehehe iya, tadi buru-buru,” jawab Dina sambil tersenyum manja. "Yuk, lanjut atau gimana?" Reno bertanya lagi. "Lanjut dong, Sayang!" jawab Dina semangat. "Obat nyamuk! Obat nyamuk!” canda Eliza sambil tertawa, melihat kemesraan pasangan suami istri di depannya. “Hahahahaha!” Dina dan Reno tertawa mendengar ledekan Eliza. "Makanya, cari pacar sana!" goda Dina balik. “Aduh, aku balik duluan, ah!” ujar Eliza, berpura-pura ngambek. “Eh, adikku yang satu ini ngambek, nih!” goda Reno sambil mencubit pipi Eliza yang hanya mencibir, lalu beranjak menuju lift, meninggalkan pasangan yang selalu berhasil membuatnya iri. **** Ting! Pintu lift terbuka, dan Eliza segera menuju unitnya. Setelah memasukkan password, ia langsung menuju dapur, membuka kulkas dan meneguk segelas jus jeruk. Glek, glek, glek! Jus jeruknya habis dalam sekejap. “Ah, segar banget!” desahnya puas, sambil membersihkan mulut dengan punggung tangannya. Ting! Suara notifikasi di ponselnya membuatnya menoleh. "Hmm... dari Kak Aldi," gumamnya sambil tersenyum tipis, membuka pesan yang masuk. *‘Morning... Eliza cantik!’* [Aldi] Ucapan selamat pagi dari Aldi membuat senyum Eliza makin lebar. *‘Morning too, Kak Aldi’* [Eliza] *‘Ada rencana hari ini? Semoga sih enggak, hehehe.’* [Aldi] Eliza mengerutkan keningnya, lalu membalas pesan dengan rasa penasaran. *‘Hmm, belum ada, Kak! Memangnya ada apa?’* [Eliza] *‘Mau lunch? Skalian nonton yuk!’* [Aldi] Eliza tersenyum kecil. "Pas banget! Daripada jadi obat nyamuk buat pasutri mesra," gumamnya, geli. *‘Boleh, Kak.’* [Eliza] *‘Nice! Jadi, aku jemput di mana?’* [Aldi] *‘Ketemu di butik aja, Kak.’* [Eliza] *‘Ok siap, cantik!’* Aldi menambahkan emotikon hati di akhir pesannya. Setelah percakapan selesai, Eliza segera beranjak untuk mandi dan bersiap-siap, tak sabar menanti kencannya siang ini. "Sayang, sudah yuk!" seru Dina ke Reno yang tampak kelelahan setelah sesi latihan di ruang fitness apartemen. "Oke, Sayang..." Reno menjawab sambil menggenggam tangan Dina, lalu mereka menuju lift, menunggu di lantai dasar. Ting! Saat pintu lift terbuka, mereka melihat Kevin berdiri di dalamnya. Kevin terkejut ketika menyadari sosok pria yang dia lihat bersama Eliza kini bersama wanita lain, tampak mesra dengan lengannya yang melingkar di pinggang wanita di sebelahnya. "Permisi?" sapa Reno dengan sopan ketika Kevin tampak ragu untuk keluar dari lift. "Ya?" Kevin tersentak dari lamunannya. "Mau keluar atau gimana, Pak?" Reno bertanya sopan, mengira Kevin hendak turun. "Oh, silakan… Saya baru ingat ada sesuatu yang tertinggal di unit," jawab Kevin, mencari alasan untuk tetap berada di lift. Ada rasa penasaran yang menguasai dirinya, tanpa sadar, ia mulai tertarik dengan hubungan antara Eliza dan pria ini. "Baiklah," jawab Reno sambil masuk ke lift bersama Dina, yang tetap dirangkul mesra. Kevin hanya mengangguk dengan senyum tipis, berdiri di samping mereka. "Hmm, Sayang, tadi Eliza kirim pesan, katanya dia mau keluar," kata Dina kepada Reno. Kevin, yang berdiri dekat, memasang telinga, mencoba mendengar percakapan mereka. "Oh iya, nggak masalah, Sayang. Jadi kita bisa punya waktu berdua lagi..." goda Reno, yang langsung menerima cubitan manja dari Dina. Ting! Lift pun sampai di lantai 18, dan Kevin keluar terlebih dahulu. "Wah, penghuni kamar 1801 ternyata!" ujar Reno tiba-tiba, membuat Kevin menoleh. "Ah, iya. Bapak tinggal di lantai 18 juga?" tanya Kevin pura-pura tak tahu. "Panggil saja Reno, dan ini istri saya, Dina," Reno memperkenalkan dirinya dan Dina. "Kevin," jawab Kevin sambil berjabat tangan dengan Reno. Mereka bertiga mulai berbincang ringan di lorong apartemen. Reno, yang ramah, dengan cepat membuat suasana menjadi akrab. Ceklek! Pintu unit 1802—unit Reno dan Dina—tiba-tiba terbuka, dan seorang gadis keluar dari sana. Kevin terkejut melihat bahwa Eliza-lah yang muncul dari unit tersebut. "Mampus, perang dunia ketiga nih. Let’s see!" gumam Kevin dalam hati, mengira bakal ada konflik antara dua wanita ini. "Hai, Beb! Sudah mau jalan?" sapa Dina pada Eliza dari kejauhan. Eliza mendekati mereka sambil tersenyum santai. "Yup, mager di kamar. Jadi obat nyamuk terus!" Eliza menjawab ringan. "Hai, Kak Kev!" sapa Eliza ramah. "Hai, Eliza," balas Kevin, yang masih kebingungan dengan situasi ini. Ia sempat membayangkan bakal terjadi drama, tapi suasana ternyata begitu damai. "Saling kenal?" Reno bertanya, merasa penasaran. "Iya, Kak Reno... Ini Kakaknya Angel," jawab Eliza singkat. "Oh!" sahut Reno dan Dina kompak sambil mengangguk. Eliza pun memperkenalkan Reno dan Dina sebagai kakak sepupunya kepada Kevin, yang masih terlihat sedikit bingung. "Oh, iya, tadi sudah kenalan," balas Kevin sambil tersenyum lembut pada Eliza. Reno dan Dina saling melirik, bertukar pandang penuh arti seolah membaca gelagat Kevin yang terlihat tertarik pada Eliza. "Kalau gitu kami masuk dulu ya," Reno berpamitan pada Kevin dan Eliza. "Oke, Reno," jawab Kevin singkat. Setelah Reno dan Dina masuk ke unit mereka, Kevin memandang Eliza yang terlihat rapi dengan riasan natural. "Mau ke mana, Eli?" tanya Kevin. "Mau ke butik, Kak," jawab Eliza singkat. "Ya sudah, yuk sekalian. Aku juga mau ke kantor," kata Kevin sambil langsung menggenggam tangan Eliza tanpa meminta izin. Eliza terkejut, tetapi akhirnya mengikutinya menuju lift. "Aku sendiri aja, Kak. Gak usah repot-repot," tolak Eliza halus. "Hmm, santai aja. Nanti kalau sudah selesai tinggal telepon atau chat saja," ujar Kevin sambil menyerahkan ponselnya, memberi isyarat agar Eliza memasukkan nomor ponselnya. Eliza menurut dan mengetik nomor ponselnya di handphone Kevin. Tanpa sepengetahuan Eliza, Kevin menyimpan kontak itu dengan nama "Mine" dan langsung menghubungi nomor Eliza. "Simpan ya," perintah Kevin lagi. "Hehehe, oke Kak!" jawab Eliza, geli dengan sikap Kevin yang protektif namun manis. Mereka berjalan beriringan, saling bercanda dengan ringan, membuat Kevin merasa lega karena akhirnya ia menyadari bahwa dugaannya tentang hubungan Eliza dan pria di unit seberang ternyata keliru.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN