“Aghta...” tergesa Roselind menghampiriku yang baru saja mengambil jarak sejauh mungkin dari suamiku. Kata-katanya yang membela Meisei masih bergema dalam kepalaku, dan sungguh itu tak bisa hilang begitu saja. Aku menarik wajahku menatap Roselind yang sudah berdiri dihadapanku. Kentara sekali jika dia sangat khawatir padaku. Apalagi saat ini aku sudah tak bisa lagi mengendalikan ekspresi wajahku. Entahlah aku kini terlihat seperti apa. Aku juga tak bisa mengatakan apapun. Lidahku kelu dan membeku. Lagipula berkata jika aku tidak apa apa juga tak akan mampu mengusir kegundahan sahabatku ini. Sebab, Roselind terlampau memahami diriku. Perempuan itu sudah seperti saudari bagiku. Dan serekat apapun aku berusaha menyembunyikan sesuatu darinya. Dia pasti tahu. Termasuk sekarang. Dia pasti tahu j