Bab 17. Rencana Busuk Raja Jahat

1065 Kata
Raja Tejo Alu Pati semenjak menghadiri pernikahan putri Raja Agung, menjadi seseorang yang pendiam, anak Raja Tejo yang bernama Dursasena melihat ke aneh an yang terjadi pada ayahnya itu, ia lalu bertanya pada ayahnya apa hal yang membuatnye kepikiran macem ni, sang ayah tak nak cakap perihal macam ni pada anaknye, bagi sang raja masalah ini anaknya tak perlu tau, karena ini masih berhubungan dengan raja sebelumnya yaitu Batara Lawu. Raja Tejo Alu Pati kemudian mengingat kejadian puluhan tahun itu, dimana ia harus membunuh kakaknya itu agar ia bisa menjadi raja seperti sekarang ini. Raja Tejo Alu Pati makin ketakutan ia mengingat lagi kutukan yang di ucapkan kakak kandungnya itu sebelum jatuh ke jurang, "Kau dan keturunan mu akan mati semua di tangan anakku", kata Batara Lawu sebelum ia jatuh. Raja Tejo Alu Pati kemudian memanggil Raja Durona Daha Wisesa dari kerajaan tengger dan Buto Eja Kertajaya dari kerajaan dadap untuk merundingkan masalah ini, ia takut jika kutukan ini akan terjadi pada anak dan ke dua istrinya itu yaitu Ratu Kinanti dan Ratu Boko Gayatri. "Ayahanda Raja Durona, Ayahanda Raja Buto Eja, aku telah melihat anak dari mendiang kakang Batara Lawu, yang ternyata menantu Raja Agung itu. Aku takut jika anak itu menghancurkan keturunan ku", kata raja Tejo Alu Pati pada kedua raja mertuanya itu. "Kita harus menyerang kerajaan Kurusetra terlebih dahulu dan membunuh anak batara lawu, jika kita bersatu, aku yakin semua musuh akan mudah kita musnahkan", kata raja Buto Eja tersebut. "Benar kata raja Buto Eja itu anakku" kata. raja Durona Daha Wisesa. "Lebih cepat kita menyerang, lebih tenang kita nantinya" kata raja Durona Daha lagi. "Tapi kita tidak bisa langsung menyerang kerajaan Kurusetra, karena bagaimanapun kerajaan Kurusetra adalah sekutu bagi kerajaan kita ayahanda raja", kata raja Tejo Alu Pati. "Benar juga katamu anakku, kita tidak bisa menyerang secara langsung, jika kita menyerang kerajaan Kurusetra bisa bisa kerajaan sekutu kita yang lainnya akan memberontak dan berbalik menyerang kita", kata raja Durona. "Kalian tenang saja, aku memiliki mata mata kerajaan di sana, aku akan menyuruh beberapa prajurit kita menyusup ke dalam kerajaan Kurusetra dan prajurit lainnya kita kumpulkan untuk menyerang dari luar, aku yakin kerajaan Kurusetra akan hancur jika kita serang luar dan dalam hehehe", kata raja Buto Eja. "Ayahanda Buto Eja benar, kerajaan Kurusetra pasti hancur jika mendapatkan serangan seperti itu, sungguh hebat pemikiran ayahanda ini", kata raja tejo alu pati memuji ayah mertua nya itu. "Benar raja Buto eja, kali ini aku mengakui kepintaran mu ini, pantas saja jika kamu mendapatkan gelar raja strategi hehehe", puji raja Durona. "Terus kapan ayahanda Buto Eja memulai rencana ini?", tanya raja tejo alu pati. "Besok aku akan menyuruh mahapati mahardika untuk memasukkan prajurit prajurit kerajaan kita, tapi aku butuh prajurit prajurit dari kerajaan lawu dan kerajaan mu raja Durona, untuk menyerang dari luar" kata raja Buto Eja. "Baik ayahanda katakan saja butuh berapa pasukan, biar nanti kita kumpulkan semuanya", kata raja tejo Alu Pati. "Baiklah sekarang yang penting aku akan menyuruh patih mahardika dulu, untuk segera mulai membawa masuk prajurit prajurit khusus kita", kata raja Buto Eja. Raja Buto Eja lalu mengambil burung merpati milik nya untuk memberi kabar kepada patih mahardika, merpati itu langsung terbang menuju ke kerajaan Kurusetra. .............. Di kerajaan Kurusetra pesta pernikahan masih berlangsung, ini adalah hari ke dua pernikahan mereka. Para tamu undangan masih terlihat cukup banyak, bahkan para tamu undangan yang kerajaan nya cukup jauh, memutuskan untuk tinggal di istana sampai acara pernikahan selesai. Kerajaan Kurusetra tak menyadari jika kerajaan mereka sedang di incar oleh raja tejo alu pati. Di kediaman mahapati mahardika seekor burung merpati terlihat memasuki kamarnya, mahapati mengenal merpati tersebut, ia lalu mengambil surat yang terdapat di burung itu, ia membaca surat itu dengan seksama, seketika raut muka wajahnya berubah menunjuk kan wajah kebingungan. "Bagaimana ini raja Buto Eja ingin aku memasukkan prajurit prajurit khusus mereka, sedangkan untuk saat ini sangat mustahil bisa memasukkan prajurit untuk masuk ke istana", kata mahapati mahardika sendiri. Mahapati sedang berfikir apa ia akan jujur atau tidak, menceritakan situasi saat ini. Mahapati Mahardika tau jika saat ini tidak memungkin kan dirinya untuk memasukkan prajurit saat ini, ia akhirnya menceritakan masalah yang sebenarnya pada raja Buto Eja. Burung itu di selip kan sebuah surat balasan untuk raja Buto Eja. Pasukan pengintai yang di tugaskan untuk memata matai mahapati mahardika, melihat burung merpati masuk ke dalam rumah mahapati dan keluar lagi, prajurit yang melihat itu langsung melapor kepada mahapati andika dwi seno. Mahapati Andika Dwi Seno yang mendapatkan laporan seperti ini, menyuruh agar menangkap burung merpati ini jika ia terlihat di kerajaan dan jangan di bunuh. Pengintaian kepada mahapati mahardika semakin di perketat, prajurit penjaga melihat burung itu memasuki kerajaan lagi, sekarang semua sudah berjaga jaga untuk menangkap burung pembawa pesan itu. Di saat burung itu akan masuk ke kediaman mahapati mahardika, dengan cepat salah satu pengintai itu menangkap burung itu dan di bawa kehadapan mahapati andika dwi seno. Mahapati Andika lalu membaca surat yang di bawa burung ini, saat di baca mahapati andika langsung kaget, dengan cepat ia menaruh kembali surat itu di merpati dan melepaskan merpati itu. Setelah mengetahui hal itu, mahapati langsung menuju ke kediaman pangeran akshara. "Pangeran sesuai dengan tebakan pangeran, mahapati mahardika sedang mempersiapkan peperangan, jika di lihat dari surat yang di kirim ini seperti nya ia di bantu kerajaan lain", kata mahapati andika dwi seno. "Iya mahapati saya sudah tau itu, karena dari awal saya telah mencurigai nya, bahkan menurut saya kasus kematian permaisuri rani eka pradani itu, juga merupakan ulah nya, ia memang sedari awal ingin menghancurkan kerajaan ini", Kata pangeran akshara. "Apa benar seperti itu pangeran?, saya tak menyangka jika itu benar, karena setau saya mahapati mahardika adalah orang kepercayaan permaisuri", kata mahapati andika dwi seno. "Seseorang bisa berubah jika di iming imingi harta dan kekuasaan, jadi jangan heran dengan hal seperti itu mahapati, karena memang seperti Itu lah sifat dari manusia", kata pangeran menjelaskan. "Sekarang saya minta hal ini mahapati rahasiakan dahulu, yang terpenting untuk saat ini, kita harus memperbanyak prajurit, tempat kan prajurit di tempat tempat rahasia, suruh mereka menggunakan baju rakyat biasa, sehingga bisa membaur dengan rakyat biasa, sehingga ketika ada penyerangan musuh bisa kita pojokkan, karena mereka pasti tak akan menyangka jika ada prajurit yang berjaga dengan pakaian rakyat biasa", kata pangeran akshara. Setelah mendapatkan arahan dari pangeran akshara, mahapati andika langsung menempatkan pasukannya di tempat tempat yang di tunjukkan oleh pangeran akshara, sekarang mereka tinggal menunggu serangan dari kerajaan lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN