Hari-hari aku lalui cukup sulit. Aku harus banting tulang demi mengubah kehidupan anak dan istriku. Aku tak ingin mertuaku terus menghinaku. Aku juga tidak ingin mertuaku menganggap aku sebagai orang yang tidak bertanggung jawab pada anak dan istrinya. Setiap hari sehabis Subuh, aku sudah siap untuk menyambut rezeki. Tak jarang juga, anak dan istriku dalam keadaan masih tidur aku sudah berangkat. Untuk apa lagi aku melakukan ini? Kalau bukan demi dipandang menantu oleh enyak dan babe. Jika istriku belum bangun, aku memilih membuat minuman hangat sendiri sebelum ke pasar. Aku tak ingin mengganggu kenikmatan tidur istriku. Aku tahu, meski istriku tak bekerja di luar, pekerjaannya di rumah juga tak terhitung. Belum lagi dia harus menjaga Nori 24 jam. Sebagai suami aku bisa memahami itu. Se