Chapter Seven

1045 Kata
Chapter Seven   “Tunggu nona Alrasyid!!" teriak tuan James. "Selena saja please. Saya tidak suka dipanggil dengan nama ayah saya. Saya mau orang melihat saya bukan karena ayah saya. Maafkan saya tuan James, saya rasa saya sudah tidak ada kepentingan disini," sahut Selena datar, dia masih marah karena diremehkan oleh putra tuan James itu. Boleh saja dia anak konglomerat, seorang CEO tapi dia tidak berhak menghina atau merendahkan orang lain. Bahkan sebelum mengetahui kinerjanya lelaki itu sudah bisa mengatakan bila dirinya tidak pantas menjadi sekretarisnya. "Maafkan putra saya, saya menawarkan kamu jadi asisten saya saja kalau begitu, saya akan menunda pengangkatan Thomas sebagai CEO menggantikan saya sampai saya merasa dia siap," sahut tuan James sambil melirik putranya yang agak kaget dengan ucapan ayahnya itu tapi dia tidak berkomentar. "Saya tidak mau menyusahkan orang lain tuan," sahut Selena tidak nyaman dengan keputusan mendadak tuan James itu apalagi melihat respons dari Thomas putra tuan James. Jadi namanya Thomas batinnya. "Itu tidak perlu dad. Dia bisa jadi asistenku jika Daddy bersikeras dia harus kerja denganku tapi sekretarisku masih tetap Celine," sahut Thomas akhirnya, dia tidak mau dad-nya meragukan kemampuannya. "Bagus kalau begitu. Meja kamu di ruangan Thomas, nanti aku suruh orang buat menyiapkan meja kamu, sekarang biarkan kami masuk Thom. Kamu bener-bener tidak sopan. Tidak mempersilahkan masuk, kenapa? Dan dimana sekretarismu...oh disini rupanya.” Tuan James mengernyit setelah mendapati sekretaris putranya yang berpenampilan acak-acakan di dalam ruangan itu duduk diatas meja putranya. "Apa ini yang kalian kerjakan di kantor" teriaknya berang sambil menatap tajam putranya, “dan kau pikir aku bisa tenang memberikan perusahaan kepada orang yang hanya di penuhi gairah?” “Ini kantor, hargailah itu,” geraman tuan James menggema di dalam ruangan kedap suara itu. Untung saja karena kalau tidak pasti semua orang akan mendengarnya. "Mulai hari ini kamu saya pecat,  tugas kamu disini bekerja bukannya menggoda bos kamu dan tidak ada penolakan Thom," ujar tuan James cepat sebelum putranya mengeluarkan satu kata pun sambil jari telunjuknya diarahkan ke putranya, dia sangat murka sudah sering dia mendengar desas-desus tentang putranya, tapi dia tidak pernah menyangka putranya bisa melakukan hal menjijikkan dikantornya. “Saya sangat kecewa dengan tingkah kamu Thomas, begitu pun dengan almarhum ibu kamu di surga,” ucap tuan Thomas dengan tatapannya yang berubah sendu. Selena bingung bukannya istri tuan James masih hidup, dia pernah membaca biodata tuan James. Disana banyak juga di sebut tentang keharmonisan rumah tangga beliau, ada apa ini? Tanya Selena penuh kebingungan. Karena melihat kemarahan daddynya Thomas hanya bisa menunduk, begitu pun dengan sekretarisnya Celine. Wanita itu buru-buru merapikan pakaiannya dan bergegas pergi. Dia takut bos besarnya semakin marah. Semua mengetahui bagaimana kalau tuan Anderson senior. Pribadi yang sangat baik dan bijaksana akan tetapi beliau juga orangnya sangat tegas dan kalau sudah marah sangat menakutkan dan dia sudah membuatnya emosi, dia yakin Thomas pasti akan membantunya. Ya setidaknya dia berpikir Thomas sudah jatuh cinta padanya karena dia memperlakukannya lebih dari sekretaris. Ya itu pikirnya. Tidak tahu dia siapa Thomas itu yang hanya memanfaatkannya seperti wanita lainnya juga pada mantan sekretarisnya yang dulu sebelum dia. Ya Celine juga baru bekerja padanya. Dan sekarang dia juga harus dipecat. Ingatkan juga di pecat dengan tidak hormat karena ketahuan bos besar menggoda sang putra. Setelah kepergian Celine ruangan masih hening. Selena mulai menilai ruangan Thomas, disana ada meja kerja Thomas, sofa yang terlihat sangat nyaman. Ya...dia ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya yang dari tadi berdiri tapi lihatlah mereka berdua masih saling menatap. Selena melirik ke arah dinding di belakang kursi kebesaran Thomas terlihat lukisan abstrak entah tentang apa karena dia buta soal seni. Secara keseluruhan dia bisa menyimpulkan ruangan ini sangat Manly tapi nyaman. Ada kaca yang mengarah keluar gedung menampakkan pemandangan kota yang ramai. "Ehm ... kamu tidak mempersilahkan kami duduk," tanya tuan James sarkas. Dia menyadari Selena yang dari tadi gelisah, dari tadi memindahkan kedua kakinya bergantian, dia tersenyum memikirkannya. "Tidak usah menunggu ijinku dad. inikan kantormu," sahut Thomas , lantas dia duduk di sofa single dan mempersilahkan tuan James dan Selena duduk "Jadi Selena masih tetap asistenmu atau Sekretarismu?" tanya daddynya setelah dia duduk di sebelah putranya itu, dia ingin memperjelas status Selena. Dia merasa bertanggung jawab pada gadis polos itu. "Tentu jadi sekretarisku dad, kan Daddy sudah memecat sekretarisku," sahut Thomas dengan  cemberut membuat daddynya tersenyum melihat putranya masih saja merajuk diusianya yang bukan kanak-kanak lagi. Padahal disini ada Selena, biasanya dia selalu jaga image coolnya didepan orang lain, apa Thomas merasa nyaman dengan kehadiran Selena? batinnya, senyum tipis timbul disudut bibirnya semoga saja. Istrinya pasti juga setuju juga dengan Selena. Entahlah sejak pertama bertemu Selena dia merasa menyukai kepribadiannya. Dalam artian dia berharap bisa menjadikannya pasangan putranya, dia tidak mau putranya salah jalan dan bertemu dengan wanita yang salah. Apalagi dia mendengar kalau putranya sering gonta ganti wanita dan wanitanya selalu yang tidak sesuai dengan harapannya, kebanyakan mereka cuma mengincar harta Thomas saja secara Thomas adalah pewaris tunggalnya. Ya walaupun dia punya putri satu lagi. Tapi putrinya tidak mau meneruskan bisnis keluarganya karena dia tertarik pada bisnis garmen. Yang dia rintis sendiri. Walau tak banyak yang tahu kalau Thomas sejatinya bukan anak kandungnya, tapi anak adiknya Robert Anderson. Sejak kematian ibunya dia menolak ikut dengan ayahnya, apalagi sejak ayahnya menikah lagi. Dia lebih memilih ikut James dan menjadi anak angkatnya. Baik dirinya maupun Diana istrinya tidak keberatan, Diana sangat mendambakan  memiliki seorang putra setelah kelahiran sanga putri, akan tetapi karena pada saat melahirkan Audri sang putri, istrinya mengalami komplikasi menyebabkan kandungannya harus diangkat, istrinya menjadi pemurung. Bahkan hampir satu bulan Diana tidak memperhatikan Audri. Tapi untunglah sebulan kemudian Diane seakan menyadari jika Audry membutuhkannya. Walau begitu Diane tidak seceria dahulu. Makanya kedatangan Thomas membawa angin segar dalam rumah tangganya. Melengkapi kekosongan di sana. Walaupun pada awalnya Robert tidak menyetujuinya. Tapi karena itu keputusan dari Thomas maka Robert tidak bisa memaksanya. Apalagi Robert sangat mengetahui alasan Thomas memilih pergi. Dari kecil memang Thomas sudah dekat dengannya walau hanya sebatas keponakan dan paman, tapi semenjak dia menjadi anak angkatnya hubungannya semakin hangat, walau James sangat mengetahui kesedihan dan duka yang di pendam oleh Thomas tapi dirinya tidak bisa memasuki ranah pribadi  sang putra. James mengetahui kelainan Thomas walaupun dia tidak mengetahui secara mendetail tapi dia mengetahui betapa terlukanya sang putra. James hanya berharap Thomas mendapat kebahagiaannya, karena dia sangat yakin jika Thomas anak yang baik di balik sikap dinginnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN