Bab 7

1304 Kata
Dia mengunci pintu kamar kosnya dan berniat merebahkan tubuhnya yang dirasa sangat lelah itu tiba-tiba terdengar suara handle pintu seperti di gerakkan oleh seseorang. Delisa merasa sangat ketakutan, raut wajah pucat mendengar handle pintunya berusaha dibuka . " hahhh, siapa itu ? malam- malam begini ?" Dengan langkah gontai dan gemetar dia mencoba memberanikan diri untuk mengintip siapa yang sudah mencoba membuka pintunya malam-malam begini. "Bismillahirrohmanirohim, huhhh huhhhhuhh." Delisa berdoa sambil menarik napasnya. " Ceklek, ceklek." suara handle pintu yang berusaha dibuka, oleh orang yang tidak diketahui siapa.Delisa sudah siap dengan sebilah kayu.yang siap di pukulkan jika orang itu mencoba masuk. " Tok tok tok" tiba-tiba terdengar suara mengetuk pintu. " Lisa, ini ayah, tolong buka pintunya " suara bariton itu tentunya sangat dikenali oleh Delisa. " hahhhh, ternyata ayah " Delisa menghembuskan napasnya kasar. " Iya sebentar " ujar Delisa Lalu bergegas membuka pintu kamar kostnya. " Assalamualaikum,Lisa ini ayah sayang" Ayah Delisa berkaca-kaca dan memeluk putrinya yang lama tidak bertemu dengannya. " Ayah..., " Delisa hanya menangis dipelukan sang ayah.Dia yang selalu ada saat Delisa terpuruk dan melahirkan sendirian, meskipun kakek neneknya mengusrinya sang ayah diam-diam menyewakan Delisa kamar kos untuknya.Setelah ibunya meninggal Delisa dan ayahnya tinggal bersama kakek dan neneknya yang memang cukup berkuasa di rumah itu. " Ayah kenapa enggak ngabarin Lisa dulu kalau mau datang?" cetus Delisa . " Maaf ya , tadi macet kirain bakal nyampe sore dan bisa kasih kejutan sama kalian berdua, ternyata malah kemaleman,macet sekali Ayah kan naik mobil ke sini" ujar Arman Ayah Delisa. " Ya sudah,Ayah mau makan , pasti lapar Delisa buatkan makanan ya ,tunggu sebentar " " Tidak usah nak, Ayah sudah makan tadi di jalan dan Ayah juga bawa buat kamu roti bakar rasa green tea dan keju" ujar sang Ayah Delisa. "Ya ampun Ayah, kenapa repot-repot" Delisa mencebikkan bibirnya yang belah dan ranum. " Ayah.cuma bisa belikan ini untuk kamu" Ujar Arman Ayaha Delisa. " Ya sudah ayah mandi dulu dan nanti Delisa siapkan baju ganti buat ayah, ayah bisa tidur di kamar satunya tapi lebih kecil " ujar Delisa . "Tidak Apa-apa nak ,Ayah cuma ingin memastikan kondisi kalian aja kok" ujar Arman. Dia adalah ayah yang baik, karena dia masih mengelola toko sembakao milik orangtuanya sehingga nenek dan kakek Delisa lebih berkuasa di rumah mereka. Di sebuah rumah mewah Darren Alexander yang berwajah blasteran itu kini sedang duduk di balkon kamarnya yang bernuansa eropa itu,menatap nyalang langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang. " Drrrt" ponsel Darren berbunyi. " Hallo " ucap Darren . " Bos, ada apa tadi menelponku" suara dari seberang sana. " Aku ingin kau selidiki tentang Delisa dan juga putranya. ".Ttttapi, kenapa dengan dia Tuan, memangnya apa istimewanya wanita itu ?" Arnold mengernyitkan keningnya. " Hei apa penting bagiku menjawab pertanyaan darimu? jika kau masih mau bekerja denganku lakukanlah." Darren mengeratkan rahangnya, dan menekan nada bicaranya.Jika sudah sampai seperti itu artinya warning dan tidak bisa dibantah. ' Baik tuan akan saya laksanakan " ujar Arnold. " huhhh, ada-ada saja kenapa harus wanita itu, whats the matter with him?" ucap Arnold menggerutu pelan. Keesokn harinya langit Jakarta yang cukup cerah dan sangat sibuk dipagi hari.Delisa menyiapkan bekal untuk sang putra dan juga sarapannya. " Ayo sayang ,kamu mau diantar kakek?" tanya Delisa kepada sang anak. " Iya mommy, kakek antar Louis ke sekolah ya " ucap polos anak laki-laki berusia 3 tahun itu . " Iya sayang dengan senang hati my Prince" ujar Arman. Nama louis sendiri merupakan nama yang diinginkan Darren saat Delisa bertanya pada Darren jika punya anak laki-laki mau diberi nama apa kelak.Sehingga Delisa memberi nama itu. Dan saat ini Delisa berharap Darren tidak akan perah mengetahui keberadaan louis atau bertemu secara langsung ataupun mengetahui nama putranya. Karena jika dia tahu maka dapat dipastikan Darren akan langsung menebak jika louis adalah putranya. Karena jika ditelisik wajah Louis dan Darren seperti kembar namun beda usia . Pahatan wajah mereka begitu persis bahkan sifat dingin arogan Darren sangat mirip dengan Louis. " Kamu berangkat saja nanti terlambat, biar Ayah yang antar Louis ke sekolah.dan Ayah akan disini dalam jangka waktu yang lama, karena Ayah rindu dengan kalian" ujar Arman . " Ya sudah, Ayah, Delisa berangkat dulu" ujar Delisa." Sayang mommy berangkat dulu" ujar Delisa sambi mengecup pucuk kepala sang anak. " Drumm" Delisa melajukan motor maticnya. Hingga 30 menit dia sudah sampai di perusahaan tempat di bekerja. " Hah, Alhamdulillah akhirnya sampai"Delisa berjalan menyusuri lorong basement dan dia dikejutkan dengan suara bariton yang begitu menggema di lorong basement tersebut. " Kau baru tiba " ujar Darren " Arghh,iiiya pak, maaf saya terkejut " " Hei kau pikir aku hantu?" ujar Darren. " Bukan pak saya kira penjahat " cicit Delisa. " Oooh jadi tampang saya mirip penjahat gitu " " Bubukan begitu pak ,maksudnya..." " grep" Tubuh Delisa di sudutkan di dinding lift tatapan mereka bertemu dan sangat intens . ".Hhh, aku tahu nona Delisa kau wanita yang mudah sekali tergoda dengan laki-laki, benar bukan, jadi jangan sok jual mahal didepanku, itu membuatku jijik " Darren mendengus.. " hhh, Kau akan menyesal.mengatakan itu padaku tuan" lirih Delisa. ".ting" suara Lift terbuka. " Benar saja aku harus bisa membuka kedokmu Delisa, kau bersikap seolah wanita elegan dan mahal, nyatanya kau hanyalah wanita yang mudah berpindah ke pelukan lelaki lain" gumam Darren sambil berlalu dari hadapan Delisa. " Hiks hiks hiks" Delisa menangis terisak di toilet yang masih sangat sepi itu.Dia menumpahkan airmatanya agar dia merasa lega. " Hahh, aku harus kuat demi louis sebelum dapat pekerjaan baru yang lebih baik" Lirih Delisa. Dia kemudian mengusap wajahnya dan membasuhya denga air keran hingga dia harus memakai riasan kembali.Karena memang sangat tipis makeupnya yang menghiasi wajah cantiknya. Delisa pun menuju meja kerjanya.Tak lama ponselnya berbunyi ." Tuuut" suara ponsel " Iya pak" " Ke ruangan saya sekarang " ujar Darren. " Baik pak" ujar Delisa. Dia langsung pergi menuju ruangan Darren. " Ceklek iya pak anda memanggil.saya ?" " Buatkan saya kopi " " Baik pak"Delisa tanpa menatap Darren langsung pergi ke pantry. " huhhh, kayanya dia senang banget ya nyusahin gue ".batin Delisa. Setelah selesai membuatkan kopi Delisa membawa kopi tersebut menggunakan nampan dengan cangkir mewah dan khusus untuk Darren "Ini pak kopinya pak silahkan " ucap Delisa . " Heumm" Darren menjawab singkat. "Kalau begitu, saya kembali ke meja saya ya pak" "Tunggu..."Darren menghentikan langkah Delisa. " Saya akan mencicipi kopi ini ,kalau sudah pas maka kamu boleh pergi jika belum maka kamu harus membuatnya lagi" " Deg" jantung Delisa berdegup sangat kencang dia khawatir jika kopi yang dibuatnya tidak sesuai keinginan bos arogannya itu. " sruuup" Darren mulai meneguk kopi yang dibuat Delisa .Dengan mata memicing Delisa menunggu jawaban Bos sekaligus mantannya itu. " buat lagi ..ini tidak pas dan terlalu pahit" ujar Darren. " Baik Tuan Darren Alexander" Delisa mengambil cangkir tersebut dan membawanya ke pantry. " Ini tuan kopinya saya sudah berusaha mengubah komposisinya" Dengan wajah yang datar Delisa memberikan kopi tersebut" " Okey, ehmm ,ini.. terlalu manis ,dan kremernya juga terlalu banyak aku tidak suka buatkan lagi" Darren dengan santai meminta Delisa untuk membuatkan kopi lagi. " Apa ? issshhh, baiklah" Delisa mengepalkan tangannya dan menarik sudut bibirnya. " Ingat kau harus tersenyum saat memberikannya padaku sehingga kopi itu akan terasa nikmat " Tambah Darren sambil tersenyum smirk ke arah Delisa. " arrrrrrgh , dia benar-benar ingin membuatku gila " Delisa mengacak rambutnya. " Kopi ini harus yang terakhir" " Ceklek" " Ini pak kopinya semoga saja pas rasanya " Delisa meletakkan kopinya dengan senyuman yang sangat manis meski terpaksa. " Deg" jantung Darren seakan berhenti melihat senyuman Delisa. " Ahhh, semoga saja " jawaban dingin Darren. " Ya Allah semoga kopi ini yang terakhir, saya sedang banyak pekerjaan ya Allah please.." Delisa meracau dalam batinnya sambil.meremas kemejanya menunggu respon bosnya tentang rasa kopi yang dibuatnya. " Bagaimana pak" Bersambung ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN