Alan Hogue

1148 Kata
Pria dengan setelan kasual itu baru saja tiba dibandara New York, mengenakan sweater biru dipadukan dengan celana jeans serta sepatu kets. Ia menenteng tas ransel dipunggungnya, kacamata hitam bertengger dihidung mancung itu. Ia meggeret koper dan berjalan santai keluar dari bandara, tak menghiraukan tatapan jahil dari beberapa wanita yang berselisihan dengannya. Pria tampan itu seharusnya lebih cocok menjadi model busana dari pada seorang dokter, tubuhnya yang proporsional dan garis wajah yang sempurna untuk ukuran pria muda. Alan... Seorang dokter muda yang tak lain adalah pemilik rumah sakit dibeberapa kota. Bisnisnya berkembang pesat karena pengaruh pamannya dinegeri ini, pria berusia 28 tahun dan masih lajang itu selalu menjadi perhatian setiap gadis. Bahkan tak jarang ia dijuluki pemain ulung oleh beberapa rekan kerjanya, namun ia menanggapinya hanya biasa saja. Ia menaikan kedua bahunya ketika kumpulan wanita yang berada tak jauh darinya melirik serta tersenyum jahil kepadanya saat ia tengah menunggu taksi dipinggir jalan. Alan hanya menyunggingkan senyum, dan memasuki taksi. Ia menunjukan alamat kepada sopir, taksi lalu melaju kearah yang dituju oleh Alan. Kota New York dimalam hari, tak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya seperti terakhir ia menginjakan kaki dikota yang serba sibuk ini. Alan melihat keluar jendela, hanya ada kerlap-kerlip lampu dan gedung pencakar langit, sama sekali tidak ada hutan yang selalu ia sukai atmosfernya, Alan menggelengkan kepala. Jika saja Aunty Carol tidak memberinya peluang besar untuk membuka cabang rumah sakitnya dikota ini, maka Alan tidak akan repot-repot kesini. Dan lagi, ia dapat bertemu Valery. Aunty Carol telah berjanji kepadanya agar menjodohkan dirinya dengan Valery. Sesuatu hal yang ia tunggu sejak dulu, Alan menyeringai... .... Suara ketukan pintu menggema dari dalam ruangan, Carol tersenyum sumringah ketika ia sedang sibuk membaca majalah lama. Carol menuju pintu utama, membuka lebar pintu besar tersebut dan melihat keponakan suaminya itu berdiri dengan gagahnnya. "Ah, my dear Alan...." ucap Carol seraya memeluk Alan dan dibalas hangat oleh pria itu. "Aunty.... bagaimana kabarmu?" Tanya Alan dengan senyum mengembang. "Baik.... sangat baik, ayolah masuk! Aunty telah menunggumu sejak tadi, lebih baik kita berbicara didalam" kata Carol mempersilakan Alan masuk, membawa koper Alan kedalam kamar yang akan ditinggali oleh pria itu. Sementara Alan masih dilantai satu, melihat beberapa foto yang dipajang indah didinding ruangan. Terdapat foto pernikahan paman dengan bibinya, dua anak mereka yang masih bersekolah dielementary school, dan juga ada foto Valery disini. Dahi Alan mengernyit, sejak kapan gadis itu tinggal disini? Batin Alan. Alan mendengar derap langkah kaki, ia menoleh kesamping dan menemukan pria tinggi dengan tubuh besar. Pamannya yang telah lama tak ia jumpai, Alan berusaha sebaik mungkin, meski ia tahu pamannya itu tak pernah menyukai dirinya, entah mengapa. "Uncle Chris?" Sapa Alan seraya menjulurkan tangannya. "Alan..." balas Chris dengan wibawanya, namun wajah tampan itu terlihat dingin, tak menyukai keberadaan Alan dirumah ini. "Bagaimana rumah sakitmu?" Tanya Chris sekedar berbasa-basi. "Sebentar lagi bangunannya akan selesai" "Hm..." gumam Chris tak perduli. "Alan!" Ujar Aunty Carol yang tengah menuruni tangga, mulut Alan terbuka. Ketika melihat gadis yang selama ini ia rindukan, Valery... Gadis itu menuruni tangga dengan Aunty Carol, wajahnya masih secantik dulu. Tak ada yang berubah darinya, meski rambutnya kini lebih panjang dari terakhir kali mereka bertemu. Sementara disebelahnya, Chris menghembuskan nafas kasar. Tak suka dengan pandangan lapar Alan terhadap gadisnya, ia mengetatkan rahang, mengepalkan kedua tangannya dan Carol dapat melihat dengan jelas kebencian yang terpancar dari wajah suaminya itu. Valery menghembuskan nafas kasar, masih dalam keadaan berbaring diatas ranjang ia menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang memikirkan sesuatu yang membuat kepalanya pusing, entah mengapa Chris menjadi sedikit keras sekarang. Semenjak kedatangan Alan kerumah ini, pria itu lebih sering keluar-masuk kamarnya hanya untuk memastikan tidak ada siapapun yang masuk kesini. Seperti tadi malam, Chris mondar-mandir didalam kamarnya. Layaknya orang kesetanan wajah pria itu seakan-akan ia ingin memangsa makanannya, Valery sempat memperingatkan Chris agar tidak sering masuk kedalam kamarnya, namun melarang pria itu sama saja dengan bunuh diri. Valery mengernyit heran, Alan bukanlah ancaman bagi siapapun, lagipula pria itu adalah keponakan Chris. Tok.. tok... Valery terkejut mendengar suara ketukan pintu, "masuk!" Ucapnya setengah berteriak. Pintu kamarnya terbuka, pria itu memasuki kamarnya dengan senyum sumringah dan segala pesonanya. "Hai" sapa Alan, pria itu memakai setelan rapi. Sepertinya ia ingin berpergian. "Oh, kau... hai!" "...mau pergi kemana?" Tanya Valery, jantungnya berdebar ketika seorang pria masuk kedalam kamarnya, karena Chris pasti akan murka jika mengetahuinya. "Aku ingin mengajakmu kerumah sakit, besok akan diadakan perayaan pembukaan rumah sakit milikku" jelas Alan dengan mantap, Valery hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O seraya mengangguk. Tunggu, mengajaknya? Pergi tidak? Pergi tidak? Valery berpikir keras, jika ia pergi dengan Alan itu akan menjadi awal dari kesengsaraannya. Jika Chris tahu, amarah dan siksaan akan dilakukan oleh pria itu. "Bagaimana?" Tanya Alan, membuyarkan lamunannya. "Ayolah, Aunty Valery yang menyuruhku, lagipula kau juga akan jadi bagian dari rumah sakit ini bukan?" Tanya Alan meyakinkan gadis itu. Valery menggigit bibir bawahnya sambil berpikir. "Hm, baiklah. Aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu" ujar Valery yang akhirnya diangguki oleh Alan, pria itu lalu menunggunya diluar. Sementara Valery melirik kearah luar jendela. Tidak ada mobil Chris dibawah sana, hanya ada mobil Aunty Carol. Itu artinya, Chris belum pulang dari kantornya, dan Valery berharap pria itu tidak mengetahuinya, ia hanya akan pergi sebentar. ... Suara ketukan sepatu kets berwarna hitam itu menuju parkiran, melirik kekanan dan kiri berharap semoga Chris tidak pulang cepat hari ini. Alan membukakan pintu mobil untuk Valery, terlihat oleh pria itu wajah pucat pasi Valery. Namun ia hanya berpikir jika gadis itu tengah sakit. Mobil melaju keluar dari pelataran rumah besar tersebut, Valery duduk dengan diam bagai patung disebelah Alan. "Kau sakit?" Tanya Alan tanpa melepaskan pandangannya kearah depan. "T-tidak..." jawab Valery gagap, sementara Alan hanya mengangguk. "Bisakah kau lebih cepat? Aku tidak sabar melihat rumah sakit barumu" ujar Valery berbohong. "Baiklah" Alan melajukan audi tersebut dengan kecepatan tinggi, selang beberapa menit kemudian mereka tiba dibangunan besar dengan pekarangan yang luas. Gedung bertingkat itu seluruhnya hampir terbuat dari kaca, Valery begitu takjub melihat arsitekturnya. "Kau menyukainya?" Tanya Alan ketika mereka turun dari mobil seraya menatap keatas bangunan. "Ya, luar biasa" "Terimakasih, ayo masuk! Aku akan memperkenalkanmu dengan jajaran direksi yang telah mempelopori pembangunan ini" ajak Alan seraya menggandeng tangan Valery tanpa gadis itu sadari karena masih merasa takjub dengan bangunan ini. "Kau punya banyak pelopor?" "Tentu." Jawab Alan. Mereka berdua menyusuri koridor, berjalan cepat seolah tak sabar ingin melihat lebih kedalam lagi rumah sakit tersebut. Hingga kedua mata indah milik Valery melihat seseorang, jas rapi dipadukan dengan sepatu mengkilap. Wajah rupawan terlihat bahwa ia sangat mapan dan berwibawa, namun dibalik ketampanan tersebut wajahnya terlihat menahan amarah, kedua mata elang itu menatapnya tajam, seolah menusuk kedada Valery dan gadis itu sungguh ingin mati saat ini juga. "Kenapa Uncle Chris ada disini?" Tanya Valery, pandangannya hanya tertuju pada pria tampan yang berdiri diantara orang-orang yang berkumpul disana. "Tentu, karena Uncle Chris adalah salah satu pemegang saham rumah sakit ini" jawab Alan, seketika itu juga Valery sontak menarik tangannya dari rangkulan Alan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN