Dua Puluh Satu

1364 Kata

“Aku enggak boleh hanya diam, apalagi terus-terusan menangis!” “Aku harus melakukan sesuatu!” “Aku harus menemui pak Bagas!” Di dalam kamarnya yang ada di kediaman orang tuanya, Dini masih mondar-mandir. Kemudian, tatapannya berhenti ke Anna. Di tempat tidurnya, Anna sudah lelap. Sementara alasan Anna tidak rewel menanyakan keberadaan Levian karena Dini mengatakan, bahwa Levian sedang bekerja di luar kota. “Sudah dinihari, mau pukul dua pagi. Belum ada kabar juga.” Dini yang sengaja tak menutup jendela sebelah meja kerjanya, sengaja menelepon pengacara Levian. Ia menggunakan ponsel Levian yang terus ia genggam di tangan kanan, untuk melakukannya. “Assalamu'alaikum Pak Matius. Bagaimana kabar Mas Levian?” sergah Dini tak sabar, ketika telepon suara yang ia lakukan kepada pengacara Lev

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN