Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Me-ni-kah, Tuan?” tanya Celine tergagap. Ia tidak menyangka mendapatkan pernyataan seperti itu. “Iya, kenapa? Kamu tidak berkenan?” “Apa ini perintah?” “Maksudmu?” “Apa ini perintah untuk menebus semua hutang-hutangku kepada tuan, seperti yang dilakukan juragan tanah itu?” tanya Celine polos. “Tidak. Bukan seperti itu, Celine. Aku ingin menikahimu karena punya rasa sama kamu. A-aku mencintaimu," ucap Aksara dengan mengkukuhkan segala keberanian. Ia tak menyangka mengucapkan rasa itu begitu susah. Lidah terasa kaku, tidak bisa diajak berkompromi. Celine terkekeh, ditutupnya tawa kikuk itu dengan telapak tangan. “Apa ada yang lucu, Celine? Kamu mentertawakan saya?” “Bukan seperti itu, Tuan.” “Apa jawaban kamu atas semua perasaan saya? Kamu pasti beranggapan saya tua-tua tidak tahu