PERTEMUAN KEMBALI

1106 Kata
Karena kegencaran Widya dan Raihana menjodohkan, Fajar dan Nisha akhirnya menikah satu tahun sejak mereka berkenalan. Sekarang pernikahan mereka sudah berjalan 7 tahun lebih sedikit. putri pertama Naffa lahir 2 tahun setelah menikah yaitu saat usia Nisha 21 tahun karena saat menikah umur Nisha 19 tahun. Fajar dan Nisha berjarak 10 tahun. Pernikahan mereka aman, tak pernah ada riak sampai hari ini. Hari inilah dimulai semua kekisruhan. Saat Fajar bangun kesiangan karena kelelahan. “Ayo cepat. Maaf ya Ayah terlambat,” kata Fajar pada Naffa. Mereka pun berangkat ke sekolah. Fajar baru akan menyalakan mesin mobilnya ketika melihat sosok yang dia rindu selama satu dekade lebih. “Apa benar dia Dhaniku?” tanya Fajar saat melihat seorang ibu muda mengantarkan gadis kecil yang berseragam sama dengan Naffa. Naffa sudah masuk kelas dari tadi saat Fajar mengantarnya sampai pintu kelas seperti biasa. Fajar tak jadi menyalakan mesin mobil, dia menunggu sampai perempuan tersebut keluar setelah mengantar anaknya. Karena di sekolah ini tak boleh ada orang tua yang menunggu anak di kelas. Jadi perempuan itu pasti akan langsung keluar. Fajar tak sabar menunggu. “Ah itu benar Dhani,” kata Fajar dengan deg-degan. Matanya terbelalak. “Dhani!” sapa Fajar. Tentu saja dia langsung turun dan menghampiri perempuan itu. “Eh Fajar!” kata Dhani. Perempuan itu juga tentu kaget menemui cinta lamanya ada di sekolah putrinya. “Kamu mengantar anakmu?” tanya Dhani setelah berupaya meredakan degup jantungnya. “Iya. Anakku di kelas C2,” jawab Fajar. “Loh sama. Anakku juga di kelas C2,” jawab Dhani. “Masa sih? Aku tiap hari lho nganterin dia. Koq aku enggak pernah ketemu?” tanya Fajar. “Aku jarang nganterin. Kadang kakaknya, kadang siapalah, pokoknya yang sempat saja,” jawab Dhani, seakan anak bukan fokus utama buatnya. Tak seperti Nisha. “Bagaimana kalau kita ngobrol dulu? Sudah lama loh kita nggak ketemu,” ungkap Fajar. Bagaimana tidak lama? Mereka sudah tak bertemu hampir 10 tahun. “Eh. Tapi kamu mau kerja ya? Atau Bagaimana?” kata Fajar serba salah. Takut Dhani terlambat masuk kerja. “Santai saja. Bisa kok kita ngobrol. Ayo mau di mana?” kata Dhani tak ada rasa keraguan atau takut terlambat atau bagaimana. “Ayo naik mobilku atau kamu bawa kendaraan?” tanya Fajar. “Aku nggak bawa kendaraan. Rumahku di belakang sini, tak jauh tapi juga tidak dekat. Jadi aku biasa jalan kaki lewat gang kecil di samping sekolah, atau naik becak kalau mau lewat jalan raya,” kata Dhani. “Mau ngobrol di rumahmu saja bisa?” tanya Fajar. Dia ingin tahu rumah tinggal bidadarinya itu. “Bisa kalau mau ngobrol di rumahku,” jawab Dhani ramah. Tentu saja Fajar tidak membuang kesempatan. “Jadi kita naik mobil atau jalan kaki?” tanya Fajar. “Kalau kamu mau kita lewat gang sebelah ini, kita jalan kaki. Tapi kalau kamu mau muter lewat jalan besar bisa, kita naik mobil,” jawab Dhani. “Kalau begitu muter saja ya. Biar aku nanti langsung ke kantor,” ucap Fajar. Mereka pun langsung menuju rumahnya Dhani. pada pertemuan itu Fajar langsung tahu suami Dhani sudah meninggal satu tahun lalu dia tidak meninggalkan harta apa pun selain toko sembako di pasar yang dikelola oleh Dhani sebelum suaminya meninggal. Ternyata Dhani hanya istri kedua dan tidak mendapat nafkah apa pun. Orang tua Dhani kecewa karena setelah diperistri. Dhani dibuat mesin tetas. Istri pertamanya tak bisa punya anak. Jadi tiap tahun Dhani diharuskan punya anak. Sampai lahirlah 5 anak dalam 9 tahun pernikahan mereka. Benar-benar sangat dempet dan sedihnya istri tuanya tak mau mengurus anak-anak. Semua beban ada pada Dhani. Ketika suaminya meninggal semua harta diambil istri tuanya, karena Dhani tidak terdaftar sebagai istri. Tentu saja Fajar yang sangat mencintai Dhani langsung trenyuh melihat nasib pujaan hatinya itu. “Jadi rumah ini kalau pagi kosong?” tanya Fajar. “Pagi kosong. Anak-anak sekolah. Adik Menik ada seorang yaitu Puspa di rumah ibuku. Yang di sini 4 anakku. Hanum, Sekar, Rizki dan Menik. Puspa belum sekolah. Jadi kalau aku kerja tak ada yang menemani.” “Oh begitu? Kalau begitu aku pulang dulu ya sampai bertemu besok,” ucap Fajar. Mereka telah bertukar nomor telepon. ‘Kamu sudah makan Jar? Kalau belum sini ke warung aku. Kita makan bersama seperti di kantin dulu,’ siangnya tak disangka Fajar mendapat pesan dari nomor Dhani. Dhani mencoba menawarkan makan bersama seperti ketika mereka SMA. Seakan Dhani ingin mengulang kisah manis mereka dulu. Fajar tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dia langsung meluncur dari kantornya menuju pasar tempat Dhani jualan. Mereka pun ngobrol dan makan siang bersama. Satu minggu mereka selalu makan siang bersama dan di minggu kedua sepulang mengantar Menik dan Naffa saat itu hujan. Fajar mengantar Dhani pulang dulu karena dia mau ke toko tapi sudah basah bajunya. “Kamu minum kopi dan bajumu juga basah loh itu. Aku setrika dulu yuk,” kata Dhani. Tentu saja Fajar tak menolak. Dia membuka kemejanya. Dhani saat itu sudah basah kuyup. Bajunya lekat menunjukkan lekuk tubuhnya membuat Fajar salah tingkah. Tak dipandang rugi, dipandang menggoda iman. Dhani langsung ganti baju. “Ini kamu minum kopinya dulu, aku setrika bajumu.” Dhani mengambil kemeja basah Fajar untuk dia setrika. Setelah bajunya selesai disetrika Dhani mengantarkan kemeja Fajar. “Ini pakai,” kata Dhani. Dia langsung memasukkan tangan Fajar di kemeja yang habis dia setrika. Fajar merasa aneh dipakaikan baju oleh perempuan yang bukan istrinya. Dia pun diam saja, Dhani terus memakaikan kemeja dan mulai mengancingkan kemeja tersebut. Fajar tak tahan lagi melihat wajah Dhani ada di depannya. Tangan Dhani yang sedang mengancingi kemeja langsung Fajar pegang. Ditatapnya wajah Dhani. Dhani pun balas menatap mata Fajar. Tak tahu siapa yang memulai bibir mereka telah bersatu, Dhani mengusap lembut dad4 bidang Fajar. Akhirnya dengan kesadaran penuh kemeja Fajar kembali dibuka, Dhani juga yang membukakan sabuk celananya Fajar. Dhani langsung melakukan makan ice cream di hari hujan itu. Membuat Fajar merasakan sensasi yang berbeda sebelum masuk pertempuran sebenarnya. Sejak itu setiap pagi mereka melakukan hal yang seharusnya bukan untuk mereka reguk. Mereka berpacu setiap pagi. Habis itu baru Fajar akan mengantarkan Dhani ke tokonya dan Fajar langsung ke kantornya setelah mendapat vitamin dari Dhani. Hanya dua minggu sejak bertemu kembali Fajar dan Dhani sudah langsung tancap gas sampai 5 bulan kemudian. “Masa kita begini terus sih?” rajuk Dhani. Saat itu mereka masih naked. Masih saling usap. Tentu saja itu membuat mereka kembali berga-irah dan melakukan ronde kedua. “Terus maunya bagaimana?” kata Fajar sambil memompa lambat. “Paling nggak nikahin aku lah. Biar semua orang tahu kamu itu suamiku. Jadi aku nggak jadi bahan omongan di sekitar sini,” jawab Dhani sambil membantu memompa dari bawah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN