Selena sedang duduk diam di masjid hotel, hanya kepada Tuhanlah dia berkeluh kesah, dia curahkan semua rasa sakit dihatinya pada yang memberi hidup, setelah menelepon Ayahnya dia meminta Ayahnya buat mengirim semua barang yang dibawanya kemarin ke hotel, untuk saat ini dia tidak mau pulang atau bertemu orang-orang yang sudah menghancurkan perasaannya. Selena menonaktifkan hpnya. Dan meminta pihak hotel buat menerima kopernya jika orang suruhan Ayahnya datang dan meminta mereka tidak mengijinkan siapa pun menemuinya, bahkan Ayahnya. Selena benar-benar kecewa.
Dia memasuki kamar hotelnya setelah mengambil kopernya di bagian resepsionis, setelah pihak hotel memberitahunya bahwa kopernya sudah datang. Kamar hotelnya sangat nyaman walau dia mengambil kamar single dan terbilang sederhana, walau dia cukup mampu jika mengambil yang kelas president suite tapi buat apa? Dia tidak sedang Holiday, dia cuma sedang belajar ikhlas. Ya...dia harus ikhlas dengan cobaan yang Tuhan berikan padanya, dia percaya apa yang digariskan oleh-Nya adalah yang terbaik, setelah lelah meratapi nasibnya di depan Tuhan-Nya seperti mendapat pencerahan dia berpikir mungkin ini cara Tuhan memberitahunya bahwa Dave bukan yang terbaik baginya.
Ya...batinnya mengiyakan, dari situ dia mencoba menerima semua dengan lapang d**a. Dia percaya waktu bisa mengobati luka dihatinya. Dia bersyukur dia mengetahui kebobrokan Dave sebelum mereka terikat janji suci pernikahan, walau hatinya sakit tapi dia masih bersyukur
Dia mengaktifkan hpnya lagi dan dia agak kaget karena banyak panggilan dan pesan dari Dave dan juga kak Angel serta Ayahnya, tapi dia tidak berniat membalas ataupun membacanya, dia sudah ikhlas tapi belum bisa memaafkan mereka. Luka yang mereka goreskan sudah mencabik-cabik hatinya yang rapuh, ibarat kaca hatinya sudah menjadi kepingan kecil kaca.
Rasa lelah di tubuh dan jiwanya semakin dirasanya. Ah...dia ingin berendam air hangat. Diapun masuk ke kamar mandi dan mengisi bak mandinya dengan air hangat dan memasukkan sabun cair kesukaannya, setelah penuh dia memasukkan tubuhnya yang sudah telanjang ke dalamnya, dia mengistirahatkan tubuhnya pelan. Matanyapun terpejam mencoba mengusir bayangan kakak dan kekasihnya yang saling menghujam penuh kenikmatan. Ah...ini sangat menyakitkan Tuhan. Air matanya kembali turun, tolong ambil rasa sakit ini Tuhan. Beri keikhlasan Tuhan dalam menjalaninya, beri yang terbaik buatku Tuhan.. Doanya lirih
Disekanya air matanya, dia menahan nafasnya dan melepasnya pelan dilakukannya beberapa kali hal tersebut sampai perasaannya kembali tenang
Dia akan kembali ke Aussie walaupun aunty dan unclenya sudah tidak tinggal disana karena sejak aunty hamil. Unclenya meminta aunty pindah ke Jerman, dia kemarin berpikir buat menetap di Indonesia karena dia mau dekat dengan Ayahnya dan kekasihnya, padahal sebenarnya ada beberapa perusahaan yang memberikan tawaran pekerjaan kepadanya karena dia lulusan terbaik dikampusnya di Aussie. Tapi pengorbanannya sia-sia, orang-orang yang menjadi alasannya untuk pindah kesini sudah menyakitinya seperti ini, jadi buat apa dia tetap disini. Lebih baik dia kembali ke Australia, paling tidak dia masih punya sahabat yang akan menghiburnya.
**
Dia mengeringkan diri, memakai piyama yang sudah disiapkannya tadi, dia lantas mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Hai ... Lu, sibuk enggak?" tanya Selena setelah ada suara hallo di seberang sana
"Enggak ... he ... Bagaimana sudah bertemu dengan Dave? udah puas kangen- kangenannya, bibir kamu sekarang pasti udah tebel ... eh belum boleh ya Len," goda Luisa cekikikan, pasalnya dia jadi saksi betapa Selena kekeh dengan prinsip pacarannya dengan Dave yang no s*x before merriage, bahkan ciuman bibir aja belum pernah, paling pegangan tangan , cium pipi atau kening aja. Untung Dave cinta pikir Luisa, tapi dia salut dengan keteguhan prinsip Selena.
"Dave selingkuh Lu!” bentak Selena tak tahan dengan kata-kata sahabatnya itu.
“Maaf Len, aku tidak menyangka Dave sanggup melakukannya padamu,” sahut Luisa penuh penyesalan.
“Aku juga masih merasa tidak percaya, aku berharap besok jika aku terbangun dan menyadari ini semua hanya mimpi,” sahut Selena dengan nada sendunya.
“Sungguh Len, aku yakin sekali perasaan Dave padamu tulus tapi mengetahui Dave selingkuh pasti sangat menyakitkan untukmu sayang,” bisik Luisa tapi masih bisa di dengar oleh Selena, “mungkin dia di jebak Len, kasih dia waktu buat jelasin.”
“Wanita itu kak Angel Lu, kakakku sendiri. Bagaimana mereka bisa melakukannya padaku?” tanya Selena histeris.
“Ya ampun kak Angel? Dave b******k!!” umpat Laura, dan itu membuat perasaan Selena menjadi lebih baik.
Dan mengalirlah cerita Selena dari dia memergoki Dave dan Angel kakak tirinya. Semua dia ceritakan bahkan bagaimana perasaannya saat ini, betapa kecewanya dia ke Dave, Angel, Tante Sisil dan terutama Ayahnya.
Dan tanpa tidak tahu malunya kakaknya itu memberitahunya soal pernikahannya, pantas saja saat dia bertanya siapa calon suaminya, kakaknya itu berusaha menghindari pertanyaannya. Kenapa mereka melakukan ini semua kepada dirinya?
Ingatan Selena kembali kepada kebersamaannya dengan Dave. Davenya yang lembut, Davenya yang baik, Davenya yang perhatian. Kemana perginya Davenya itu, yang tersisa hanyalah Dave yang tukang selingkuh, apakah memang penting sebuah hubungan di selingi sentuhan? Dia memang sering melihat gaya pacaran teman-temannya di Australia yang bebas. Mereka melakukan s*x dengan kekasih mereka seakan itu sebuah keharusan. Banyak yang menertawakan prinsipnya dan mengatainya kuno. Tapi ini bukan hanya prinsip, tapi apa yang diajarkan oleh agamanya.
Selena tidak habis pikir bagaimana dari mereka bahkan melakukan dengan orang berbeda setiap hari, yang sering mereka sebut dengan teman one night stand.
Dave ternyata dia sama saja bejatnya dengan lelaki yang keluar masuk diskotek, ternyata Selena tidak mengenal Dave dengan baik. Apa semua lelaki memang tidak bisa menahan hasrat sexualnya? Kenapa harus kak Angel ?
Sejak kapan?
Suara ponsel Selena berbunyi, Dave? Apa dia akan mengangkatnya? Begitu banyak pertanyaan yang ada di pikirannya yang ingin ditanyakannya pada Dave.
Dengan gemetar Selena menerima panggilan Dave, benar kata Luisa. Dave berhak menjelaskan.
“Selena, ah syukurlah sayang, ”desahan lega Dave saat telepon terhubung. Selena memejamkan matanya saat suara yang sangat dirindukannya di dengarnya, dia sangat merindukan suara Dave. Selena hanya terdiam tidak bersuara, kini saatnya Dave yang bersuara.
“Bicaralah,” geramnya saat Dave tidak juga mau berbicara setelah beberapa menit.
“Aku tidak tahu harus mulai dari mana, aku minta maaf sayang. Aku khilaf, sungguh waktu aku tiba di Indonesia aku tidak tahu itu kebetulan atau tidak tapi Angel menjemputku,” kata Dave mulai bercerita, sesuatu yang semakin menyakiti perasaan Selena.
“Kami jadi semakin dekat, dan di suatu malam karena alkohol aku lepas kendali, aku menyangka itu kamu sayang. Sungguh,” kata Dave dengan suara tercekat, Entahlah tapi Selena merasa ada kegetiran dari suara Dave.
“Tapi kemarin kau tidak mabuk, dan yang kau sebut jelas bukan namaku, ”ejek Selena sinis, “jangan mencari pembenaran Dave dan melimpahkan kesalahan kepada kakakku.”
“Aku tahu tapi yang ada dalam bayanganku adalah kamu sayang,” bantah Dave. Membuat Selena tertawa hambar.
“Aku tidak tahu kau sepicik ini Dave, kau bahkan tidak mengatakan apa pun kepadaku,” ingin sekali Selena menjambak rambut Dave dengan keras, “kau pikir aku bisa kau bodohi hm?”
“Bukan sayang, kumohon tunggu sampai anak itu lahir,” kata Dave , “aku akan menceraikan Angel dan kembali kepadamu.”
Kata-kata Dave begitu mengiris hatinya, bagaimana lelaki yang begitu di banggakannya itu menjadi lelaki paling egois. Sungguh Selena tidak lagi mengenali Dave.
“Aku memang marah padamu dan kak Angel tapi aku masih cukup waras Dave, kau pikir aku ini apa?” bentak Selena, sungguh dia merasa sangat terhina dengan perkataan Dave padanya.
Dia sungguh menyesal memberi Dave kesempatan untuk menjelaskan semuanya, yang didapatkannya adalah sebuah kenyataan yang semakin mengiris kalbunya.
“Apa menurutmu aku serendah itu Dave? Apa arti diriku bagimu?” tanya Selena dengan amarah memenuhi Dadanya.
“Berapa lama kalian membohongiku? ”tanyanya lagi
“Sayang_”
“Jawab saja Dave, aku sudah muak denganmu. Muak menjadi orang bodoh,” teriak Selena menghentikan argumen Dave yang berbelit-belit mencari alasan. Dia sudah muak dengan kebohongan Dave.
“Hampir enam bulan ini,” jawab Dave lirih.
“Jadi batas kesetiaanmu hanya empat bulan Dave, aku disana berusaha setia. Belajar dengan keras supaya bisa secepatnya menyusulmu disini,” kata Selena penuh amarah, “dan ini hadiah atas kerja keras dan kesetiaanku.”
“Sayang maafkan aku, beri aku kesempatan lagi ya,” ujar Dave memohon.
“Maaf Dave, kali ini tidak ada kesempatan kedua kesalahanmu tak termaafkan bagiku,” kata Selena lirih air mata masih setia menetes dari mata birunya.
Selena menutup sepihak telepon dari Dave, matanya tak sanggup menahan bendungan air mata yang berusaha di tahannya